Home / Urban / Pembalasan Sang Presdir Dingin / BAB 4 PERTEMUAN TIDAK TERDUGA

Share

BAB 4 PERTEMUAN TIDAK TERDUGA

Author: shart96
last update Last Updated: 2025-08-11 09:18:17

BAB 4 PERTEMUAN TIDAK TERDUGA

Setelah selesai mengemasi semua barang miliknya, William memperhatikan sekitar sejenak. perlahan namun pasti dia mulai memperhatikan setiap barang-barang dan foto-foto yang ada di rumah tersebut, siapa tahu ada sebuah petunjuk baru yang bisa membantunya untuk dijadikan tambahan sebagai barang bukti nantinya. 

Meski dia tahu orang yang menyembunyikan sesuatu yang menjadi barang bukti kejahatannya seperti Rian akan menyimpan semuanya dengan sebaik dan rapi mungkin agar tidak ada satu orang pun yang tahu, namun tidak ada yang tahu kalau ada sebuah celah yang dibuat tanpa sengaja karena keteledorannya.

Sialnya baru saja beberapa menit yang lalu William memulai aksinya, dia tersentak saat mendengar suara yang sangat familiar baginya, membuatnya harus menghentikan apa yang sedang dilakukan saat itu.

"Oh ada tamu yang tidak diundang ternyata di rumah ini, masih punya muka juga ternyata setelah keluar dari penjara langsung datang kesini." Rian berjalan santai menghampiri William yang saat ini berada di ruang keluarga.

"Ah iya aku lupa karena Ayah saat ini sudah pergi ke kantor makanya berani datang kemari," ucap Rian dengan senyum miring dan tatapan meremehkan, yang menurut William sangat menjengkelkan saat mendengarnya.

William berbalik untuk mencari keberadaan Rian." Wah adik Tiriku belum pergi ternyata, Ibu Margaret bilang semua orang sudah pada pergi ke kantor." tanganya mengepal kuat menahan emosinya.

William mencoba untuk tetap tenang agar tidak terprovokasi dengan ucapan Rian, hari ini dia hanya akan fokus mengambil barang-barangnya lalu mencari sesuatu di kamar Rian siapa tahu menemukan sesuatu. Namun sialnya baru juga hendak pergi ke kamarnya Rian, sang pemilik kamar ternyata sedang ada di rumah sekarang.

"Jangan pernah memanggil Ibuku dengan sebutan Ibu, dia bukan Ibu kandungmu." Rian tidak suka mendengar William memanggil Ibunya seperti itu.

"Apa aku harus memanggilnya dengan sebutan Nyonya Margaret?" William terkekeh melihat raut wajah Rian yang saat ini memperlihatkan raut kesal.

"Dan ingat! Ayahmu yang sekarang adalah Ayah kandungku. Jangan berharap anak tiri sepertimu ingin menggantikan posisiku sebagai anak kandungnya,"ucap William setelah mendekat kearah Rian.

Jantung Rian berdebar kencang mendengar ucapan William dengan tatapan tajam yang dia berikan, matanya mengikuti gerak bibir lawan bicaranya. Namun beberapa detik kemudian dia tersenyum kecil untuk menghilangkan sedikit kegugupannya.

"Dan jangan senang dulu dengan apa yang kamu dapatkan sekarang ini, bisa saja aku mengambil semua yang kamu ambil dariku akan aku ambil kembali dengan cepat atau secara perlahan seperti kamu yang menuduh dan menjebloskan aku ke penjara,"ucap William meninggalkan ruangan tanpa menoleh dengan membawa semua barangnya yang dia simpan sebelumnya di atas meja.

Rian memperhatikan William yang perlahan meninggalkan rumah yang dahulu mereka tempati bersama. "Oh iya? kita lihat saja nanti. Aku akan menunggu bagaimana cara kamu melakukannya kakak tiriku," Rian tersenyum penuh makna, namun segera merubah raut wajahnya saat melihat sang Ibu datang menghampirinya.

"Loh kok kamu balik lagi sayang, terus kakak kamu kemana, apa dia udah pergi? barusan ke kamarnya nggak ada. Tas dan barang-barangnya juga sudah tidak ada," Margaret sedikit terkejut ternyata anaknya ada di rumah karena sebelumnya sudah berpamitan pergi ke kantor setengah jam yang lalu tidak lama berselang dengan sang Suami.

"Aku menggambil dokumen yang tertinggal dikamar Bu, makanya ada disini sekarang. Ibu membiarkannya masuk?"

"Tentu saja kenapa tidak dibolehkan masuk? ini kan rumah kakakmu dan ayah sambungmu."

"Aku tahu itu Ibu, hanya saja statusnya sekarang sebagai mantan napi apa tidak akan membuat Ayah marah jika tahu kalau Kakak datang kesini? bagaimana jika ada orang yang melihatnya kesini dan orang tersebut memberitahu media," dengan tenang Rian mencoba untuk mengecoh dan memperdaya sang Ibu secara halus agar tidak terlibat interaksi lagi dengan William.

"Ibu juga tahu, tapi bagaimanapun dia adalah anak kandungnya; pasti ada rasa rindu di dalam hatinya jika benar-benar bertemu secara langsung. mengingat semenjak di penjara dia tidak menjenguknya sama sekali di lapas dan Ibu sesekali melihat Ayah memperlihatkan foto kita berempat,"

Mendengar apa yang diucapkan sang Ibu membuat Rian semakin kesal, dari situ dia menyadari bahwa Margaret sampai sekarang masih menaruh perhatian kepada William seperti layaknya anak sendiri.

Namun saat ini dia tidak bisa berbuat banyak, untuk sementara waktu biarkan saja dahulu. dia akan mengamati apa yang akan dilakukan William nantinya, jika William mulai bergerak maka dia juga akan mulai bergerak untuk menggagalkannya.

"Baiklah Bu, aku akan mengambil dokumen yang tertinggal di kamar. sudah hampir terlambat," ucap Rian memperhatikan jam tangannya, lebih tepat dia mengelak karena tidak ingin mendengarkan sang Ibu menceritakan lebih lagi tentang William.

Rian bergegas menuju kamarnya mengambil dokumen yang tertinggal di dalam kamarnya, dokumen yang telah dia kerjakan semalaman, setelahnya berpamitan kepada sang Ibu sebelum berangkat ke Kantor.

Sebelum berangkat di dalam mobil dia menghubungi seseorang."Awasi gerak-gerik dia, kita akan bertindak lebih awal jika dia mulai bergerak!" perintah Rian kepada orang suruhannya lalu memutuskan sambungan secara sepihak.

"Kita lihat siapa yang kali ini akan kalah lagi, aku akan satu bahkan lebih beberapa langkah jauh bertindak sebelum apa yang akan kamu lakukan terlaksana." Rian melirik ponselnya sambil tersenyum kecil.

Apa yang akan Rian lakukan kali ini kepada William? dan dapatkah William segera menggali informasi mengenai siapa orang yang ada dibalik foto sebelumnya. Karena rencana awal mengeledah kamar Rian tidak jadi dia lakukan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 19

    Sudah dari satu jam yang lalu mereka telah tiba dan menunggu kapal kargo yang akan berlabuh di dermaga, namun masih belum terlihat kapal yang membawa barang milik Tedy Yan bersandar di pelabuhan.“Ini sudah tengah malam, tapi kenapa kapalnya belum juga sampai di pelabuhan?” tanya salah satu pengawal yang sedang mengawasi.“Aku juga tidak tahu, mungkin ada keterlambatan karena cuaca buruk. Kita tidak tahu cuaca laut seperti apa sekarang,” sahut yang lainnya.“Sebenarnya barang seperti apa yang dipesan Pak Tedi sampai mengerahkan semua pengawalnya ke sini?' bisik Bian yang saat ini sedang berada disamping William."Mungkin barang lelang dan barang mewah dan tentu mahal sejenisnya , jadi harus dikawal ketat. kalau tidak mana mungkin kita ada disini sekarang," sahut William sekenanya.Selang beberapa menit kemudian terlihat sebuah kapal kargo mulai mendekat ke pelabuhan, setelah di konfirmasi ternyata kapal tersebut yang membawa barang pesanan Tedi Yan.Semua mulai lebih mendekat ke arah

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 18

    “Heh dimana sekarang? jam segini keluyuran, baru nyampe dirumah tapi tidak terdeteksi tanda-tanda kehidupan.”-Hendery.“Liam sampai kesini jam berapa? kita disuruh kumpul jam setengah sebelas.”-Bian.William membalas satu per satu pesan yang masuk dari keduanya.”Aku harus pergi sekarang Bian memberitahuku kalau kami harus berkumpul segera sekarang, tetap hati-hati disini, jika terjadi sesuatu segera hubungi aku.”William melihat area sekitar kamar hotel memeriksa sekilas takut ada yang masih mengikuti tanpa dia dan Mia sadari.“Baiklah, hati-hati juga di jalan.”William bergegas keluar dari hotel lalu mulai melanjutkan perjalanannya menuju gedung perusahaan Tedi Yan, sebelum pergi dia sudah membalas kedua pesan dari Bian dan Hendery. Kepada Bian dia akan datang dan sampai sekitar tiga puluh menit, sedangkan kepada Hendery dia sedang ada urusan dan akan menjelaskan detailnya nanti saat bertemu.Beruntung jarak antara hotel dan gedung perusahaan Tedi Yan tidak terlalu jauh, jadi hanya me

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 17

    “Mau bagaimana lagi kita harus masuk ke ruang kerja Ayahku sekarang, tidak mungkin kita menunggu mereka sampai selesai bekerja. waktu kita tidak banyak lagi pula aku lihat yang lembur orang-orang yang sudah aku kenal juga,” sahut Mia melihat masih ada beberapa karyawan yang masih bekerja.Karena tidak ada lagi jalan akses menuju ruang kerja sang Ayah, dengan terpaksa mau tidak mau Mia dan William harus melewati para karyawan yang posisi mereka bekerja di dekat ruang kerja sang Ayah.“Ikuti saja aku dari belakang, dan jangan membuat gerakan yang mencurigakan!” perintah Mia berbisik.Setelah keduanya sepakat, Mia berjalan tegak penuh percaya diri menuju ruang kerja Ayahnya disusul William yang berada di belakangnya, terlihat seperti seorang pengawal.Orang yang berada disana yang mengenal Mia langsung menyapanya dengan ramah, Mia pun menyapa mereka kembali dengan ramah agar tidak ada yang curiga.“Mbak Mia tumben jam segini datang ke kantor?” sapa salah satu karyawan senior di perusahaa

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 16

    Rian dengan santai menenangkan Tedi Yan agar tidak terlalu khawatir karena William bekerja di perusahaannya, dia yakin saat ini kondisi masih mampu dia kendalikan. justru dengan William bekerja di perusahaan Tedi Yan dia bisa leluasa memantaunya dengan menempatkan beberapa orang suruhannya disana.“Baiklah aku pegang janjimu, aku sudah memperingatkanmu dari awal. Kalau terjadi sesuatu dengan perusahaanku kau yang aku cari lebih dahulu,” dengan nada tegas dan pandangan tajam Tedi Yan saat berbicara kepada Rian.“Tentu kau bisa pegang itu, selama kerja sama kita lancar. Maka semuanya akan lancar terkendali,”Setelah berdiskusi Rian meninggalkan gedung perusahaan Tedi Yan, sedangkan William kini sudah tiba di rumah Mia.“Bagaimana tadi, apa cukup menyenangkan?” tanya Mia kini meletakkan segelas jus jeruk dihadapan William.“Iya cukup menarik, meski sangat kewalahan. aku tidak menyangka bahwa ditunjuk langsung oleh Tedi Yan untuk menjadi pengawalnya,” William menerima jus tersebut lalu me

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 15

    William dan Bian pun masuk ke dalam ruangan tersebut, ruangan yang sering terlihat di film-film. Dimana sebuah ruangan yang biasa digunakan para bos-bos mafia dan para anggotanya untuk tempat dimana biasa mereka berkumpul.“Jadi ini salah satu tempat biasa mereka berkumpul, aku kira mereka tidak akan membuat basecamp di kantor. Berani juga ternyata Tedi Yan,”gumam William dalam hati sekilas melirik ke sekitar.William tidak menyangka seorang Tedi Yan berani membuat ruangan “khusus” untuk mereka berkumpul di kantor yang mana siapa saja bisa masuk, meski bisa saja dijaga ketat, tidak ada yang tahu ada seseorang yang iseng ingin melihat seluruh isi gedung.Apalagi terkadang beberapa “oknum” pencari berita suka berbuat nekat demi mendapatkan sebuah berita yang sangat eksklusif.Semua yang ada disana kompak langsung menatap kearah William dan Bian saat keduanya baru saja tiba, kini mereka menjadi pusat perhatian semuanya menatap penuh penasaran dan siaga."Tina obati mereka berdua!" perint

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB 14

    William melepas jas yang dikenakannya, lalu dengan gerakan cepat menggulung kedua lengan kemeja yang menutupi tangannya sampai ke siku."Untuk mendapatkan informasi penting aku harus melakukan hal yang seperti ini, tapi mau bagaimana lagi. Namun aku harap semua ini akan setimpal dengan hasil akhir yang dilakukan nanti,"ucap William dalam hati sedikit mengeluh.William tidak menyangka bahwa akan melawan semua peserta yang lolos tahap selanjutnya dengan nya sekaligus, dia pikir akan melawannya satu lawan satu. saat baru saja wasit selesai memberi aba-aba, dirinya sudah mendapatkan bogem mentah dari salah satu peserta."Sial belum siap sepenuhnya sudah mendapat bogem mentah." William menyentuh sudut bibirnya yang terasa perih dan sedikit berbau anyir."Baiklah apa boleh buat, aku harus melakukannya tanpa bisa mengasihani mereka semua."William mulai memasang pertahanan dan membalas pukulan-pukulan yang dilayangkan oleh para peserta yang mulai menyerangnya, meski cukup kewalahan namun akh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status