Share

Menguras isi ATM

Author: Rias Ardani
last update Last Updated: 2021-07-14 14:41:30

Kenapa Mamah kamu?" tanya Mas Jalu.

"Mamah mau pinjam uang tiga puluh juta, Mas." 

"Tumben, bukannya Mamah dan Papah selama ini tidak kekurangan uang?" tanya Mas Kali dengan wajah bingung.

"Katanya ia kena tipu, ratusan juta, Mamah takut papah tahu, makanya mau pinjam uang. Biar nutupin sisanya," ujarku. "Tetapi, dompet Ros sepertinya tertinggal di rumah, pinjam uang mas dulu, ya!" lanjutku.

"Yasudah, nanti kita ke ATM berdua!" ucapnya dengan santai. "Sekarang kita pesan makan dulu, kasihan Ratih, mana tahu udah lapar!" katanya lagi.

"Aku saja yang ke ATM sendiri, mas temani Ratih, Mamah soalnya perlu cepat." Aku mencoba membujuk. Mas Jalu nampak ragu, namun akhirnya ia pun mau memberikan ATM itu.

"Nanti kode-nya Mas kirim lewat pesan!" ucapnya. Aku mengangguk seraya beranjak dari duduk, dan meraih kartu ATM yang Mas Jalu sodorkan.

Aku tersenyum bahagia, untung saja Mas Jalu selama ini tidak pernah membuat internet banking, jadi mudah sekali untuk menjalankan aksiku.

Aku berjalan cepat menuju mesin ATM. Dan mengecek saldo ATM miliknya, yang selama ini tidak pernah kuketahui.

Aku terpekik melihat saldo rekening mas Jalu, ratusan juta. Mana mungkin, ini pasti ada yang salah. Jangan-jangan Mas Jalu sudah korupsi di kantor. 

Aku pun memoto saldo tersebut, dan mengeluarkan beberapa mutasi rekening.

Serta tidak lupa, mentransfer semua uangnya ke rekening milikku. Hanya kusisakan sepuluh juta saja, buat dia jajan.

Untung saja kartu debit platinum, jadi sangat memudahkan untukku transfer ratusan juta.

Selesai semua misiku, aku kembali bergabung bersama Mas Jalu dan Ratih. Dari kejauhan, kulihat Mas Jalu memegangi tangan Ratih, Ratih terlihat sedih, entah drama apa yang ia mainkan.

Namun aku tetap harus bertahan dan mengontrol emosiku dengan baik. 

"Mas, aku harus ke rumah Mamah sekarang, aku tinggal kalian berdua ya!" ujarku berpamitan. Aku bergegas pergi tanpa menunggu sahutan dari Mas Jalu. Aku memesan taksi on-line untuk membawaku ke rumah Mamah.

Mas Jalu pun tidak mengejarku sama sekali, sepertinya ia terbuai dengan kehadiran Ratih.

'Terimakasih, Ratih. Kedatangan kamu malam ini, membuatku leluasa menjalankan misi, meski sakit hati yang kurasa. Tapi aku puas, membuat Mas Jalu kehilangan segalanya, termasuk cinta tulus yang selama ini ia dapatkan dariku.'

Sesampainya aku di rumah Mamah, aku mulai menceritakan maksudku, yang meminta Mamah berpura-pura.

"Beneran saldonya Jalu sebesar ini?" tanya Mamah dan Papah yang mengamati.

"Iya, sudah kutransfer semua uangnya ke rekening milikku, tadinya kusisakan beberapa juta. Tapi melihat Mas Jalu bermesraan dengan Ratih, aku kembali urung. Lebih baik aku percepat saja."

"Jadi apa rencana kami selanjutnya?" tanya Papah.

"Aku akan tinggal di sini? Masalah rumah nanti akan aku pikirkan lagi," ujarku. "Aku tidak mau ribut berduaan di rumah itu, sebab cepat atau lambat, mas Jalu akan segera tahu uangnya habis."

Kartu Atm-nya kamu bawa?" tanya Mamah.

"Iya, nih masih di dompet, Mas Jalu saja yang terlalu asik membujuk wanitanya. Sampe lupa kartu Atm-nya tidak Ros balikin." Aku menyahut sambil terkekeh.

"Mungkin inilah alasan Allah tidak memberikan kalian keturunan, sebab lelaki pengkhianat seperti Jalu itu, tidak pantas memiliki apapun." Mamah berucap dengan mimik wajah marah.

Aku hanya menghela napas panjang, tidak ingin terlalu terbawa suasana. Aku mengirimkan sebuah pesan singkat pada mas Jalu.

[Mas, aku nginap di rumah Mamah, kamu nggak apa-apa kan sendirian] send. 

[Iya nggak apa-apa sayang!] Aku tersenyum melihat balasannya. Silahkan kamu berbuat mesum mas di rumah kita, mumpung aku nggak ada. 

Nanti baru aku berikan kejutan indah buat kamu dan Ratih. Aku tersenyum menyeringai, membayangkan dua ulat bulu itu bakal kejang-kejang.

Aku menikmati hariku di rumah Mamah, sambil bersantai di taman pagi hari, sejuk. 

Sambil membayangkan apa yang di lakukan Mas Jalu di rumah saat ini, apakah ia tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk gundiknya itu, sebentar lagi, mas. Kamu dan Ratih akan membayar pedihnya pengkhianatan.

Aku pun kembali masuk ke dalam rumah, untuk sarapan bersama kedua orang tuaku, yang selalu menyayangiku dengan tulus.

"Ros, Ibu mertua kamu bagaimana kabarnya?" tanya Papah di sela sarapan pagi.

"Kabarnya baik, cuma makin sombong saja, maklum Pah. Orang kaya baru, lupa tempat ia berasal." Aku sedikit mengadu.

"Ada tempo hari ketemu Mamah di pusat perbelanjaan, saat makan di cafe. Ia terlihat tengah menawarkan sebidang tanah gitu kalau nggak salah. Gayanya glamor sekali, emasnya berjuntai ria di tubuhnya. Kek toko emas berjalan!" ujar Mamah sambil terkekeh.

"Sebidang tanah? Mah, surat-surat tanah aku itu ada beberapa yang sudah hilang. Jangan-jangan mertuaku pelakunya." 

"Bisa jadi, biarkan saja Nak, menuduh tanpa bukti itu nanti jatuhnya fitnah!" tegur Papah. 

'Aku mengangguk paham, tapi jika itu terbukti, sebentar lagi ia akan menuai hasilnya. Sebab surat-surat yang saat ini masih berada di dalam rumahku itu. Semua palsu, jadi jika Ibu mertua menjualnya, ia bakal kena pasal penipuan.' batinku tertawa bahagia, membayangkan jika itu benar-benar terjadi kepadanya.

💞 Terimakasih 💞

Jangan lupa subscribe, like dan komentarnya dong! Biar aku-nya makin semangat 😘

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Jessiska
Seneng peran utama ngk lembek banget....
goodnovel comment avatar
Edison Panjaitan STh
mantap permainan rosa sangat ok.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   TAMAT

    Bab89"Siska, aku akan berusaha lebih keras lagi, untuk mencukupi kebutuhan kita. Tapi bisakah, kita pulang dan biarkan Leha, menikmati kebahagiaannya?"Jalu berkata dengan pelan, berharap Siska mendengarkan permintaannya."Tapi, Mas! Leha hidup enak, masa kita orang tuanya, hidup blangsak?""Leha, sudahlah! Biarkan saja kami tinggal bersama kalian," kata Siska, kembali memasang wajah memelas."Maaf, Bu! Leha tidak bisa," tegas Leha. "Lagi pula, selama ini Leha berjuang hidup sendiri. Semenjak Bapak menikahi Ibu, dia bahkan tidak lagi menengokku di rumah Nenek. Jadi, kurasa aku berhak menolak kehadiran kalian.""Mas, anakmu itu!" pekik Siska, menahan emosi dalam dadanya."Sudah! Aku juga lelah dengan sikapmu. Dari tadi kuminta baik-baik, tapi kamu terus bersikeras mengacaukan hari bahagia Leha. Dia itu putriku! Bukan putrimu, jadi tidak usah bersikap seperti ini. Kamu harus tahu, tidak ada kewajiban dia mengurus kamu dan aku."

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   TIDAK TAHU MALU

    Bab88 Leha tersenyum sumringah. Ketika calon suaminya, berjalan mendekat ke arahnya. "Terimakasih," bisik Briyan. "Aku beruntung!" ungkapnya dengan suara lembut. "Sudahlah, aku malu dilihati banyak orang," sahut Leha dengan wajah bersemu merah. "Haha, masa malu! Kita akan menikah," balas Briyan. Dikejauhan. Juna sangat sakit hati, melihat mantan istrinya, berbahagia bersama lelaki lain. "Leha ...." suara lelaki itu, membuat Leha sangat terkejut. Leha menoleh, ke arah asal suara."Bapak!" pekiknya. Melihat Jalu datang, bersama istrinya. Leha berjalan cepat, ke arah Jalu. "Bapak, beneran ini Bapak?" tanya Leha tidak percaya. Lama Jalu menghilang, meninggalkan Leha dan Ibunya, yang bernama Ratih. Ratih meninggal, saat usia Leha, sudah menginjak satu tahun. Cerita pilu dia terima, Leha lahir dalam penjara. Namun tetap saja, dia buah hati yang tidak bersalah apa-apa. Perbu

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Pernikahan

    pov Juna°"Mas, kamu cari kerja dong! Jangan nyantai aja kerjaannya, gak guna banget jadi laki-laki." Amel berteriak kasar kepadaku, ketika melihatku duduk termenung di teras rumah.Bagaimana aku bisa bekerja, sedangkan kesana kemari saja selalu di curigai. Di tuduh yang bukan-bukan lagi."Sabar dong! Kan sudah bikin lamaran juga, tapi memang belum ada panggilan kerja." Aku menyahut dengan kesal."Ya cari yang lain kek, kerja apa gitu, yang penting dapat uang." Amel berucap menggebu-gebu."Mel, kamu nih maksa banget. Mas juga pusing!" ucapku dengan berusaha setenang mungkin, meredam amarah dalam dada.Amel menghembuskan napas panjang. "Ibu sama anak sama-sama cuma jadi benalu saja. Nggak bisa bantu apa-apa, kalau aku tidak hamil, aku nggak akan sudi hidup bersama kalian." Aku berkata sambil melangkah pergi dengan teriakan dan emosi yang meletup-letup.Aku hanya terdiam, kali ini masa bodo.Aku juga ingin

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Dilamar

    Notifikasi pesan singkat masuk.Aku meraih benda pipih itu, lalu membuka pesan, yang berasal dari Brian."Ada waktu nggak? Mau ngajak makan malam!"tanya Brian di pesan itu."Boleh, jam berapa?"balasku."Jam tujuh ya! Aku jemput. Bawa Baim juga,"balasnya lagi."Oke."______________Tepat jam tujuh malam, aku dan Baim sudah siap di ruang tamu, menunggu kedatangan Brian.Tak lama kemudian, terdengar suara deru mesin mobil memasuki pekarangan rumah. Aku tersenyum, meski belum melihat sosok Brian memasuki rumah. Namun aku sudah yakin, yang datang adalah Brian, yang sudah janjian dengan kami.Benar saja, wajah sumringah dengan ucapan salam memasuki pintu depan rumah."Assalamu'alaikum!" ucapnya sambil tersenyum dan berjalan menuju ke arah aku dan Baim. Wajah manis, kumis tipis kulit putih badan tegak itu kini menggendong bayiku dengan penu

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Pindah rumah

    Akhirnya, hari ini sidang keputusan cerai antara aku dan Mas Juna. Sebentar lagi, aku akan menyandang status single parents. Tidak masalah, yang penting hidupku tenang dari Benalu, dan aku bisa memulai hidup baru yang semoga saja lebih baik dari ini.Aku datang kepersidangan. Semoga hari ini lancar tanpa kendala, setelah melewati beberapa rangkaian. Hakim pun akhirnya memutuskan menyetujui gugatan ceraiku.Hari ini, Senin tanggal 08 Februari 2021. Aku resmi bercerai dari Arjuna Mahesa.Aku lega, akhirnya terbebas status dari laki-laki penyelingkuh itu.Saat aku keluar dari ruangan sidang. Terlihat dari kejauhan, Mas Juna berlari tergopoh-gopoh ke arahku."Ada apa?" tanyaku bingung, melihat Mas Juna yang begitu panik mendatangiku."Bagaimana hasil sidangnya?" tanyanya masih dengan napas memburu turun naik. Akibat ia berlari-larian."Beres, kita resmi bercerai." Aku menjawab santai pertanyaannya."

  • Pembalasan Untuk Pengkhianat   Menodong

    "Bu, diluar ada yang datang! Tetapi saya tidak mengenalinya.""Oke, Bi. Nanti saya temui." Bi Surti pun mengangguk, ia lalu kembali ke ruang tamu, melanjutkan aktivitas nya membersihkan rumah."Leha, mungkin itu Satpam yang kumaksud." Brian menimpali.Aku mengangguk, kami berdua pun berjalan menuju pintu keluar. Sedangkan Brian menggendong Baim dan duduk di kursi tamu.Aku mempersilahkan lelaki yang bertubuh kekar, berkepala plontos itu masuk ke dalam rumah."Silahkan duduk!" ujarku. "Bi, buatkan minum!" titahku kepada Bibi yang masih berkutat dengan kerjaannya."Baik, Bu." Bibi berlalu menuju dapur."Saya yang di minta Pak Brian, untuk menjadi Satpam di rumah Ibu Leha.""Oh, perkenalkan nama kamu!" ujarku."Saya Tejo! Umur tiga puluh lima tahun. Hanya seorang yang lulus SMP, mohon di terima bekerja, saya berjanji akan bekerja dengan baik.""Baiklah,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status