Share

5. Hubungan Kita Tak Perlu Dijelaskan Lagi!

Dua minggu telah berlalu sejak hari itu, hari di mana pengkhianat terjadi begitu nyata tepat di hadapannya. Tak pernah Alika sangka jika dirinya diperlakukan seperti ini oleh orang yang ia sayang dan cintai.

“Kalian, lihat saja!” seru Alika mengeram.

Tapi tunggu dulu, orang yang disayang dan dicintai? Ah, tidak! Mungkin itu dulu, tidak untuk sekarang. Cinta dan sayang untuk Arsen sudah tak lagi ada! Kini, yang tersisa dari semuanya itu adalah sebuah rasa benci yang begitu dalam. Tak akan pernah ada kata maaf untuk pengkhianat seperti Arsen itu!

Alika menggenggam erat kedua tangannya mencoba untuk tetap bisa mengendalikan dirinya sendiri di tempat keramaian seperti ini. Jika saat ini ia sedang berada di rumah, mungkin beberapa barang akan siap jadi pelampiasan dari kemarahannya ini.

Ia berjalan menyusuri jalanan Amerika, tepatnya di New York. Tempat di mana Asren memintanya untuk tinggal.

Alika mengunjungi tempat itu, sebelum ia benar-benar harus melupakan segala hal mengenai Arsen, serta perlawanan untuk balas dendam pada keluarga Matthias yang tidak memiliki sedikitpun rasa kemanusiaan padanya.

Ia mengusap lembut perut yang rata itu, seharusnya saat ini, janinnya masih ada di dalam perut. Namun, karena keluarga itu, semua benar-benar habis tak bersisa.

"Nak, maaf ‘kan Mama, ya, karena Mama tidak bisa menjagamu dengan baik. Mama tidak bisa membawa kamu lahir dan melihat dunia yang indah ini, meskipun banyak orang yang penuh kepalsuan tapi, Mama berjanji akan membalas semua perbuatan mereka karena telah memisahkan kita berdua. Mama akan membuat mereka membayar nyawa kamu!" ucap Alika dengan begitu lirih, air matanya juga jatuh ketika mengingat sudah tak ada lagi nyawa yang hidup di dalam perutnya.

Dalam banyaknya orang yang berlalu lalang itu, entah kenapa Alika seperti merasa sedang diawasi saat ini.

Langkah kaki Alika berhenti di tengah-tengah orang yang berlalu lalang tersebut. Karena terkenal dengan negara paling sibuk, bahkan tak ada yang memperhatikan Alika yang tiba-tiba berhenti.

Alika mencoba untuk menyapu ke sekelilingnya, ia benar-benar merasa bahwa saat ini dirinya sedang diawasi. Tapi, tak ada siapapun yang ia temui. Alika mencoba untuk berpikir positif, mana mungkin ada orang jahat di tengah keramaian seperti ini.

“Mungkin perasaanku saja,” batin Alika. Ia pun melanjutkan langkahnya segera kembali ke rumah. Ia sengaja ingin berjalan kaki untuk memikirkan segala hal yang dikatakan sang ayah padanya.

Sebuah keputusan besar yang diambil.

Langkah demi langkah terasa begitu kurang mengenakan, Alika merasa benar-benar ada yang mengikuti dirinya. Ia mempercepat langkahnya, dan langkah kaki orang di belakangnya juga semakin cepat seolah seirama dengan langkah kaki Alika.

Tentu saja, hal ini membuat Alika sangat panik sekali. Ia tak tahu, harus meminta bantuan pada siapa saat ini. Dirinya hanyalah sebatang kara disini, tanpa teman ataupun keluarga.

Alika memberanikan diri untuk membalikkan badannya, setidaknya hal itu harus ia lakukan agar ia bisa untuk mengenali siapa orang yang sejak tadi mengikutinya, bukan?

Ketika ia berbalik, Alika menghentikan langkahnya. Matanya melebar dengan sempurna melihat sosok yang sejak tadi terus mengikuti dirinya.

"Arsen," gumam Alika.

Iya, sosok yang sejak tadi mengikuti Alika adalah Arsen, laki-laki itu tidak sempat untuk bersembunyi saat Alika mendadak menoleh ke belakang.

"Alika," jawab Arsen sambil tersenyum dengan manis.

Alika sesaat tersenyum melihat pria itu tetapi mengingat apa yang telah diperbuat oleh Arsen dan keluarganya membuatnya mengubah raut wajahnya. Rasa benci pada sosok laki-laki yang pernah bertahta di hatinya kini makin membara.

"Pergi!" ucap Alika dengan penuh penekanan. Sorot matanya juga begitu tajam pada Arsen.

"Tapi Al—“

"Aku bilang pergi!" potong Alika lagi. Ia tak ingin mendengar apapun lagi dari mulut Arsen. Tak akan ia membuat dirinya menjadi bodoh akan rasa cinta. Lagipula, ia dan Arsen bukanlah sepasang kekasih lagi. Tak ada keterikatan apapun, mereka hanyalah dua orang yang pernah menjalankan hubungan dan melakukan hal bodoh dan berakhir dengan dirinya ditinggal menikah.

"Al, beri aku waktu sebentar saja untuk menjelaskan semuanya pada kamu."

"Enyahlah! Aku dan kamu, kita berdua bukan lagi kita yang dulu. Tolong untuk menjaga jarak denganku! Dan yang paling penting di sini, kamu adalah orang asing bagiku setelah hari itu!"

Alika mengatakan itu dengan begitu lantang sekali seperti menegaskan bahwa ia tak ingin diganggu oleh Arsen.

Arsen menggelengkan kepalanya, "Tidak! Kamu harus mendengarkan penjelasan aku dulu! Ayolah Al, aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu. Please, mengerti aku sekali ini saja. Aku juga tidak punya pilihan lain waktu itu."

"Bullshit! Shut up, Arsen!”

Alika melangkah dengan cepat untuk segera pergi meninggalkan Arsen, ia tak ingin mendengarkan apapun itu.

"Al," panggil Arsen, ia mencoba untuk menyamakan langkahnya dengan Alika. Ia sudah datang sejauh ini, dan tak akan ia biarkan Alika hilang dari pandangan matanya begitu saja.

Alika menghentikan langkahnya dan menatap tajam dengan ekspresi dingin, "Jangan ikuti aku! Hubungan kita tidak ada yang perlu dijelaskan lagi!"

 Entah apa lagi yang harus mereka bicarakan setelah hubungan antara mereka sudah usai seperti ini. Alika kemudian menarik mantel miliknya dan pergi menemui Arsen. Dia ingin pria itu pergi dari kehidupannya.

“Apalagi yang harus kita bicarakan Arsen, huh?”

“Aku ingin menjelaskan kenapa aku menikah dengan Vero, dan juga bayi kita.”

“Bayi kita? Kau baru saja mengatakan bayi kita? Apa aku tidak salah dengar? Setelah yang kau lakukan padaku, kau mengatakan bayi kita?” Tatapan Alika dipenuhi oleh kemarahan.

“Setidaknya biarkan aku menjelaskan padamu.”

“Apa kau tidak punya telinga, huh? Pergilah. Aku tidak ingin kau menggangguku lagi.

Arsen tidak dapat berbuah banyak, dia pergi tanpa menjelaskan apa yang terjadi. Selepas Arsen pergi, Alika berteriak penuh histeris membuat beberapa pejalan kaki melihat ke arahnya. Rasa sesak di dalam hati Alika mengingat kembali kehilangan bayinya membuat pikiran Alika kosong, dia gelap mata dan melangkah tanpa arah laut. Dinginnya air laut seakan tidak terasa.

Ankara yang melihat putrinya segera berlari, bergegas menyelamatkannya. Begitu susah payah dia meraih tubuh Alika, dengan kondisi dirinya sendiri yang tidak baik-baik saja.

“Apa kau bodoh, huh?” tanya Ankara sambil membantu Alika agar bernapas lagi. Beberapa kali dia mengomeli Alika yang masih belum sadarkan diri. Hingga akhirnya Alika terbangun.

“Apa yang kau pikirkan? Apa kau pikir bunuh diri akan membuat masalahmu selesai? Tidak.” Ankara membentak Alika membuat putrinya yang baru saja kembali dari kematian menangis histeris. “Kau benar-benar bodoh.”

Tidak ada satupun kalimat bantahan dari Alika, dia hanya menangis dan terus menangis sedangkan Ankara memeluknya. Berharap agar Alika bisa tenang di dalam pelukannya.  

“Apa kau ingin balas dendam?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status