Share

Bab 2. Mertua Ikut Terlibat

Ariana pun mengadakan rapat direksi secara mendadak. Meski banyak yang mengeluhkan pertemuan ini, mereka tidak bisa apa-apa karena sang pemilik yang punya kuasa.

"Selamat sore semuanya. Maaf karena sudah mengadakan rapat dadakan hari ini. Seperti yang sudah kalian tahu kalau kita akan mengadakan rapat untuk pemegang kursi Direktur Utama, dan CEO perusahaan cabang New York yang sedang terjerat hukum. Kita pilih dua orang yang kira-kira kompeten bisa memegang jabatan ini," kata Ariana membuka rapat hari itu.

"Maaf sebelumnya, Madam. Kenapa posisi Direktur Utama juga ikut diganti? Bukannya itu posisi milik suami Anda?" tanya Oliver yang merupakan salah satu pemegang saham di perusahaan Elektronik Brown, sekaligus sahabat sejak kecil Ariana.

"Aku tidak mau mempekerjakan seorang pengkhianat. Orang yang melakukan penggelapan uang, dan memanipulasi laporan keuangan. Aku tidak butuh orang seperti itu dalam menjalankan perusahaan milikku. Meski dia itu suamiku!" jawab Ariana dengan tegas.

Para direksi perusahaan Elektronik Brown, sangat menghormati setiap keputusan yang diambil oleh wanita muda berusia 30 tahun itu. Mereka tahu kalau Ariana pasti akan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Meski Ariana sering bekerja di rumah, tetapi dia memantau dan mengerjakan semua tugasnya sebagai Komisaris dari Elektronik Brown.

Rapat berjalan cepat karena semua orang setuju untuk mengangkat Adam Smith untuk menempati posisi Direktur Utama. Lalu Abraham Ford untuk menempati posisi CEO.

***

"Ana, tunggu!" teriak Oliver begitu keluar ruang rapat.

"Ada apa, Oliver? Aku sedang sibuk. Banyak karyawan yang memegang posisi penting aku berhentikan dengan paksa karena mereka terlibat kejahatan dengan Enzo," balas Ariana sambil terus berjalan. Dia harus secepatnya membuka lowongan pekerjaan untuk beberapa posisi yang kosong saat ini.

"Aku rasa bukan hanya masalah penggelapan uang yang dilakukan oleh Enzo. Kamu terlihat sangat marah sekali," kata Oliver sambil ikut berjalan di samping Ariana.

"Ya. Si brengsek itu sudah selingkuh dengan Caroline!" desis Ariana menahan amarah.

"Sudah kuduga kalau mereka berdua itu diam-diam menjalin hubungan asmara di belakang kamu," ujar Oliver yang berjalan sambil memasukan tangan ke dalam saku celananya.

"Kau …!" Ariana menunjuk muka Oliver dengan geram.

"Tenang. Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikan semua itu dari kamu. Aku beberapa kali melihat mereka dari kejauhan. Mereka berdua itu terlihat sangat mesra untuk ukuran bos dengan sekretarisnya. Bahkan aku melihat mereka masuk ke apartemen yang satu bangunan dengan Olivia. Kamu bisa cek itu nanti atau tanya pada Olivia," ujar Oliver sambil memegang bahu sahabatnya itu.

"Jika hal itu benar terjadi, aku tidak akan segan melepaskan Enzo. Hati ini terlalu sakit dan lelah. Aku baru saja kehilangan bayiku untuk ketiga kalinya. Kini suami dan sahabat aku bermain api. Rasanya aku ingin memukul mereka," ucap Ariana dengan penuh kekesalan.

"Kamu adalah wanita hebat yang aku kenal. Aku yakin kalau kamu bisa melalui ini semua," ucap Oliver sambil memeluk tubuh Ariana.

***

Hilda dan Tamara pulang saat itu juga begitu tahu sumber keuangan mereka terancam hilang. Enzo sering memberikan uang lebih banyak kepada ibu dan adik perempuannya dari jatah yang Ariana berikan. Bahkan Enzo memberikan tiga kali lipat dari jumlah yang seharusnya mereka terima.

"Mommy, bagaimana ini? Kalau kakak ipar marah dan mengaudit kartu keuangan milik kita, pasti akan ketahuan," kata Tamara pada ibunya di salah satu ruangan rumah mewah milik Ariana.

"Kamu tenang saja. Jangan bicara apa pun selagi mommy bicara nanti. Oke!" ucap Hilda sambil menatap putrinya. Tamara pun mengangguk tanda mengerti.

Tamara mengikuti ke mana pun ibunya pergi. Saat ini Hilda mau menemui sang menantu di ruang kerjanya.

"Sayang, ini mommy!" Hilda mengetuk pintu dari kayu jati itu dengan agak keras takut tidak terdengar oleh Ariana.

Tidak lama kemudian pintu itu pun terbuka dan menampilkan sosok wanita berbaju sederhana. Hilda pun masuk dan diikuti oleh Tamara.

"Ada apa Mommy?" tanya Ariana pada sosok yang selalu dia hormati, karena wanita paruh baya itu merupakan ibu dari suaminya.

"Mommy baru dengar kalau Enzo sudah melakukan kesalahan besar terhadap pernikahan kalian. Mommy sungguh sangat kecewa! Mommy malu mempunyai anak seperti itu." Hilda menangis dan terlihat sangat kecewa.

"Sudahlah Mommy. Itu bukan salah Mommy. Tapi, kesalahan Enzo," ucap Ariana sambil memegang kedua tangan mertuanya.

"Mommy tadi sudah bicara dengan Enzo. Dia begitu karena terpaksa. Enzo bilang saat itu ada yang menaruh obat perangsang pada minuman dia. Lalu, Caroline ingin menolongnya, itu saja. Enzo terlihat sangat menderita karena harus menahan hasratnya. Sementara, saat ini kamu tidak bisa menjalankan peran istri untuk menolong dia," jelas Hilda.

Serasa dipukul pakai godam, Ariana langsung melepaskan pegangan pada tangan Hilda  Bola mata indah itu bergetar, dia baru menyadari kalau mertuanya juga sudah tahu akan perbuatan Enzo dengan Caroline.

Ariana merasa sudah menjadi orang bodoh yang buta akan keadaan sekelilingnya. Dia baru menyadari ini. Kalau selain suami dan sahabatnya, ternyata sang ibu mertua juga terlibat dalam kejahatan terselubung itu.

Lalu, Ariana pun menatap lekat pada adik iparnya. Dia ingin tahu apa Tamara juga merupakan salah satu komplotan mereka. Melihat Tamara meremas-remas jemari tangannya dan duduk dengan gelisah, sudah bisa dipastikan kalau dia juga terlibat.

"Maaf, Mommy. Kesalahan Enzo begitu sangat besar dan aku rasa tidak bisa memaafkan dia," jawab Ariana dengan menahan amarah dan air matanya.

Beberapa menit yang lalu dia menerima rekaman cctv dari gedung apartemen tempat tinggal Olivia. Dia mengirimkan belasan rekaman cctv itu mulai dari 3 tahun yang lalu. Betapa mesra dan intimnya Enzo dengan Caroline. Rekaman terakhir adalah waktu siang hari dengan tanggal hari ini. Bahkan baju mereka itu sama dengan baju yang dipakai tadi di kantor.

"Apa tidak bisa memaafkan kesalahannya? Demi mommy, Sayang. Mommy mohon maafkan Enzo. Biarkan dia menebus dosa-dosanya dengan mengabdi padamu," rayu Hilda dengan menangis tergugu.

"Maafkan aku Mommy. Perselingkuhan adalah sesuatu yang tidak bisa aku tolerir. Apa pun itu alasannya. Jadi, aku akan memilih berpisah dari Enzo. Dan pengacaraku sudah mengurus segalanya," balas Ariana.

Bagaikan tersambar petir, Hilda dan Tamara membelalakkan mata mereka. Kedua orang itu tidak menyangka kalau Ariana yang polos dan mudah dibodohi, kini sudah mengambil keputusan. Baik Hilda mau pun Tamara sangat marah dengan keputusan ini.

"Ariana, kamu jangan terburu-buru ambil keputusan. Hanya karena Enzo sekali melakukan kesalahan, kamu tidak memberinya ampunan," pekik Hilda.

"Sekali? Mommy pikir aku tidak tahu sudah berapa lama mereka berselingkuh? Dan aku yakin Mommy juga tahu hubungan antara Enzo dengan Caroline. Aku harap kalian segera bereskan barang-barang kalian. Karena aku tidak suka ada orang luar tinggal di rumahku," ucap Ariana dengan memasang senyum sinis, kemudian berjalan ke arah meja kerjanya.

"Kakak ipar, kamu jangan berperilaku sombong kepada kami! Kamu pikir diri kamu itu siapa? Tanpa adanya kami di sisi kamu, semua kesuksesan ini tidak akan pernah tercapai!" bentak Tamara sambil berdiri dan menunjuk ke arah Ariana.

"Iya. Kamu benar sekali Tamara. Kesuksesan ini tidak akan bisa aku raih, tanpa adanya kalian di sisi aku. Dan aku yakin kesuksesan ini akan lebih jauh lagi jika aku membuang hama tikus yang menggerogoti kantung-kantung hartaku. Aku rasa total kekayaan yang seharusnya aku miliki itu tiga kali lipat dari sekarang," pungkas Ariana sambil duduk dan memutar-mutar kursinya. Dia senang melihat muka-muka yang mendadak pucat pasi itu.

"Jika tidak ada lagi yang ingin kalian bicarakan. Tolong keluar dari ruangan ini karena aku sedang sibuk," ujar Ariana sambil membuka laptop.

Hilda dan Tamara pun keluar ruangan dengan perasaan yang berkecamuk. Mereka marah, kesal, dan terkejut, tetapi rasa takut juga mulai menguasai hati mereka.

***

Kini Hilda dan Tamara sedang berada di teras halaman samping. Hilda menelepon putra kedua yang bernama Alejandro. Dia akan meminta pada adik Enzo itu untuk ditempatkan di salah satu apartemen miliknya karena semua aset dari Ariana sudah dibekukan. Bahkan apartemen mewah yang ada di kota New Orleans pun kini tidak bisa mereka tempati.

"Ale, tolong mommy! Kita diusir oleh Ariana dari rumahnya. Apa mommy bisa menempati apartemen kamu yang ada di Manhattan?" Hilda mencoba merayu putra keduanya.

"Maaf, Mommy. Apartemen itu sedang diperbaiki. Kalau mau ada plat di daerah kota Brooklyn."

"Apa, plat? Tidak mau. Kamu sewakan saja mommy hotel."

"Saat ini aku sedang berada di luar negeri. Bukannya kalian punya banyak yang "

Hilda mematikan panggilannya, kini dia semakin emosi dan berkata, "Dasar anak tidak tahu diri. Tidak tahu balas budi!"

***

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sholeha Nurul Qolbi
Ibu mertua dan adik ipar sama-sama jahat
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status