Share

Shopping

Aвтор: Rias Ardani
last update Последнее обновление: 2021-07-14 14:42:23

"Ros, kamu ngapain?" tanya Mamah sambil mengetuk pintu kamarku, saat aku tengah bersantai sambil menyeruput kopi cappucino di depan layar laptop.

Aku beranjak dari duduk, berjalan menuju pintu kamar. Kubuka perlahan pintu, "Ros lagi santai, kenapa Mah?" tanyaku sambil mendongakkan wajah.

"Temani Mamah ngeMall yuk! Lama kan kita nggak shopping bareng!" ujar Mamah sambil tersenyum.

"Oke! Ros ganti pakaian dulu!" jawabku.

"Jangan lama sayang! Mamah tunggu di ruang tamu!" ucapnya sambil berjalan menuju anak tangga.

Aku mengangguk, lalu menutup pintu. Kumatikan Laptop, dan bergegas memilih pakaian terbaikku.

Tak lupa, kupoleskan wajah ini dengan make up natural. Sudah sangat lama rasanya, aku tidak berdandan seperti ini.

Aku dan Mamah pun meluncur menuju pusat perbelanjaan terbesar.

Sesampainya di parkiran. "Kita mau kemana dulu? Mah." Aku bertanya dengan bingung, sebab sudah lama sekali, aku tidak pernah shopping.

"Kita ke salon dulu, Nak. Mamah mau perawatan." 

"Oke deh!" sahutku.

Kami berdua pun menuju salon kecantikan.

Saat kami sedang asik menunggu antrian, tak lama kemudian, masuklah seorang wanita dan laki-laki yang begitu sangat aku kenali.

"Mas Jalu!" lirihku. Ia datang bersama Ratih. Mereka berdua mendadak membeku, melihatku bersama Mamah duduk.

"Eh, Sayang! Akhirnya ketemu juga." Mas Jalu berucap dengan wajah yang nampak pucat.

"Ngapain kamu kesini? Bersama Ratih pula."

"Jangan salah pah--am dulu." Ratih menjawab gugup, "kami kesini memang sengaja nyari kamu!" lanjutnya.

"Ah, masa! Ngapain nyari aku sampe berdua? Apa kalian lagi ketangkap basah nih?" sindirku.

"Eh, ee---enggalah!" tangan Ratih berkibar menahan gugup. "Si Jalu bilang kamu nggak pulang, jadi nyoba nyari kesini, eh ternyata beneran ada!" ujarnya lagi dengan wajah kaku dan nggak masuk akal jawabannya.

"Oh begitu," ucapku dengan acuh.

"Dek, mas boleh minta ATM mas kembali?" tanya Mas Jalu. Aku pun meraih dompet dalam tas, lalu memberikan ATM mas Jalu kepadanya.

"Mas, mending kamu segera ke kantor, jangan kelayapan kek ulat bulu. Papah sekarang lagi menuju kantor bersama tim audit." 

"Hah? Tim audit? Kamu serius?" Mas Jalu bertanya dengan wajah menegang.

"Iya, kenapa? Ada masalah?" tanyaku berpura-pura bingung. Padahal aku sudah bisa membaca raut wajahnya, ia pasti menyembunyikan sesuatu yang aku masih tidak tahu. Tetapi, sebentar lagi, semua akan terkuak.

"Ratih, ayo kita balik ke kantor!" titah Mas Jalu langsung meninggalkan aku dan Mamah begitu saja.

"Dasar menantu nggak ada akhlak. Menyapa mertua pun tidak, main pergi begitu saja! Buruk sekali perangai suami kamu itu, Ros. Mamah berharap kamu secepatnya bercerai dari laki-laki macam si Jalu."

Mamah menggerutu sedari tadi, ia begitu nampak kesal dengan sikap Mas Jalu.

"Doakan, ya Mah. Semoga Ros bisa secepatnya bercerai dari laki-laki itu!" jawabku pelan. Ada rasa sakit yang sulit kuungkapkan, ada rasa terbebani dari semua yang aku pikirkan. 

'Ratih, tunggu saja karmamu, sahabat pengkhianat.' batinku berkata pilu.

Selesai perawatan di salon, aku dan Mamah berbelanja baju-baju mahal, serta tas keluaran terbaru.

"Ros, ini cantik sekali," ucap Mamah dengan mata berbinar melihat tas mungil dari brand ternama itu.

"Beli Mah, nggak usah di pandangin lama-lama." Aku berujar.

"Mbak, tolong ambilkan tas ini, saya mau satu!" titah seoarang wanita yang berdiri di belakang Mamah. Aku pun tercengang ketika melihat wajah wanita itu, Ibu Mas Jalu, ia berdiri tepat di depan Ibu kini.

"Lho, saya yang duluan, kok kamu datang-datang main bungkus saja!" protes Mamah.

"Saya datang ke sini beli pake uang, bukan pake omongan!" jawab Ibu Mas Jalu dengan pongahnya.

"Oh, baiklah," sahut Mamah acuh, ia pun kembali melihat brand lainnya. 

"Maaf, Bu! Kartu kreditnya nggak bisa di gunakan!" ucap pramuniaga toko.

Mata Ibu Mas Jalu seketika melotot. "Masa nggak bisa, kamu jadi pegawai toko jangan bodoh! Saya ini orangnya banyak uang! Mana mungkin kartu saya tidak bisa di gunakan!" bentak Ibu pada pegawai toko.

"Maaf, Bu. Tapi ini beneran, kartu Ibu di bekukan." Ibu Mas Jalu semakin kesal, ia mengeluarkan tiga ATM miliknya, namun sama, semua tidak bisa ia gunakan.

Akhirnya Ibu berjalan ke arahku yang sedari tadi duduk sambil memainkan gawai milikku.

"Ros! Bayarin tas Ibu dulu, ya! Nanti ibu ganti uang kamu!" ucapnya pelan.

"Hey! Katanya beli pake uang, kok mau minta anak saya?" tanya Mamah dengan wajah yang terlihat tidak suka.

"Eh, Ros ini menantu saya! Wajib bagi dia berbakti sama saya!" sahut Ibu Mas Jalu.

Mamah tertawa sumbang. "Ros, Ros, mimpi apa kamu punya mertua pendek akal begini." 

"Ros, cepet bayarin, Ibu mau pergi dari sini, gerah sama Mamah kamu!" ucapnya. 

Ibu mertua dan Mamah memang dari awal sudah saling tidak menyukai. Bagi Mamah, Ibu mertua hanyalah wanita miskin yang begitu angkuh dan sombong.

Bagi Ibu mertua, Mamah adalah wanita yang ia benci, sebab pernah menghina Mas Jalu lelaki miskin.

Sebab itulah, Ibu mulai menunjukkan ketidaksukaannya padaku dan juga Mamahku.

"Ros nggak punya uang sebanyak itu!" sahutku tanpa menatap wajahnya.

"Kamu jangan bohong, Ros. Jangan pelit sama Ibu Mertua, kualat nanti," ujarnya dengan kesal.

"Bu, jangan maksa ya! Saya nggak suka, anak saya bukan tambang emas kalian. Dasar miskin belagu!" bentak Mamahku, seketika wajah Ibu menjadi pias, ia pun meninggalkan toko dengan perasaan malu dan juga kesal.

"Mah, jadi beli tas itu nggak?" tanyaku.

"Jadi sayang! Ayo kita bayar." 

Aku pun mengangguk, akhirnya Mamah yang beli tas cantik itu.

"Kalau memang tas ini pengennya aku yang jadi Tuannya, meski Ibu mertua kamu pengen juga nggak bakal bisa." Mamah berkata sambil tertawa.

"Mah, coba lihat tuh!" tunjukku ke arah Ibu mertua yang nampak ribut-ribut dengan seseorang.

Ayo kita kesitu, Mamah penasaran!" ujar Mamah berjalan cepat.

💞 Terimakasih 💞

Jangan lupa subscribe, like dan komentarnya dong! Biar aku-nya makin semangat 😘

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (3)
goodnovel comment avatar
Isabella
wkwkwkwk kasihan deh lo
goodnovel comment avatar
Edison Panjaitan STh
mertua dak tau diri.
goodnovel comment avatar
Zahid Mshamsuri
mantap, sy suka
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   TAMAT

    Bab89"Siska, aku akan berusaha lebih keras lagi, untuk mencukupi kebutuhan kita. Tapi bisakah, kita pulang dan biarkan Leha, menikmati kebahagiaannya?"Jalu berkata dengan pelan, berharap Siska mendengarkan permintaannya."Tapi, Mas! Leha hidup enak, masa kita orang tuanya, hidup blangsak?""Leha, sudahlah! Biarkan saja kami tinggal bersama kalian," kata Siska, kembali memasang wajah memelas."Maaf, Bu! Leha tidak bisa," tegas Leha. "Lagi pula, selama ini Leha berjuang hidup sendiri. Semenjak Bapak menikahi Ibu, dia bahkan tidak lagi menengokku di rumah Nenek. Jadi, kurasa aku berhak menolak kehadiran kalian.""Mas, anakmu itu!" pekik Siska, menahan emosi dalam dadanya."Sudah! Aku juga lelah dengan sikapmu. Dari tadi kuminta baik-baik, tapi kamu terus bersikeras mengacaukan hari bahagia Leha. Dia itu putriku! Bukan putrimu, jadi tidak usah bersikap seperti ini. Kamu harus tahu, tidak ada kewajiban dia mengurus kamu dan aku."

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   TIDAK TAHU MALU

    Bab88 Leha tersenyum sumringah. Ketika calon suaminya, berjalan mendekat ke arahnya. "Terimakasih," bisik Briyan. "Aku beruntung!" ungkapnya dengan suara lembut. "Sudahlah, aku malu dilihati banyak orang," sahut Leha dengan wajah bersemu merah. "Haha, masa malu! Kita akan menikah," balas Briyan. Dikejauhan. Juna sangat sakit hati, melihat mantan istrinya, berbahagia bersama lelaki lain. "Leha ...." suara lelaki itu, membuat Leha sangat terkejut. Leha menoleh, ke arah asal suara."Bapak!" pekiknya. Melihat Jalu datang, bersama istrinya. Leha berjalan cepat, ke arah Jalu. "Bapak, beneran ini Bapak?" tanya Leha tidak percaya. Lama Jalu menghilang, meninggalkan Leha dan Ibunya, yang bernama Ratih. Ratih meninggal, saat usia Leha, sudah menginjak satu tahun. Cerita pilu dia terima, Leha lahir dalam penjara. Namun tetap saja, dia buah hati yang tidak bersalah apa-apa. Perbu

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Pernikahan

    pov Juna°"Mas, kamu cari kerja dong! Jangan nyantai aja kerjaannya, gak guna banget jadi laki-laki." Amel berteriak kasar kepadaku, ketika melihatku duduk termenung di teras rumah.Bagaimana aku bisa bekerja, sedangkan kesana kemari saja selalu di curigai. Di tuduh yang bukan-bukan lagi."Sabar dong! Kan sudah bikin lamaran juga, tapi memang belum ada panggilan kerja." Aku menyahut dengan kesal."Ya cari yang lain kek, kerja apa gitu, yang penting dapat uang." Amel berucap menggebu-gebu."Mel, kamu nih maksa banget. Mas juga pusing!" ucapku dengan berusaha setenang mungkin, meredam amarah dalam dada.Amel menghembuskan napas panjang. "Ibu sama anak sama-sama cuma jadi benalu saja. Nggak bisa bantu apa-apa, kalau aku tidak hamil, aku nggak akan sudi hidup bersama kalian." Aku berkata sambil melangkah pergi dengan teriakan dan emosi yang meletup-letup.Aku hanya terdiam, kali ini masa bodo.Aku juga ingin

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Dilamar

    Notifikasi pesan singkat masuk.Aku meraih benda pipih itu, lalu membuka pesan, yang berasal dari Brian."Ada waktu nggak? Mau ngajak makan malam!"tanya Brian di pesan itu."Boleh, jam berapa?"balasku."Jam tujuh ya! Aku jemput. Bawa Baim juga,"balasnya lagi."Oke."______________Tepat jam tujuh malam, aku dan Baim sudah siap di ruang tamu, menunggu kedatangan Brian.Tak lama kemudian, terdengar suara deru mesin mobil memasuki pekarangan rumah. Aku tersenyum, meski belum melihat sosok Brian memasuki rumah. Namun aku sudah yakin, yang datang adalah Brian, yang sudah janjian dengan kami.Benar saja, wajah sumringah dengan ucapan salam memasuki pintu depan rumah."Assalamu'alaikum!" ucapnya sambil tersenyum dan berjalan menuju ke arah aku dan Baim. Wajah manis, kumis tipis kulit putih badan tegak itu kini menggendong bayiku dengan penu

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Pindah rumah

    Akhirnya, hari ini sidang keputusan cerai antara aku dan Mas Juna. Sebentar lagi, aku akan menyandang status single parents. Tidak masalah, yang penting hidupku tenang dari Benalu, dan aku bisa memulai hidup baru yang semoga saja lebih baik dari ini.Aku datang kepersidangan. Semoga hari ini lancar tanpa kendala, setelah melewati beberapa rangkaian. Hakim pun akhirnya memutuskan menyetujui gugatan ceraiku.Hari ini, Senin tanggal 08 Februari 2021. Aku resmi bercerai dari Arjuna Mahesa.Aku lega, akhirnya terbebas status dari laki-laki penyelingkuh itu.Saat aku keluar dari ruangan sidang. Terlihat dari kejauhan, Mas Juna berlari tergopoh-gopoh ke arahku."Ada apa?" tanyaku bingung, melihat Mas Juna yang begitu panik mendatangiku."Bagaimana hasil sidangnya?" tanyanya masih dengan napas memburu turun naik. Akibat ia berlari-larian."Beres, kita resmi bercerai." Aku menjawab santai pertanyaannya."

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Menodong

    "Bu, diluar ada yang datang! Tetapi saya tidak mengenalinya.""Oke, Bi. Nanti saya temui." Bi Surti pun mengangguk, ia lalu kembali ke ruang tamu, melanjutkan aktivitas nya membersihkan rumah."Leha, mungkin itu Satpam yang kumaksud." Brian menimpali.Aku mengangguk, kami berdua pun berjalan menuju pintu keluar. Sedangkan Brian menggendong Baim dan duduk di kursi tamu.Aku mempersilahkan lelaki yang bertubuh kekar, berkepala plontos itu masuk ke dalam rumah."Silahkan duduk!" ujarku. "Bi, buatkan minum!" titahku kepada Bibi yang masih berkutat dengan kerjaannya."Baik, Bu." Bibi berlalu menuju dapur."Saya yang di minta Pak Brian, untuk menjadi Satpam di rumah Ibu Leha.""Oh, perkenalkan nama kamu!" ujarku."Saya Tejo! Umur tiga puluh lima tahun. Hanya seorang yang lulus SMP, mohon di terima bekerja, saya berjanji akan bekerja dengan baik.""Baiklah,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status