MasukSekian kisah Elina dan Darren, terima kasih untuk semua pembaca yang sudah mengikuti kisah ini dari awal. Semoga kalian menyukai ending yang saya berikan, dan jangan lupa, baca juga kisah terbaru dari saya : Istri Kilat Presdir Tampan. Sudah tayang di Goodnovel, terima kasih banyak.
Di ballroom hotel bintang lima.Darren berdiri di depan altar, menunggu pengantinnya muncul dari pintu besar yang sejajar dengan tempatnya berdiri.Berulang kali, Darren mengembuskan napas kasar. Senyum tak luput dari wajahnya.Di depan altar. Claudia dan Marco duduk menunggu acara prosesi berlangsung.Sejak Elina dibawa Darren pulang, Claudia bersikap begitu baik, dia akhirnya mendapatkan menantu yang selama ini didambakannya.“Kenapa putramu begitu gugup?” tanya Claudia saat menoleh pada Marco. Claudia melihat Darren terus meremat jemari.“Wajar kalau gugup, itu artinya dia sangat menantikan momen ini,” balas Marco dengan santainya.Di depan pintu besar luar ballroom. Elina berdiri menunggu pintu di depannya terbuka.Dia ditemani MUA, mendengar suara MC yang bicara di dalam ballroom.Saat Elina begitu gugup, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh lengannya, lalu mengarahkan untuk melingkarkan tangannya di lengan pria berjas rapi ini.Elina tersentak, matanya melebar melihat Jhonny ada di
Satu minggu kemudian.Elina dan Darren turun dari mobil yang terparkir di depan rumah sakit jiwa.Samantha dinyatakan bersalah dan ditetapkan sebagai tersangka atas semua kejahatan-kejahatan yang dilakukannya. Tapi Samantha tidak diproses secara hukum karena polisi memasukkan surat kesehatan mental palsu atas permintaan Darren.Akhirnya, Samantha ditahan di rumah sakit jiwa, dia akan dikurung di sana dan mendapatkan obat-obatan yang tak seharusnya didapatkannya.“Kamu yakin mau menemuinya?” tanya Darren memastikan saat dia dan Elina sudah turun dari mobil.Elina tersenyum, napasnya begitu ringan ketika dia berkata, “Aku mau melihat, sudah sampai mana penderitaannya di dalam rumah sakit jiwa.”Darren ikut tersenyum melihat Elina begitu ceria sekarang. Dia mengangguk lalu mempersilakan Elina untuk berjalan lebih dulu.Mereka masuk ke bagian terdalam rumah sakit, di lantai atas tempat pasien gangguan jiwa dirawat dengan ketat agar tidak kabur.Elina meminta Samantha ditempatkan di kamar
Setelah kejadian yang terjadi begitu cepat.Berita soal penangkapan Samantha dan kematian Eleanor yang tragis menyebar luas. Bahkan sudah ada pemberitaan soal para pemegang saham yang akhirnya mengambil alih perusahaan Alva, karena tidak ada satu pun keluarga yang mau mengklaim perusahaan itu.Sedangkan Elina. Dia pulang bersama Darren dan Eliz, kembali ke villa membawa kotak peninggalan sang nenek yang sebelumnya ditinggalkan karena kabur dari rumah.“Aku akan membayar pihak polisi untuk memalsukan dokumen kesehatan mental Samantha, agar kita bisa menjebloskannya ke rumah sakit jiwa,” ucap Darren.Eliz menatap miris, sampai dia berkata, “Apa kalian yakin akan melakukannya? Mama sudah mengikhlaskan semua yang dilakukannya dulu, Mama hanya ingin melihat kalian hidup bahagia. Mama tidak mau lagi mengingat soal Samantha.”“Harus, Ma,” balas Elina dengan cepat, dia menatap begitu serius saat Eliz memandangnya. “Samantha harus mendapatkan ganjaran atas semua perbuatannya, pada Mama, padaku
“Ayo! Bunuh aku! Ini yang kamu mau, kan? Kenapa diam? Kamu takut?” teriak Samantha menggila, tatapannya sama sekali tidak menunjukkan rasa takut sama sekali.Elina ingin sekali menghujamkan pisau itu di leher Samantha agar wanita gila ini diam. Namun, bukan ini rencananya.Kematian hanya hukuman kecil untuk Samantha, wanita ini tidak akan merasakan apa yang namanya penderitaan jika mati begitu mudah.Menarik tangannya yang memegang pisau agar terlepas dari cengkraman Samantha, pisau yang ada di tangan Elina kini menggores telapak tangan Samantha.Samantha memekik kesakitan masih dalam posisi terbaring di lantai, dia melihat tangannya yang terluka.Elina berdiri dengan cepat, tatapannya begitu tajam pada Samantha, ketika dia berkata, “Kamu tidak akan mati dengan mudah. Kamu harus merasakan, apa yang namanya penderitaan.”Tangan kiri Samantha memegang tangan kanannya yang terluka, lalu dia tertawa keras, suaranya menggema di ruangan itu.“Kamu pengecut. Kamu seperti ibumu yang sangat le
Samantha menatap penuh amarah saat melihat Elina duduk dengan santai di depan foto putrinya.“Beraninya kamu muncul di sini, hah? Kamu ingin menghina kematian putriku!” hardik Samantha sambil menunjuk ke arah Elina.Elina menatap dingin mendengar ucapan Samantha, satu kaki yang sejak tadi disilangkan, kini diturunkan. Dia berdiri dari duduknya, masih dengan tatapan tertuju pada Samantha.“Menghina? Itu hanya pikiranmu saja,” balas Elina dengan santai.Samantha semakin geram melihat Elina baik-baik saja dan secara terang-terangan seperti menantang dirinya. Baru saja dia akan bicara, Elina sudah kembali berkata, “Bagaimana? Bukankah menyakitkan melihat orang yang kamu sayangi menderita lalu sekarang tiada?”Samantha terkesiap mendengar ucapan Elina, hingga matanya menyipit curiga.“Jadi benar, kamu yang sudah membunuh Eleanor, kan?” tuduh Samantha.“Kamu tidak punya bukti, jangan asal menuduh,” balas Elina begitu santai. “Aku datang ke sini hanya untuk melihat, sampai mana kamu menderit
Samantha kembali duduk setelah ditenangkan para pelayan. Dia kembali memandangi peti jenazah putrinya dengan tatapan kosong.Para pelayat satu persatu pulang, ada juga yang masih bertahan di sana.Ketika keheningan begitu menyelimuti suasana ruang tengah rumah mewah itu, kedatangan Jhonny di sana membuat semua orang terkejut, termasuk para pelayan.Jhonny mendapat kabar soal kematian Eleanor dari kabar berita salah satu stasiun televisi. Samantha terancam kehilangan Alva Group, sekarang Samantha malah kehilangan Eleanor lebih dulu.Berhenti di dekat peti mati Eleanor, Jhonny memberi penghormatan terakhir dengan meletakkan bunga putih di samping peti.“Istirahatlah dengan tenang,” ucap Jhonny sambil menatap wajah Eleanor.Saat melihat kedatangan Jhonny, Samantha kembali berdiri dari duduknya dengan langkah gontai, dia langsung mencengkram kedua lengan Jhonny, membuat pria itu menghadap ke arahnya.“Ele sudah pergi, Jhonny. Apa kamu juga akan meninggalkanku?” rengek Samantha dengan tata







