แชร์

Bab 4

ผู้เขียน: Asyifa Wafiyah
Aku tertawa.

Kutatap Stella sambil berkata, "Benar juga, kenapa aku hampir melupakanmu."

"Kamu selalu mengelilingi pria yang sudah menikah! Kalau bukan karena kamu ...."

"Kalau bukan karena kamu, Nea nggak mungkin ...."

"Kamu ...!" Sebelum aku menyelesaikan ucapanku, Haris sudah menarik Stella ke belakangnya dan mengangkat tangannya seolah ingin menamparku lagi.

Aku menyeka darah dari sudut mulutku, berdiri, dan menatap tajam Haris dengan mata merahku. "Haris, apakah kamu benar-benar ingin Nea datang?" tanyaku.

Tanpa menunggu dia menjawab, aku membuka tas yang kuletakkan di depannya dan mengeluarkan kotak abu Nea.

Stella spontan mundur karena terkejut sambil menggendong putrinya. Petugas pemadam kebakaran lainnya juga saling memandang dengan kaget.

Siapa pun langsung tahu apa yang aku keluarkan hanya dengan sekali pandang.

Namun, hanya Haris yang masih berpura-pura bodoh. "Mika, apa lagi rencanamu ini?"

Mataku begitu merah karena marah dan kuucapkan setiap kata dengan penuh penekanan, "Nea ada di sini, dia ada di dalam kotak kecil ini!"

"Kamu sengaja ya? Kamu ingin mempermalukanku di pesta perayaanku?" Haris tiba-tiba berdiri, menunjuk ke arahku dan menghardikku, seakan-akan aku adalah orang yang sangat jahat.

Stella tampaknya terkejut sampai ketakutan dengan situasi ini, dia memeluk putrinya erat-erat, bersembunyi di belakang Haris, tetapi masih tidak lupa untuk mengintip keluar dan dengan lemah lembut berkata, "Kak Mika, jangan seperti ini ... ini akan menakuti anak kecil ...."

Aku tertawa sinis, pada saat bersamaan, air mataku mengalir tanpa bisa kutahan lagi. "Stella, jangan berpura-pura baik hati di depanku!"

"Kalau kamu nggak mengganggu Haris sepanjang hari, apa dia akan mengabaikan keselamatan Nea dan hanya menyelamatkan putrimu?"

"Kamu ... aku nggak ...." Raut wajah Stella memucat, matanya memerah dan berkaca-kaca, dia tampak akan segera menangis.

"Cukup!" Haris memukul meja. "Mika, aku adalah petugas pemadam kebakaran! Kalau kamu membuat keributan seperti ini setiap hari, bagaimana aku bisa menyelamatkan orang?"

"Menyelamatkan orang?"

Aku merasa seperti sedang mendengar sebuah lelucon besar. Aku menunjuk ke arah anak kecil yang dipeluk oleh Stella dan berkata dengan suara keras, "Apa putrimu bukan orang? Apa kamu sudah menyelamatkannya?"

"Nggak! Kamu nggak menyelamatkannya! Padahal aku sudah memberitahumu! Nea berada di ruang tari di lantai dua!"

"Cukup! Mika!" teriak Haris dengan tiba-tiba sambil membanting kotak abu di depannya ke lantai.

Begitu suara kotak abu membentur lantai terdengar, tutupnya terlepas, memperlihatkan abu di dalamnya.

Aku memandang Haris dengan tidak percaya, air mata tidak bisa berhenti mengalir di wajahku. "Haris ... kamu .... Itu adalah Nea ...!"

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 9

    Vina duduk di kursi belakang. Saat melihatku, dia awalnya tertegun, lalu membuka mulutnya lebar-lebar hendak berteriak.Aku segera menunjuk ke arah dua orang yang sedang berpelukan di tepi sungai dan berkata, "Vina, kamu sudah lihat, 'kan? Paman Haris akan segera bersama ibumu."Vina mencondongkan diri ke jendela mobil, mata terbuka lebar, melihat dengan penasaran.Aku melanjutkan ucapanku, "Vina, Paman Haris hanya akan mencintai ibumu mulai sekarang ... mungkin dia nggak akan mencintaimu lagi.""Mereka juga akan melahirkan banyak anak, lalu ....""Kamu bohong!" Vina akhirnya bereaksi dan membantah ucapanku dengan suara keras.Aku mengelus wajah Vina dan berkata, "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa coba sendiri, lihat siapa yang akan diselamatkan Paman Haris kalau kamu dan ibumu sama-sama dalam bahaya."Setelah mengatakan itu, aku pun keluar dari mobil.Karena aku tahu ....Vina sangat mencintai Haris, cintanya sudah di luar nalar. Dia ingin Haris menjadi ayahnya seorang.Tidak lama k

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 8

    Hanya satu malam, Haris di pecat dari damkar, kariernya yang dulu dia bangga-banggakan hancur dalam sekejap.Adapun Stella, identitasnya sebagai "wanita simpan" terungkap dan dipecat dari perusahaan dia bekerja. Dia dan ibunya menjadi seperti tikus jalanan, dihujat dan dipukul oleh orang-orang.Perbuatan mereka sendiri yang membawa malapetaka bagi mereka.Namun, itu saja tidak cukup!Aku ingin mereka membayar atas apa yang telah mereka lakukan!Tiga hari kemudian, aku dan Haris menjalani prosedur perceraian.Tidak ada pertengkaran seperti yang dibayangkan. Dia menandatangani surat cerai dengan tenang dan meninggalkan rumah tanpa membawa aset apa pun, hanya membawa kelelahan dan penyesalan.Aku mendengar Haris berkata padaku dengan suara serak, "Mika, maaf ...."Aku menghentikan langkahku dan berkata, "Haris, berapa kali pun kamu minta maaf padaku ....""Nea sudah nggak bisa kembali."Dia menutup matanya, merasa sangat menderita, tetapi hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan lemah.S

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 7

    Aku menyuruh pengawalku untuk membawa Desi ke kantor polisi. Tidak memerlukan waktu lama, Stella dan Haris pun tiba.Ibuku berteriak, "Semuanya sudah terungkap, apa lagi yang ingin kamu jelaskan sekarang?"Stella berdiri di depan Desi, tergagap-gagap saat berbicara, "Apa ... yang sedang kamu lakukan? Apa pun yang ingin kamu bicarakan ... tunggu sampai pengacara ibuku tiba ... baru kita bicarakan!"Aku mencengkeram kerah baju Stella dan berkata, "Stella! Kamu menghasut putrimu untuk menyulutkan api! Kamu meminta ibumu untuk berbohong kepada petugas pemadam kebakaran bahwa nggak ada seorang pun di lantai dua!""Kamu sudah merencanakan semua ini untuk membunuh putriku!"Haris menyaksikan semua ini dengan ekspresi tidak percaya, butuh beberapa saat baginya untuk tersadar kembali. "Apa kamu bilang?"Aku tertawa sinis, mengeluarkan ponselku dan memutar sebuah rekaman.Kata-kata Vina yang polos tetapi kejam, "Aku hanya menyalakan api, ingin melihat siapa yang akan diselamatkan oleh Paman Hari

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 6

    Haris membuka kertas itu dengan tangan gemetar. Saat melihat isinya, wajahnya seketika memucat.Kertas itu merupakan surat persetujuan kremasi Nea, tertulis dengan jelas identitas jasad yang dikremasi. Nama: Nea Yerno. Usia: 4 tahun.Haris jatuh terduduk di lantai, tatapannya menjadi kosong."Haris, Nea sudah pergi, kamulah yang membunuhnya!" teriak aku dengan nada yang penuh penekanan dan menatapnya dengan tatapan dingin."Bu ... bukan aku .... Aku hanya ...." Dia tiba-tiba teringat sesuatu, berdiri sambil menahan sakit dan lanjut berkata, "Hari itu, kepala sekolah di TK itu yang memberitahuku, hanya ada orang di lantai satu!""Makanya aku ...."Ayahku tidak ingin melihat wajahnya lagi, jadi menyuruh pengawal untuk mengusir Haris. "Kamu hanya seorang pria yang masuk ke keluarga istri! Berani-beraninya kamu menindas Mika dan Nea!""Rafa, kamu selidiki kepala sekolah itu."Bisnis usaha keluargaku bergerak di bidang keamanan, jadi memiliki banyak koneksi, baik di pihak yang sah maupun ti

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 5

    "Sudah puas buat keributan di sini?" Pada saat Haris melindungi Stella, dia tidak lupa menginjak abu Nea. "Sudah kubilang, jangan membuat keributan di sini!""Kamu pikir bisa menipuku dengan tepung ini?""Aaah! Minggir!" Aku terjatuh ke lantai, memukul kakinya berkali-kali, bahkan menggigitnya, tetapi dia tetap tidak menggeser kakinya.Haris mendengkus, mengangkat kepalanya dan berkata, "Memang anjing yang gila."Aku dengan hati-hati mengumpulkan abu Nea sedikit demi sedikit.Beberapa petugas pemadam kebakaran yang hadir merasa tidak tega, mereka berjongkok untuk membantuku, tetapi aku mendorong mereka satu per satu. "Nggak perlu.""Aku bilang nggak perlu! Minggir!"Beberapa petugas itu pun terdiam.Haris menarik pergi para rekannya itu dan berkata, "Aku sudah lama bersamanya, dia memang seperti ini, licik dan jahat, jangan percaya padanya."Aku berdiri dengan perlahan, menyeka air mataku, menatap Haris dengan tatapan dingin, dan mengucapkan kata demi kata, "Haris, dua hari i lagi adal

  • Pembalasan Seorang Ibu   Bab 4

    Aku tertawa.Kutatap Stella sambil berkata, "Benar juga, kenapa aku hampir melupakanmu.""Kamu selalu mengelilingi pria yang sudah menikah! Kalau bukan karena kamu ....""Kalau bukan karena kamu, Nea nggak mungkin ....""Kamu ...!" Sebelum aku menyelesaikan ucapanku, Haris sudah menarik Stella ke belakangnya dan mengangkat tangannya seolah ingin menamparku lagi.Aku menyeka darah dari sudut mulutku, berdiri, dan menatap tajam Haris dengan mata merahku. "Haris, apakah kamu benar-benar ingin Nea datang?" tanyaku.Tanpa menunggu dia menjawab, aku membuka tas yang kuletakkan di depannya dan mengeluarkan kotak abu Nea.Stella spontan mundur karena terkejut sambil menggendong putrinya. Petugas pemadam kebakaran lainnya juga saling memandang dengan kaget.Siapa pun langsung tahu apa yang aku keluarkan hanya dengan sekali pandang.Namun, hanya Haris yang masih berpura-pura bodoh. "Mika, apa lagi rencanamu ini?"Mataku begitu merah karena marah dan kuucapkan setiap kata dengan penuh penekanan,

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status