Sepuluh menit kemudian, foto yang dibuat melalui komputer pun ditampilkan di hadapan semua orang.Janice hanya melihat foto itu sekilas, lalu menganggukkan kepala dengan tegas. "Ya, memang dia.""Siapa?" tanya Jason sambil buru-buru menenangkan Janice saat melihat emosi Janice begitu terguncang.Janice menarik napas dalam-dalam. "Dalang utama dari kasus penculikan.""Bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Jason lagi."Aku ...."Janice tertegun sejenak saat melihat beberapa pasang mata di depannya yang sedang menatapnya dengan penuh keraguan. Dia segera berpikir dengan cepat, lalu menjelaskan, "Saat gadis itu mau membunuhku, dia terus mengoceh yang aneh-aneh. Dia bilang orang Keluarga Azhara menculik orang Keluarga Azhara.""Saat tadi aku membuka mata dan melihat Morgan, aku merasa tatapannya padaku sangat aneh. Dia bahkan mengungkit kematian gadis itu untuk memancing emosiku, jelas dia mau menguji apa aku tahu sesuatu."Gadis itu sudah berada di bawah kendali Keluarga Azhara selama setahun l
Saat gadis itu melompat dari gedung, Janice dan yang lainnya berada di tempat kejadian. Gadis itu tidak rela meninggalkan ibunya, bagaimana mungkin gadis itu tega bunuh diri? Kecuali, gadis itu memang didesak untuk mati.Chelsea pernah berinteraksi dengan gadis itu, sehingga sering mendengar cerita tentang orang tua gadis itu. Orang tuanya juga yang menjadi harapan gadis itu untuk bertahan hidup saat berada di sangkar itu. Dia menatap Janice dengan penuh ketakutan. "Dia diancam."Janice berkata, "Dia terus bilang dia nggak mau ibunya melihat hal-hal itu. Apa maksudnya dengan hal-hal itu?""Apa maksudnya hal-hal yang ada di komputer direktur galeri seni itu? Tapi, bukankah semuanya sudah dihapus Sissy?" gumam Chelsea. Selain hal ini, dia benar-benar tidak tahu apa lagi yang bisa mengancam mereka.Landon berspekulasi, "Bukti yang ada di tangan direktur memang sudah dihancurkan, tapi bukan berarti Keluarga Azhara nggak punya bukti lain.""Keluarga Azhara? Tapi, orang terakhir yang bertemu
Janice yang duduk di sofa menggendong Vega yang tertidur lelap. Dia tidak memperhatikan isi berita lagi, melainkan hanya secara refleks melirik beberapa kali. Seiring dengan suara di belakangnya, ingatan samar-samar itu juga perlahan-lahan memudar."Janice .... Janice." Terdengar suara muram seorang pria yang memanggil dengan nada cemas.Janice berusaha keras untuk tersadar kembali. Saat membuka matanya dan melihat bayangan seseorang bergerak di samping tempat tidur, dia bergumam, "Kasus penculikan pengusaha, kasus penculikan pengusaha .... Pelakunya adalah, pelakunya adalah ....""Nona Janice, apa yang sedang bicarakan?" Suara asing yang muram itu memotong gumaman Janice, bahkan membangunkan Janice secara paksa.Janice yang terkejut pun tiba-tiba membuka matanya lebar-lebar dan langsung menatap wajah yang terasa familier sekaligus asing itu di ujung tempat tidurnya. Tatapannya langsung terlihat ketakutan.Saat menyipitkan mata, garis wajah orang itu terlihat tegas dan penuh tipu daya.
Saat Janice menatap jendela yang kosong itu, seluruh tubuhnya terasa seolah-olah tenggelam ke dalam air yang sangat dingin. Dia teringat pada adegan saat dia membakar dirinya sendiri karena merasa putus asa, sehingga tubuhnya bergetar. Dia perlahan-lahan maju dua langkah, lalu kehilangan kesadaran dan terjatuh.Jason segera menggendong Janice dan berlari keluar.Melihat pemandangan itu, amarah Chelsea langsung meledak dan menampar Sissy. "Kamu sudah puas? Mereka begitu percaya padamu!"Sissy menutupi wajahnya dan air mata langsung mengalir. "Chelsea, aku ... nggak tahu apa maksudmu. Apa aku salah bicara? Bukankah Janice yang mengungkit ibunya? Aku hanya mau ikut menenangkannya. Ini salah Nona Janice sendiri, pasti Nona Janice yang sudah memancing emosinya.""Kamu ...." Tanpa peduli gaun pesta di tubuhnya hampir terbuka, Chelsea pun menegakkan tubuhnya dan menerjang Sissy.Namun, dalam sekejap, Landon kembali mengulurkan tangannya dan memeluk tubuh Chelsea. "Chelsea, jangan bergerak."C
Landon menghela napas. "Bisnis Keluarga Azhara pasti akan segera bangkit kembali."Dalam sekejap, suasana muram memenuhi seluruh ruangan kantor itu. Seolah-olah ada sebuah tekanan yang tak kasat mata yang menekan hati semua orang.Saat itu, seorang perawat membuka pintu kantor. "Dokter Arya, gadis kecil itu sudah sadar. Ada orang yang sudah datang menjenguknya."Jason dan Landon segera bereaksi. "Ada yang nggak beres."Begitu mendengar perkataan itu, Janice juga ikut bergegas keluar bersama keduanya. Tak disangka, mereka malah berpapasan dengan Sissy yang baru saja keluar dari kamar pasien itu.Sissy menyeka air matanya, lalu menghalang jalan Janice dan yang lainnya. Dia mengangkat kepala, lalu menatap Janice dan Chelsea dengan tatapan penuh kebencian dan sekaligus terlihat lemah. "Kalian lapor polisi ya? Dia itu masih sangat muda. Dia sudah begitu trauma, sekarang kondisinya malah makin hancur karena kalian lapor polisi.""Minggir," kata Janice sambil menggertakkan giginya.Namun, Sis
Di rumah sakit.Saat melihat sekelompok orang itu datang, Arya tersenyum."Bagus juga, masih ingat buat bantu aku mengejar target akhir tahun," canda Arya sambil menangani luka Jason.Setelah selesai memerban luka Jason, Arya baru teringat untuk bertanya penyebab lukanya. "Ada apa ini? Kalian berdua berantem di dapur ya?”Janice merasa kata-kata itu sama sekali tidak lucu. Sampai sekarang, wajahnya juga masih pucat pasi. Jika bukan karena Jason terus menggenggam tangannya, dia mungkin sudah lebih gila daripada wanita yang menyerang tadi.Jason berkata dengan tenang, "Salah satu dari korban itu yang menikam."Arya langsung tertegun. "Siapa?"Sebelum Jason sempat menjelaskan, Landon langsung menyela, "Di sini masih ada satu orang yang terluka.""Aku nggak apa-apa, luka sekecil ini cukup beli plester di jalanan saja. Nggak perlu lihat dokter. Sekarang yang paling penting adalah tanya wanita itu kenapa dia melakukan hal seperti ini," kata Chelsea sambil duduk dengan terpaksa.Tanpa memberi