Home / Romansa / Pembalasan Sang Pewaris / 6. Kematian Alika

Share

6. Kematian Alika

Author: DIHNU
last update Last Updated: 2023-07-02 22:27:23

Alika membuka matanya, ia beberapa kali mengerjap. Suasana yang merasa asing terlihat. Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tidak ingat apapun, setelah menangis, dia tertidur.

Sebuah ketukan terdengar sesaat membuat Alika melirik ke asal suara. “Masuk!”

“Nona.” Suara Farhan pelan terdengar saat pintu terbuka. “Tuan menuggumu di lantai bawah!”

Walaupun masih enggan untuk bangun, Alika turun. Saat ia duduk, televisi dinyalakan memperlihatkan sebuah berita.

‘Ditemukan mayat wanita di tepi pantai bernama Alika Farhan, diperkirakan bunuh diri’

Alika yang melihat berita itu hanya bisa terdiam. Itu adalah berita tentang kematiannya, dalam semalam dia meninggal dan dalam semalam juga, dia mengganti identitas lain.

“Alika sudah mati!” Ankara membuka suara sambil melihat ke arah putrinya. “Hanya ada Elektra Jagna Lysander, pewaris utama keluarga Lysander!” tegas Ankara.

Tatapan Alika masih terfokus pada berita yang menyatakan dirinya meninggal. “Nona, Anda tidak perlu bingung. Sudah hal biasa untuk kelas atas seperti kita memanipulasi semuanya. Uang adalah kekuatan yang dapat mengendalikan semua hal di dunia ini!”

“Dokumen di atas meja adalah identitas barumu,” seru Ankara membuat Alika melihat sebuah amplop coklat, ia pun mengambilnya.

Sesaat dia melihat ke arah Ankara. “Biasakan dirimu dari sekarang, kau bukan Alika dari panti asuhan, kau adalah Nona Muda Lysander. Jangan membuat orang lain menindasmu mulai saat ini!”

“Bersiaplah, kita akan berangkat!”

“Ke mana?” Sedikit bingung, Alika bertanya.

“Home. Italia!”

Berita mengenai Alika bunuh diri, membuat keluarga Matthias begitu terkejut. Termasuk Arsen, dia paling terpukul. Dia bahkan pergi ke tempat di mana mayat ditemukan, dia memastikan dengan jelas. Namun, berita kematian Alika begitu membuat Vero bahagia. Dia orang paling menginginkan kematian Alika.

**

Suara roda koper yang tengah ditarik, ia menghela napas dengan kasar saat menghentikan langkah kakinya. Tidak pernah terpikirkan olehnya jika akan berada di Italia untuk memulai kehidupan yang baru.

“Ada apa? Apa kau masih memikirkan kehidupanmu yang mengerikan itu?” tanya Ankara tengah menyilangkan tangan di depan dada menunggu seseorang datang menjemput.

Bibir Elektra cukup kaku ingin mengatakan apa yang berada di pikirannya. “Nope. I'm just scared—“

“Mereka tahu jika kau adalah Alika anak yang besar di panti asuhan?” Ankara memotong perkataan putrinya, dia seakan bisa membaca pikiran.

“Tidak perlu memikirkan hal aneh. Masalah itu aku yang urus! Cukup ingat, kau adalah putriku, Elektra, Nona Muda Lysander.”

“Kau akan terbiasa nantinya.” Ankara meyakinkan.

Beberapa saat kemudian orang-orang berpakaian jas hitam datang dan memberikan hormat pada Ankara.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Ankara melihat putrinya juga memberikan hormat. “Kau tidak perlu melakukan hal bodoh seperti itu lagi. Kau Nona Muda Lysander, jangan buat dirimu rendah!” Suara Ankara terdengar kesal dengan tindakan yang dilakukan Elektra.

“Biasakan dirimu, kedepannya kau akan diperlakukan seperti ini,” ucap Ankara tegas membuat Elektra menganggukan kepala. Dia tidak menyangka hal seperti itu membuat Ankara marah.

Salah seorang pengawal yang datang menarik kopernya, tetapi ditahan. Ankara yang melihat hal itu menatap tajam ke arahnya. “Biarkan mereka melakukan tugasnya. Berikan kopermu pada mereka!”

“T-tapi—“ Elektra hanya tidak ingin membuat orang lain terbebani tapi saat melihat wajah Ankara, dia pun segera menuruti apa yang dikatakan pria itu.

Mobil Limousine berwarna hitam terlihat saat Elektra dan Ankara keluar dari airport, sesaat langkahnya terhenti melihat Ankara menaiki mobil itu. Lebih tepatnya, Elektra saat ini tengah mengagumi mobil yang berada di hadapannya. Dia sering menaiki mobil mahal bersama Arsen tetapi untuk pertama kali, dia akan menaiki mobil Limousine.

“El, what are you doing? You won’t come in?” tanya Ankara yang melihat Elektra tengah mematung.

“Em, apa kita akan menaiki mobil ini?” tanya Elektra ragu-ragu.

“Ya. Kau pikir kita akan naik taksi? Ayo masuk.”

Elektra pun bergegas masuk ke mobil, dia tidak ingin Ankara menunggunya hanya karena dirinya tengah terpukau dengan mobil yang tengah dinaiki.

“Kenapa? Apa kau tidak suka?” Ankara bertanya pada Elektra membuatnya terkejut.

Tangan Elektra melambai setengah dada memberikan isyarat jika bukan seperti pertanyaaan yang diajukan Ankara padanya. “Tidak-tidak. Aku menyukainya, hanya saja baru pertama kali menaiki mobil seperti ini,” jawab Elektra jujur membuat pengawal serta sopir melirik ke arah Elektra, sesaat kemudian raut wajahnya berubah. “Apologize,” lirih Elektra membuat Ankara mengerutkan kening.

Apologize?”

“Aku hanya tidak ingin merepotkan orang lain.” Elektra mengatakan alasan kenapa dia tidak ingin orang lain membawa koper tetapi jawaban itu berhasil membuat Ankara tertawa seketika.

Dua pria di depan saling bertatapan saat mendengar Ankara tertawa dengan lepas seperti itu.

“Kepala pelayan akan mengajarimu sopan santun seorang bangsawan. Kau harus bisa menguasainya,” ucap Ankara. “Dia juga akan mengajarimu cara mengelola bisnis tapi focus pada pekerjaanmu. Aku sudah menyiapkan tempat kau bekerja nanti. Kau perlu banyak hal untuk dipelajari, karena itu aku mendattangkan pengajar yang akan datang, dia akan mengajarimu segala hal mengenai Italia dan juga Eropa!”

Elektra hanya bisa menganggukan kepala, ia berpikir sesaat mengenai keputusannya. Apakah jalan yang diambil itu benar atau tidak.

“Kau bisa berbahasa asing ‘kan?”

“Ya. Beberapa bahasa.”

Tidak membutuhkan waktu lama, mereka telah sampai ke mansion. Dari kejauhan terlihat beberapa orang yang bersiap-siap untuk menyambut kedatangan mereka. Jika dulu dirinya tidak pernah mendapatkan pelakuan seperti itu tapi kini berbeda.

Mau tidak mau dia harus melakukannya.

“Selamat datang ke rumah Tuan, Nona,” seru seorang pria diikuti oleh semua orang sambil membungkuk.

“Ini putriku, Elektra Jagna Lysander. Mulai saat ini dia adalah Nona Muda Lysander. Aku harap tidak ada yang membocorkan mengenai dirinya. Kalian pasti mengerti konsekuensi jika melakukannya.”

“Ya, Tuan.”

“El. Ini Alex, ketua pelayan di sini. Dia mengurus segala hal di mansion. Dia juga akan mengajarimu mengenai segala hal yang tadi aku katakan padamu.”

Elektra menyapa pria paruh baya yang baru saja diperkenalkan padanya. “Kalian sudah menyiapkan kamar yang kuminta?”

“Saya sudah menyiapkan seperti yang diminta,” jawab Alex. “Nona Elektra, lewat sini. Aku akan mengantarkan Anda untuk beristiharat di kamar Anda,” ucap Alex.

Elektra melihat Ankara. “Pergilah istirahat, besok kita akan keluar. Aku akan memperkenalkan mereka padamu,” ucap Ankara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Sang Pewaris   Kau Pikir

    Vero yang baru tiba di kantor menghamburkan seluruh barang-barang di atas mejanya. Dia memekik membuat sang asisten masuk ke dalam ruangannya.“Keluar,” bentak Vero.Tangan Vero mengepal erat, melihat bagaimana Arsen mencium Elektra. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan sentuhan dari suaminya tapi wanita yang baru dikenal itu mendapatkannya.“Elektra sialan,” umpatnya sambil melemparkan ponsel sembarang arah. “Berani sekali wanita itu. Berani sekali dia tersenyum seperti itu,” geram Vero.Suara barang-barang yang dibanting terdengar hingga keluar tapi tidak ada yang berani mendekat kea rah ruangannya. Mereka sudah tahu bagaimana sikap Vero jika marah.Namun berbeda dengan Elektra yang tengah santai di dalam mobil Arsen, wanita itu seakan tidak terjadi apa-apa. Arsen sesekali melirik ke arah wanita disampingnya.“M-maaf jika saya membuat Anda tidak nyaman,” seru Arsen membuka suara.“No problem. Aku yakin Anda melihatku karena wajahku mirip dengan Alika.”“M-maaf.” Elektra tersenyum men

  • Pembalasan Sang Pewaris   61. Kau Pikir Kau Siapa?

    Vero yang baru tiba di kantor menghamburkan seluruh barang-barang di atas mejanya. Dia memekik membuat sang asisten masuk ke dalam ruangannya.“Keluar,” bentak Vero.Tangan Vero mengepal erat, melihat bagaimana Arsen mencium Elektra. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan sentuhan dari suaminya tapi wanita yang baru dikenal itu mendapatkannya.“Elektra sialan,” umpatnya sambil melemparkan ponsel sembarang arah. “Berani sekali wanita itu. Berani sekali dia tersenyum seperti itu,” geram Vero.Suara barang-barang yang dibanting terdengar hingga keluar tapi tidak ada yang berani mendekat kea rah ruangannya. Mereka sudah tahu bagaimana sikap Vero jika marah.Namun berbeda dengan Elektra yang tengah santai di dalam mobil Arsen, wanita itu seakan tidak terjadi apa-apa. Arsen sesekali melirik ke arah wanita disampingnya.“M-maaf jika saya membuat Anda tidak nyaman,” seru Arsen membuka suara.“No problem. Aku yakin Anda melihatku karena wajahku mirip dengan Alika.”“M-maaf.” Elektra tersenyum men

  • Pembalasan Sang Pewaris   60. Ciuman Panas Arsen dan Elektra

    Hotline berita begitu menarik banyak perhatian public. Di mana mereka menulis jika Elektra membela seorang pelaku dengan menjadi pengacaranya.“Tch. Sudah kuduga akan seperti ini,” gerutu Elektra kemudian menyambar remote dan mematikannya.Magno baru saja masuk dengan wajah yang sulit untuk diartikan. “Kita ke kantor.”“Banyak reporter di sana.”“Kau tidak bisa menangani mereka, huh?”Melihat raut wajah Magno dia bisa tahu jawabannya. “Aku tidak akan mati hanya karena mereka, ayo kita ke kantor,” ucap Elektra.Saat tiba di parkiran mata Elektra tertuju pada Regan yang berdiri di samping mobil. Magno pun terkejut dengan kehadiran pria itu.“Apa yang kau lakukan di sini?”“Aku mengkhawatirkanmu, aku melihat berita dan datang. Kau tidak membalas pesan ataupun mengangkat telponku.”Elektra baru ingat dia tidak memang ponselnya. “Kau mau ke kantor?” Regan lagi-lagi bertanya. “Ikut denganku di dalam mobil, mereka pasti akan mengenali mobilmu tapi mereka tidak akan mencegah mobilku masuk,” t

  • Pembalasan Sang Pewaris   59. Ngedate?

    Arsen benar-benar tidak bisa terima jika ada pria lain yang mendekat pada Elektra. Keinginannya mendekati Elektra berubah menjadi obsesi.“Enak ‘kan? Aku tebak kau tidak pernah merasakan nasi goreng seperti ini,” seru Regan. “Mau lagi?” Regan kembali menyendok nasi miliknya dan menyuapi Elektra. Lagi-lagi Elektra membuka mulutnya menerima suapan dari Regan.Mungkin banyak yang mengira jika keduanya adalah sepasang kekasih yang tengah berkencan.Di saat bersamaan, sebuah ponsel di atas meja berbunyi menampilkan sebuah pesan. Melihat pesan yang dikirimkan padanya membuat pria itu mengerutkan kening, sesaat kemudian menghubungi yang mengirimkan pesan padanya.“Pergi dari sana. Jangan ganggu dia, jangan sampai ketahuan.”“Baik Tuan.”Saat menerima pesan dari anak buahnya, Ankara memejamkan mata. Kemudian menghubungi satu nama di ponselnya. “Tolong cari informasi mengenai seseorang untukku,” serunya kemudian mematikan panggilan tapi mengirimkan satu foto.“Kau tidak akan menolak sepiring n

  • Pembalasan Sang Pewaris   58. Kencan Dipinggir Jalan

    Dari kejauhan terlihat pria yang tadi mengirimkan pesan pada Elektra, dia tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah wanita yang dilihatnya baru saja keluar dari pintu lift menuju basement kantor.“Kau mengajakku keluar karena ingin membayar hutangmu?”Regan segera menganggukan kepala. “Ya, dan juga ingin merayakan denganmu karena diterima menjadi pengacara di sini,” jawab Regan jujur.“Ayo,” seru Regan membukakan pintu mobilnya. “Maaf, mobil saya tidak seperti mobilmu,” ucap Regan saat masuk ke dalam mobil.Elektra bahkan tidak mempermasalahkan itu, apalagi bau parfum menyengat, tidak buruk menurutnya. Wanginya menenangkan dengan aroma kayu.Tidak ada ekspresi di wajah Elektra saat masuk ke dalam mobil. “Apa kau tidak suka dengan mobilku? Kita bisa—““Tidak. Ayo pergi saja,” bantah Elektra menenangkan Regan yang terlihat sedikit segan dengan sikapnya.H

  • Pembalasan Sang Pewaris   57. Elektra Menjadi Penguntit (?)

    Elektra mengumpati dirinya yang saat ini tengah duduk di dalam mobil sambil memperhatikan seseorang dari dalam mobil. Magno yang ada disampingnya pun menatap dengan penuh tanya, mengenai apa yang dilakukan oleh sang nona.Mata Elektra tertuju pada pria yang berada di dalam restoran, beberapa saat kemudian pria itu beranjak dari restoran tersebut. Dia berjalan santai menuju parkiran dan menyadari jika hari sudah sore. Buru-buru ia mengemudikan mobilnya meninggalkan tempat itu.Tanpa disadari—Elektra yang bersembunyi di dalam mobilnya kini membuntuti Regan. Ternyata dia juga penasaran terhadap laki-laki itu karena selalu mengajaknya bicara.“Kau tertarik dengannya?” Magno barulah membuka suara. Lirikan tajam dari Elektra terlihat, “Okay. Aku tidak akan bertanya lagi,” lanjutnya.Seram juga menanyakan hal seperti itu pada Elektra. Namun, dia suka jika Elektra menunjukan sikap seperti itu.Magno sengaja memberi jarak yang

  • Pembalasan Sang Pewaris   56. Tarik Ulur dengan Arsen

    "Hai, tu— tunggu." Regan mencoba menahan Elektra agar tidak pergi.Sayangnya, wanita itu tidak ingin bicara dan langsung mengemudikan mobilnya meninggalkan Regan."Ah, sial!" umpat Regan karena lagi-lagi dia gagal mengajak Elektra bicara. “Padahal dia ingin mentraktirnya.”Dia pun memilih pergi dari Firma Hukum Lyosa karena masih ada perut kelaparan yang harus diberi makan. Regan lantas mengemudikan mobilnya menuju sebuah restoran terdekat.Lagi-lagi kedatangan Regan di restoran tersebut mengundang perhatian orang-orang sekitar. Ketampanannya memang telah diakui banyak orang. Namun, Regan sendiri bingung mengapa Elektra sama sekali tidak tertarik padanya? Bahkan setelah mereka bertemu beberapa kali."Ck! Aku sungguh tidak nyaman ditatap oleh mereka seperti itu," celetuk Regan seraya memasuki restoran.Walaupun begitu, dia tidak berniat untuk mencari tempat makan yang lainnya. Regan sengaja memilih tempat duduk di sudu

  • Pembalasan Sang Pewaris   55. Elektra Menghindar

    Kamar yang tertata rapi, deretan buku-buku hukum ada di dalam membuat kamar tersebut sesuai dengan pemilik kamar. Sederhana tapi sangat bersih."Bangun, Regan. Katamu ada acara hari ini?" Seorang wanita berkata lembut setelah membuka korden jendela kamar putranya."Iya, Ma," jawab laki-laki itu seraya berkedip cepat.Dia ingat sekali jika hari ini akan ada interview bagi orang-orang yang sudah mendaftar di Firma Hukum Lyosha. Seketika Regan bangun dengan penuh semangat dan ingin segera diwawancarai, sekaligus berharap bisa bertemu pengacara cantik lagi di sana."Aku mandi dulu ya, Ma," pamit Regan."Iya, Sayang," sahutnya.Begitu Regan masuk kamar mandi, wanita paruh baya itu langsung membereskan tempat tidur sang putra. Kemudian—menyiapkan sarapan dan melakukan aktivitas yang lain.Berhubung sudah hampir terlambat, Regan mempercepat proses mandinya dan segera memakai baju se-rapi mungkin. Dia berdiri di depan cer

  • Pembalasan Sang Pewaris   54. Pria Ekstrovert Vs Wanita Introvert

    Elektra lagi-lagi terbangun melihat ruangan yang berbeda. Ruang kamar dengan cat berwarna abu. “Sial. Kenapa aku tidak sadar jika dia menggendongku pulang,” gerutu Elektra sambil mengacak rambut. Setelah merasa nyawanya terkumpul, Elektra turun dari tempat tidur, dia mencari keberadaan Magno tetapi tidak menemukan pria itu di manapun. Namun, sarapan pagi berada di atas meja membuatnya segera menyantapnya. “Ke mana perginya, dia? Bukankah ini masih pagi?” tanya Elektra sambil mencari letak jam, dia ingin tahu saat ini pukul berapa. Namun saat dia melihat jam, begitu terkejut dirinya. “Astaga. Apa aku tidur selama itu?” tanya Elektra. Jam telah menunjukan pukul 3 sore. Sesaat Elektra terdiam. “Makanannya masih hangat, apa dia pulang dan membuatkanku makanan?” Elektra tersadar mengenai hal itu. Setelah menyelesaikan makannya, Elektra bergegas membersihkan diri. Di dalam kamar tersedia pakaian ganti untuknya. “Dia selalu tahu, fash

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status