Share

Bab 3. Kecelakaan

Hilda dan Tamara sedang duduk di teras samping rumah. Mereka sedang membicarakan sesuatu yang sangat rahasia.

"Mommy, bagaimana ini?" tanya Tamara kepada Hilda. Terlihat wajah ber-make up itu sangat gelisah.

"Sebaiknya kita pikirkan bagaimana caranya agar Ariana tidak jadi mengusir kita," jawab Hilda berbisik.

Langit malam tanpa bintang menjadi saksi perbincangan rahasia ibu dan anak ini. Bahkan hembusan angin malam yang dingin itu tidak menyurutkan kedua orang itu untuk masuk ke dalam rumah.

"Begini saja Ariana sudah sangat marah. Bagaimana kalau dia tahu kita yang menyebabkan dia keguguran sampai tiga kali," gerutu Tamara dengan menghentakan kaki.

"Diam kamu! Bagaimana kalau ada yang mendengar?" ujar Hilda menutup mulut Tamara dengan dua tangannya.

Wanita itu pun mengangguk. Dia sering berbuat bodoh dan membuat Hilda kesal.

"Tapi, itu 'kan benar. Mommy sudah membuat dia kehilangan bayinya. Bahkan sampai tiga kali!" bisik Tamara dengan memasang wajah kesal, karena kena omelan sang ibu.

"Mommy terpaksa melakukan hal itu. Bagaimana kalau dia punya ahli waris dan semua harta itu diberikan pada anaknya nanti? Kamu mau hidup menggelandang di hari tua nanti!" bentak Hilda dengan mata yang membelalak dan tatapan tajam.

"Mommy tidak perlu memelototi aku seperti itu!" teriak Tamara marah bercampur kesal. Dia paling tidak suka jika ada yang memperlakukan dirinya demikian 

"Itu karena kamu bodoh, Tamara!" pekik Hilda dengan tangan kanan meremas lengan Tamara, karena gemas akan kebodohan anaknya.

Tamara mengaduh dan melepaskan tangan Hilda. Terlihat jelas bekas tanda merah di tangannya, dia pun mengusap-usap sambil meringis.

"Bukannya akan lebih bagus kalau aku punya keponakan yang lucu," kata Tamara dengan bibir yang mengerucut.

Tanpa mereka sadari kalau Ariana sejak tadi mendengarkan ucapan mereka berdua. Air mata Ariana jatuh membasahi pipi. Dia teringat kembali akan kejadian beberapa tahun yang lalu. Ariana hamil dan mengalami keguguran saat usia calon bayinya memasuki 4 bulan karena tertabrak motor. Dia pertama kali hamil saat usia pernikahannya dengan Enzo memasuki tahun ke-3. Kebahagiaan yang mereka rasakan itu hanya berlangsung selama 1 bulan. Betapa sedihnya Ariana dan Enzo saat tahu bayi mereka tidak bisa diselamatkan.

Ariana dan Enzo kembali melakukan program kehamilan, dua tahun pasca keguguran. Di kehamilan yang kedua itu awalnya juga berjalan lancar. Usia kandungan Ariana memasuki minggu ke-7, dia mengalami pendarahan hebat. Dia dan dokter kandungan yang memantau pun tidak mengerti kenapa hal ini bisa terjadi. Akhirnya, Ariana kembali harus kehilangan sang buah hati.

Kemudian, beberapa minggu yang lalu, Ariana kembali mendapat kabar gembira. Dia akhirnya bisa mengandung kembali. Saat dia cek usia kehamilan, ternyata sudah 6 minggu. Lagi-lagi dia harus mengalami keguguran karena jatuh dari anak tangga. Betapa hancur hati Ariana yang sudah 3 kali kehilangan buah cintanya bersama Enzo.

Kini dia tahu kalau semua kejadian itu adalah ulah mertua, yang tidak menginginkan adanya penerus. Ariana sangat marah dan ingin membalas semua kejahatan mertua dan adik iparnya ini. Ingin rasanya dia memasukan kedua orang itu ke dalam penjara. Namun, dia tidak punya bukti apa pun.

"Aku akan menuntut balas kepada kalian! Berani-beraninya kalian melakukan hal ini kepadaku!" gumam Ariana, kemudian berlalu dari sana.

Masalah keguguran dia yang pertama sudah terlalu lama kejadiannya. Begitu juga saat ini, dia tidak punya rekaman video atau audio. Tidak ada cctv di teras halaman samping, adanya rekaman cctv yang mengarah ke sana. Namun, tidak akan terlihat gerak bibir Hilda dan Tamara.

***

Ariana pun menghubungi Olivia, kembaran Oliver. Sahabat baiknya itu merupakan seorang dokter ahli jantung. Ariana lalu menceritakan apa yang baru saja dia lihat dan dengar.

"Kumpulkan saksi yang bisa menguatkan  kamu atas kejahatan yang dilakukan oleh Hilda dan Tamara. Misal suruh mereka menulis keseharian mereka beberapa waktu yang lalu, dengan jujur. Siapa tahu ada diantara mereka menuliskan sesuatu yang sangat penting bagi kamu."

"Benar juga, aku akan interogasi mereka."

"Kamu juga harus berhati-hati terhadap mereka. Bisa saja mereka juga akan mencelakai kamu."

"Iya. Terima kasih atas perhatian kamu ini. Hanya kamu dan Oliver yang benar-benar sayang sama aku dengan tulus."

"Sampai kapan pun aku dan Oliver akan selalu menyayangi kamu."

Ariana akan memulai pembalasan untuk keluarga suaminya. Dia sudah membulatkan tekad untuk membuat orang-orang itu merasakan kesakitan seperti yang dia pernah rasakan.

***

Saat sarapan Ariana tidak menghiraukan keberadaan suami, mertua, dan adik iparnya di meja makan. Dia makan dengan tenang meski ada 3 pasang mata yang terus memperhatikan dirinya.

"Honey, aku ingin—"

"Aku sudah menyuruh pengacara untuk mengurus perceraian kita," potong Ariana lalu memasukan makanannya ke dalam mulut.

"Apa tidak ada maaf bagiku?" tanya Enzo dengan menatap sendu.

"Sudah berapa lama kamu dan Caroline menjalin hubungan?" Ariana malah balik bertanya tanpa menghiraukan perkataan suaminya.

"Belum lama ini. Karena aku ingin punya keturunan, Honey," jawab Enzo dengan lembut.

Hilda dan Tamara menatap Ariana dengan intens dan diam. Keduanya sedang menikmati sarapan hari terakhir di rumah mewah milik Ariana. Mereka juga mulai merutuki kebodohan Enzo. Gara-gara dirinya mereka ikut menjadi korban.

Senyum lebar dan penuh ejekan terlukis di wajah Ariana. Dia lalu melemparkan beberapa foto Enzo dengan Caroline, ke depan suaminya.

Mata Enzo terbelalak saat melihat foto-foto dirinya bersama Caroline dari beberapa tahun yang lalu. Lidah dia terasa kelu dan tidak bisa bicara. Matanya menatap Ariana dengan ketakutan.

"Belum lama? Iya, benar juga, sih. Baru tiga tahun sedangkan kamu dan aku sudah menjalin hubungan sudah sebelas tahun. Aku rasa ini sudah cukup lama, ya. Jadi, pastinya bosan dan ingin mengakhiri ini semua," kata Ariana mengejek Enzo.

"Honey …." Enzo sudah tidak bisa mengelak lagi.

"Aku harap kedepannya kita tidak akan pernah saling berhubungan lagi," ujar Ariana sambil berdiri, kemudian meninggalkan ruang makan.

Baru juga Ariana berjalan beberapa langkah, dia membalikkan badannya dan berkata dengan tegas, "Aku harap hari ini kalian semua sudah meninggalkan rumah aku ini!"

Terlihat jelas pancaran kebencian dari sorot mata ketiga orang itu. Namun, Ariana tidak mau ambil pusing dengan itu, karena dia juga sama bencinya kepada mereka.

***

Ariana pergi ke kantor diantarkan oleh supir pribadi. Dia biasanya selalu pergi ke mana-mana seorang diri. Namun, saat ini kesehatannya masih dalam proses pemulihan. Jadi, tidak boleh terlalu capek.

"Andrew kamu bisa istirahat di ruang karyawan jika bosan menunggu aku kerja nanti," kata Ariana sambil membalas pesan dari Oliver.

"Kalau bisa, izinkan saya duduk di dekat pintu ruang kerja Anda, Madam. Daddy berpesan agar aku selalu berada di dekat Madam," ucap Andrew.

"Baiklah. Terserah kamu saja," balas Ariana sambil melihat ke arah luar jendela.

Tiba-tiba ada kendaraan yang melaju berlawanan arah. Andrew sudah membunyikan klakson beberapa kali kalau kendaraan itu sudah salah jalur karena melawan arah. Namun, mobil itu tidak ada niatan untuk ke jalur yang seharusnya.

"Sial!" umpat Andrew sambil banting setir.

"Ada apa Andrew?" tanya Ariana sambil berpegangan pada sandaran kursi di depannya.

"Ada yang mencoba berbuat buruk, Madam. Mobil barusan berpapasan dengan kita itu melaju berlawanan arah," jawab Andrew.

"Berhati-hatilah!" titah Ariana.

Tidak lama kemudian si kuda besi yang tadi hampir menabrak, kini menyalip mobil Ariana dari arah belakang dan membuat Andrew terkejut. Dia pun banting setir lagi untuk menghindari tabrakan. Akan tetapi, kali ini laju kendaraannya tidak bisa dikuasai oleh Andrew.

"Madam, keadaan gawat. Bisakah Anda melompat ke luar!" teriak Andrew sambil mencoba mengendalikan setir dan remnya.

"Kenapa?" tanya Ariana panik.

"Remnya blong!" jawab Andrew dengan nada bicara yang agak meninggi.

"Oh, Tuhan. Bagaimana bisa ini terjadi?" lirih Ariana.

"Sial! Madam tidak akan sempat!" teriak Andrew lagi.

Ariana pun membuka sabuk pengamannya. Belum juga membuka pintu mobil, kendaraan itu sudah jatuh ke jurang yang di bawahnya ada laut. Mobil yang ditumpangi oleh Ariana dan Andrew jatuh ke dalam laut dan meledak karena banyak terumbu karang di sana.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sholeha Nurul Qolbi
Ini pasti ulah dari ibu mertua atau si Caroline.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status