Home / Urban / Pembalasan Sang Presdir Dingin / BAB 5 RINDU YANG MENDALAM

Share

BAB 5 RINDU YANG MENDALAM

Author: shart96
last update Last Updated: 2025-08-11 09:18:59

BAB 5 RINDU YANG MENDALAM

William mendatangi tempat yang menjual berbagai jenis bunga sebelum pergi ke makam sang Ibu, dia langsung memesan bunga Lili dengan berbagai warna. bunga yang disukai sang Ibu selama hidupnya, bahkan sang Ibu bercerita jika dia hamil lagi dan melahirkan anak perempuan, dia akan menamainya Lili saking kecintaannya kepada bunga tersebut.

Selesai melakukan pembayaran, William melanjutkan perjalanannya menuju makam sang Ibu untuk yang pertama kali setelah tujuh tahun berlalu. William meletakkan bunga yang dia beli di salah satu batu nisan yang bernama Aletha Wijaya.

"Bu...Liam datang, maaf baru datang lagi setelah sekian lama." William mengusap nisan sang Ibu perlahan memandang lekat-lekat tanpa berkedip, tanpa disadari kini kedua matanya mulai berembun.

Dadanya terasa sesak, Ia menggigit bibir bawah pelan seolah menahan tangis.

"Bagaimana kabar Ibu, semoga selalu damai disana. Liam baik-baik saja saat ini jadi Ibu tidak perlu khawatir," ucap Liam suaranya serak nyaris tak terdengar.

Setelah selesai mencurahkan isi hatinya kepada sang Ibu, dia melanjutkan perjalanannya pergi ke rumah. dia akan mulai kembali menyelidiki siapa orang yang ada di foto tersebut apa dia ada kaitannya dengan Rian atau tidak.

Namun saat di perjalanan, William merasa ada sebuah mobil yang mengikutinya dari belakang. dia menyadarinya saat membeli bunga, tadinya William mengira hanya kebetulan saja tapi dia melihat mobil itu kembali mengikutinya setelah dari makam sang Ibu.

William berpikir keras seraya berusaha menghindari mobil tersebut tanpa sang pengemudi yang mengikutinya curiga, dia segera menghubungi Hendery setelahnya.

"Halo, Hendery, apa saat ini kamu tidak sedang sibuk?"

"Tidak terlalu, memangnya ada apa? apa terjadi sesuatu, aku mendengar nada bicaramu berbeda sekali."

"Ada mobil yang mengikutiku sejak aku pergi ke toko bunga, kalau tidak sibuk aku akan datang ke perusahaanmu. takutnya jika datang ke rumah atau ke apartemenmu mereka akan mengacak-acak dan menghilangkan barang bukti yang telah kita kumpulkan selama ini,"

"Iya sudah, datanglah kemari, nanti biar orang suruhanku yang mengambil alih mobil untuk diparkirkan di tempat khusus pasti kamu membawa barang-barang penting. Jadi setelah sampai tinggal langsung pergi ke ruanganku saja."

"Baiklah, terima kasih."

"Ish kau ini, iya sudah hati-hati dijalan. jika sudah sampai kabari lagi,"

"Oke, aku putus sambungannya."

William memacu mobilnya lebih cepat menuju perusahaan Hendery, dan benar saja saat dilihat dari kaca spion mobil tersebut masih terus mengikutinya. selang satu jam kemudian dia sampai di perusahaan Hendery, dia langsung pergi menuju ruangan sahabatnya itu bekerja.

"Kamu yakin akan mengajukan tuntutan kepada Rian sekarang? bukannya kamu bilang saat ini kita masih belum punya banyak bukti untuk menuntut dia."

Hendery terkejut saat William bilang akan menuntut Rian sekarang, sebenarnya tidak masalah jika mau sekarang membuat laporan tersebut kepada pihak yang berwajib. 

Namun sebelumnya William sendiri yang mengatakan untuk menundanya terlebih dahulu dan mencari barang bukti lainnya, dia mengira pasti terjadi sesuatu saat datang ke rumah keluarga William yang membuat sahabatnya kini merubah keputusannya.

"Aku yakin, kita bisa mencari barang bukti lain selama pihak berwajib masih memprosesnya." William mengetuk jari tangannya pada meja tanpa sadar.

"Baiklah jika itu keputusanmu, kalau begitu aku akan menghubungi pengacara untuk membantu mengurus laporannya, kamu tenang saja biar aku yang urus," ucap Hendery mencoret-coret meja dengan kuku.

Hendery menghubungi pengacara andalannya yang biasa menangani kasus perusahaannya jika terjadi sesuatu. mereka berdiskusi lebih dalam mengenai laporan seperti pasal apa yang akan ada dalam tuntutan serta barang bukti mana saja yang nantinya akan diserahkan kepada pihak yang berwajib.

Setelah berdiskusi dan mempersiapkan semua berkas, ketiganya pun pergi menuju polsek terdekat. Beberapa jam kemudian setelah membuat laporan, berita tentang William yang membuat laporan menuntut Rian atas beberapa pasal seperti pasal pencemaran nama baik, pasal membuat laporan palsu serta menuntutnya atas investasi palsu yang dijalankan mengatasnamakan dirinya.

Berita tersebut sudah semakin tersebar luas karena beberapa wartawan yang biasa selalu ada di sekitar polsek untuk mencari info terbaru untuk dipublikasikan, dan berita tersebut sudah terdengar sampai ke telinga Chandra Pramudya ayah William.

Chandra langsung menghubungi William untuk datang ke rumah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, meski sebenarnya enggan untuk datang lagi ke rumah tersebut William terpaksa harus datang lagi.

Dan disinilah dia sekarang dirumah yang dulu penuh kenangan kini berubah drastis ingin segera cepat-cepat untuk keluar.

William baru saja duduk di kursi di samping sang Ayah, namun beberapa detik kemudian pipinya terasa sangat sakit dan panas akibat tamparan keras Chandra yang penuh amarah.

"Apa yang ingin kamu lakukan lagi kali ini? apa tidak cukup selama tujuh tahun dipenjara," bentak Chandra yang masih tersulut emosi.

"Apa yang aku lakukan tujuh tahun yang lalu? aku tidak melakukan hal apapun saat itu. Sudah berulang kali aku bilang tapi apa? Ayah tidak percaya sama sekali sampai sekarang." William mengedip cepat menahan air matanya, rasa sakit di pipinya semakin menjalar,

Dia sudah menduga hal ini akan terjadi lagi, namun dirinya merasa belum siap menerima ucapan dan makian yang diucapkan oleh Ayah kandungnya sendiri. Mampukah kali ini William bisa membalas rasa sakit yang dirasakannya atau akan sama seperti dulu menerima tanpa bisa membela dirinya lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB 10 - RENCANA AWAL GAGAL?

    "Aku tidak begitu yakin soal ini," Saat berdiskusi dengan Mia, tiba-tiba terdengar dering ponsel William yang menandakan ada panggilan masuk. William melihat ternyata pengacara yang disediakan Hendery untuknya yang menghubungi."Iya ada apa?" tanya William to the point."Kamu ada dimana sekarang? aku datang ke apartemen tapi pihak disini mengatakan melihat kamu pergi keluar. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan," sahut Ferdi sang pengacara saat ini baru saja masuk ke dalam mobilnya.Mendengar hal tersebut William menarik tas dipangkuannya dan memindahkannya ke meja, lalu bangkit dari tempat duduk untuk sedikit menjauh dari Mia."Iya katakan ada apa?""Aku mendapatkan pemberitahuan dari pihak yang berwajib, bahwa laporan yang kita ajukan saat itu tidak bisa ditindaklanjuti. karena tidak cukup barang bukti yang menunjukkan atau mengarah kepada Rian sebagai tersangka dari apa yang kita tuntut dan laporkan,""Hah kok bisa? segitu banyak lampiran yang diserahkan masih kurang juga?" Wi

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB 9 - SEBUAH MISI?

    "Apa aku harus percaya dengan apa yang wanita ini katanya? dan ikut membantunya untuk mencaritahu lebih dalam tentang siapa Tedi Yan sebenarnya, dengan begitu dia juga bisa membantuku mencari tahu apa anak itu benar-benar bekerja sama dengan Tedi Yan yang menghancurkan perusahaanku dan membuatku masuk penjara selama ini."William termenung sejenak, memikirkan apakah dia harus percaya dan bekerja sama dengan Mia atau tidak. satu sisi dia harus berhati-hati yang selalu mengingat ucapan Hendery bahwa harus berhati-hati siapa tahu ada orang yang akan mengecohnya agar fokus teralihkan kepada hal yang lain, dan hal tersebut bisa saja dimanfaatkan Rian maupun orang lain yang terlibat dengannya mencoba menghilangkan barang bukti yang saat ini sedang dia cari.Meski sudah tujuh tahun berlalu, tapi dia yakin bahwa barang bukti apa yang telah mereka lakukan masih ada yang tersimpan disuatu tempat. "Apa yang semua aku katakan dan semua yang ada dihadapanmu tidak membuatmu percaya kepadaku?" tany

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB 8 KAWAN ATAU LAWAN?

    William hendak menjawab panggilan tersebut, namun sepersekian detik kemudian panggilan itu terputus. selang beberapa saat tiba-tiba ada pesan masuk, William pun langsung membuka pesan itu dan mulai membaca isi pesan itu dengan seksama. "Apa ini dengan William Argantara? ada yang ingin saya bicarakan. saya orang yang sebelumnya mengirim foto kepada anda beberapa hari yang lalu," "Jika berkenan datanglah ke alamat ini," Pesan selanjutnya orang tersebut mengirim alamat tempat mereka akan bertemu. "Apa benar dia orang yang mengirim foto sebelumnya?" gumam William saat membaca pesan tersebut. "Apa aku harus pergi ke alamat itu sekarang? siapa tahu dia tahu orang di foto itu siapa dan memiliki bukti untuk bisa lebih menjerat anak itu," jari telunjuknya mengetuk-ngetuk pada ponsel beberapa kali, berfikir sejenak. William berpikir sejenak sebelum membalas pesan tersebut, setelah memantapkan diri dia me

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB 7 MENCARI SESEORANG

    "Udah ngocehnya? udah kaya emak-emak yang lagi marahin anaknya, nyerocos cepet kaya kereta cepat." William jengah dengan tingkah Hendery yang mengomeli dan menasehatinya sejak tadi seraya mengobatinya dengan telaten. "Udah diem! masih mending mau aku obatin, ngapapin aja sih sampe kaya gini," ucap Hendery yang fokus mengobati luka di wajah William. Hendery sudah seperti sang Ibu yang selalu mengomelinya jika anaknya terluka, membuat William terkadang jengkel dengan sahabatnya tersebut karena terlalu berlebihan menurutnya dan ingin melakukan sesuatu kepada sahabatnya itu agar tidak terlalu cerewet. "Udah tua juga, masih banyak tingkah aku lihat." Hendery tetap mengomeli setelah selesai mengobati luka di wajah William semampunya. Dia sudah terbiasa mengobati William sejak bangku Sekolah Menengah Atas, karena dimasa itu William tidak jarang mendapatkan tindakan bullying dari kakak kelasnya. William bukan tidak b

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB 6 AMARAH YANG SELAMA INI DIPENDAM

    BAB 6 AMARAH YANG SELAMA INI DIPENDAMRian yang melihat William ditampar oleh Ayah kandungnya sendiri cukup puas, dia tidak perlu melakukannya dengan tangannya sendiri.Hanya dengan bicara dan memutarbalikkan fakta kepada Candra, dia tidak perlu turun langsung untuk memberikan pelajaran kepada William untuk sekarang ini.“Dasar anak kurang dan tidak tahu terima kasih.”“Berterima kasih untuk apa? Semenjak Ibu meninggal aku hanya sendirian. Sedangkan Ayah sibuk dengan keluarga baru,” William terkekeh seraya memegangi pipinya.Chandra yang semakin tersulut emosi bergegas menuju tas di sudut ruangan yang berisi stik golf.“Coba katakan sekali lagi!”Chandra sudah bersiap dengan Stik golf di tangannya“Apa? Ayah akan memukulku? apa yang aku katakan bukannya benar dan bukankah Ayah sendiri yang memutuskan hubungan antara Ayah dan Anak?” tanya William dengan pandangan tajam menusuk serta tersenyum miring.“Apa yang sebenarnya kamu inginkan Kak Liam? Apa aku punya salah kepadamu? Aku akan lak

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB 5 RINDU YANG MENDALAM

    BAB 5 RINDU YANG MENDALAMWilliam mendatangi tempat yang menjual berbagai jenis bunga sebelum pergi ke makam sang Ibu, dia langsung memesan bunga Lili dengan berbagai warna. bunga yang disukai sang Ibu selama hidupnya, bahkan sang Ibu bercerita jika dia hamil lagi dan melahirkan anak perempuan, dia akan menamainya Lili saking kecintaannya kepada bunga tersebut.Selesai melakukan pembayaran, William melanjutkan perjalanannya menuju makam sang Ibu untuk yang pertama kali setelah tujuh tahun berlalu. William meletakkan bunga yang dia beli di salah satu batu nisan yang bernama Aletha Wijaya."Bu...Liam datang, maaf baru datang lagi setelah sekian lama." William mengusap nisan sang Ibu perlahan memandang lekat-lekat tanpa berkedip, tanpa disadari kini kedua matanya mulai berembun.Dadanya terasa sesak, Ia menggigit bibir bawah pelan seolah menahan tangis."Bagaimana kabar Ibu, semoga selalu damai disana. Liam baik-baik saja saat ini jadi Ibu tidak perlu khawatir," ucap Liam suaranya serak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status