Share

Bab 280

Author: Danira Widia
Entah berapa lama kemudian, masuk panggilan dari Ivy.

"Ibu."

"Janice, kenapa Pak Anwar suruh aku membawamu ke rumah sakit? Apa ada yang terjadi?" Suara Ivy terdengar cemas.

Janice mendongak memandang langit-langit, memahami maksud Anwar. Dia hanya bisa membalas dengan tidak berdaya, "Nggak apa-apa, Ibu. Kamu tunggu aku saja di rumah sakit."

"Oke."

Setelah mengakhiri panggilan, Janice melihat Amanda yang menghampiri. "Kenapa masih di sini? Kalian nggak usah ikut rapat ya?"

Karena khawatir terkena masalah, semua orang buru-buru memasuki ruang rapat. Janice datang ke hadapan Amanda dan berucap dengan nada menyesal, "Maaf, Bu. Aku ingin minta cuti untuk hari ini."

"Pergilah, selesaikan urusanmu." Amanda sama sekali tidak menyalahkan Janice. Dia melirik leher Janice, lalu melepaskan syal sutranya dan berkata, "Tutup lehermu."

Setelah mendengarnya, Janice menunduk dan baru menyadari syalnya ditarik oleh Vania hingga menjadi berantakan. Bekas gigitan itu mulai memudar sehingga terlihat sepert
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (19)
goodnovel comment avatar
Mira Maulana
Jason g punya nyali ngakui perasaa! sendiri cemen
goodnovel comment avatar
bumigibran57
ceritanya muter2 gitu mulu
goodnovel comment avatar
bumigibran57
kalo aku jd janice bakal keluar negri aja sih jd designer perhiasan bapaknya punya uang ga mngkin kalo ga bakal kasih uang apalagi modalin wkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 281

    Anwar berdiri dengan tangan di belakang punggung dan melirik Janice sekilas sebelum tatapannya tertuju pada Ivy."Begini caramu mendidik anak? Biaya sekolahnya semakin tahun semakin mahal, apa yang kurang diberikan Zachary sama dia? Ini balasannya?""Selama ini, aku berharap kamu mengerti sedikit tata krama dan menjadi pendamping yang baik, tapi bahkan mendidik seorang anak pun kamu nggak bisa. Apa lagi yang bisa kamu lakukan?"Kata-katanya tajam seperti pisau, membuat kepala Ivy semakin tertunduk. Bahkan lehernya juga merah padam. Tangannya yang kikuk mengepal erat.Melihat semua itu, hati Janice terasa perih. Amarah membakar sekujur tubuhnya, hingga napasnya pun terasa panas. Dia tahu dirinya tidak melakukan kesalahan apa pun, tetapi rasa bersalah itu tetap menekan hingga matanya terasa pedih.Dia sangat menyadari siapa sebenarnya yang ingin dimarahi oleh Anwar.Dulu, Janice benar-benar menganggap Anwar sebagai kakeknya sendiri. Saat ibunya merawat Anwar yang sakit, dia juga banyak m

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 282

    Beberapa saat kemudian, di luar ruang perawatan.Anwar dan Jason berjalan keluar. Ayah dan anak itu masing-masing berjalan di satu sisi dengan memancarkan aura yang menakutkan. Anwar berdiri dengan tangan di belakang punggung dan bertanya dengan suara tenang, "Semalam sama Vania?""Ya," jawab Jason singkat.Anwar mengangguk. "Kamu juga sudah nggak muda lagi. Saatnya menetapkan hati, memang sudah seharusnya berkeluarga dan membangun masa depan. Kalau Vania bisa menyelesaikan masalah tambang, jangan terlalu keras sama Keluarga Tanaka.""Ya.""Baiklah, nggak usah antar lagi. Temani saja Vania, jangan sampai fokusmu terbagi." Anwar tidak banyak bicara. Namun, setiap katanya mengandung makna yang dalam dan dia tahu Jason memahaminya.Begitu pintu lift tertutup, Norman keluar dari pintu samping. "Tuan Jason, kepala pelayan memang sudah periksa rekaman CCTV di jalan kemarin.""Yoshua."Jason berjalan ke jendela dan menyalakan sebatang rokok. Alisnya yang setengah tertutup tampak kabur di bali

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 283

    "Sekitar setengah jam lagi aku sampai di rumah," balas Janice.Dia yakin paket itu adalah ponselnya yang sudah selesai diperbaiki. Sebelumnya, dia sempat memberikan uang tambahan kepada pemilik toko servis agar ponselnya diperbaiki lebih cepat, karena dia tidak ingin ada penundaan.Kurir menjawab, "Baik, saya akan mengantarkan barangnya dalam waktu setengah jam."Begitu telepon ditutup, Janice segera memesan taksi untuk pulang.Sesampainya di apartemen, dia bertemu dengan kurir di lobi. Setelah menandatangani penerimaan, dia langsung naik ke atas dan membuka paket tersebut.Saat ponsel mulai menyala, rasa gugup tiba-tiba menyelimuti dirinya. Dia harus memastikan segalanya.Namun, ketika membuka galeri foto di ponselnya, dia tiba-tiba terdiam dan tubuhnya kaku di tempat. Pandangan matanya menjadi kosong seolah kehilangan fokus dan segalanya di sekitarnya terasa kabur.Brak!Ponsel itu terjatuh ke lantai dengan keras. Janice ikut terduduk lemas di lantai dan terdiam selama beberapa detik

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 284

    Janice belum pernah pergi ke bar sebelumnya. Agar tidak terlihat mencolok, dia sengaja belajar cara membuat riasan smokey eyes dari internet dan membeli pakaian ala gadis bar yang paling umum.Atasan berkerah tinggi dan rok lipat mini berpinggang rendah. Menurut internet, itu adalah gaya paling laris dan umum untuk gadis bar. Dengan penampilan seperti ini, dia tidak akan terlalu mencolok dan juga sulit dikenali.Setelah sedikit menyesuaikan penampilannya, Janice memanggil taksi dan menuju ke bar.Namun, begitu tiba di tempat tujuan, dia langsung menarik perhatian semua orang di sekitarnya begitu keluar dari mobil.Janice agak bingung. Reaksi pertamanya adalah, "Apakah aku salah kostum?" Konon, orang-orang yang datang ke bar biasanya sangat modis. Jangan-jangan penampilannya terlalu biasa?Namun, saat dia berjalan menuju pintu bar, sepanjang jalan terdengar siulan dari orang-orang, membuatnya sadar apa arti tatapan mereka.Janice teringat panduan daring tentang kunjungan pertama ke bar.

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 285

    Suara siulan dan sorak-sorai dari penonton di bawah panggung terus bergema.Diiringi musik yang semakin menggema, wanita itu melangkah perlahan ke arah seorang pria di bawah panggung. Akhirnya, dia melepaskan topengnya dan jatuh ke dalam pelukan pria tersebut.Karena kerumunan terlalu ramai, Janice tidak bisa melihat jelas wajah pria dan wanita itu. Namun, saat pria tersebut merangkul wanita itu, cahaya panggung kebetulan menyinari pergelangan tangannya dan memperlihatkan jam tangan yang dikenakannya.AC.Huruf yang dirangkai dari berlian kecil-kecil itu bersinar dengan mencolok. Janice langsung mengenalinya.Arya! Berarti wanita itu pasti Caitlin!Janice tidak menyangka bahwa Caitlin, seorang putri dari keluarga terpandang, akan menari di atas panggung hanya untuk menyenangkan seorang pria. Dia menyimpan kembali ponselnya, membawa gelas minuman, lalu mendekati area tempat duduk Arya dan rombongannya.Sebagai pemilik bar, Arya tentu mendapatkan posisi terbaik. Dari tempatnya bisa melih

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 286

    Arya membuka sebuah pintu di ujung terdalam koridor. Di balik pintu itu terdapat sebuah taman kecil di tengah bangunan yang terhubung dengan kantor pemilik bar.Taman itu memiliki desain yang sangat berbeda dari gaya futuristik bar utama. Setiap pohon dan elemen dekorasi tampak dirancang dengan detail sehingga menciptakan suasana yang unik. Sama seperti kehidupan Arya yang memiliki dua sisi, tidak ada hubungannya satu sama lain.Arya tampak terburu-buru, sehingga sama sekali tidak menyadari kehadiran Janice yang mengikutinya diam-diam.Janice menyelinap masuk ke taman kecil itu dan bersembunyi di balik sebuah batu buatan. Dia baru berani mengintip setelah merasa aman. Saat itu, Vania berdiri di bawah pohon, sepertinya sudah menunggu cukup lama.Arya melangkah mendekat dan mencoba menggenggam tangannya, tetapi Vania menepis dan menghindar. "Kamu masih berani datang? Bukannya sibuk nyuapin pacarmu?"Vania berbalik hendak pergi, tetapi Arya menarik dan melingkarkan tangan di pinggangnya.

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 287

    Saat itu, klien yang duduk di seberang Jason mengangkat gelasnya sambil tertawa. "Pak Jason, kamu benar-benar terlalu sungkan. Baru saja aku turun dari pesawat, kamu sudah menyambutku dengan begitu meriah.""Sudah seharusnya. Silakan." Jason menekan puntung rokok di asbak, membuat gerakan mempersilakan dengan ekspresi dingin.Mendengar hal itu, tubuh Janice sedikit gemetar. Dia langsung menyadari tujuan para wanita ini adalah untuk menemani minum atau mungkin lebih dari itu.Wajahnya semakin pucat. Dia tidak percaya Jason tidak mengenalinya. Namun, dia tetap berpura-pura tidak melihat, bahkan membiarkan kliennya memilih terlebih dahulu.Klien itu meletakkan gelasnya dan berdiri perlahan, pandangannya menyapu barisan wanita di depannya. Akhirnya, tatapannya berhenti pada Janice.Napas Janice tersendat. Dia menggigit bibir dengan keras, tangannya mengepal erat tanpa sadar. Meski panik, dia berusaha keras menyembunyikannya. Jika klien itu berani mendekatinya, dia sudah bersiap untuk melup

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 288

    Janice terperangkap di atas paha Jason, sementara tangan besarnya mencengkeram pinggang Janice dengan erat dan menyentuh kulitnya yang terekspos oleh atasan pendek yang dia kenakan.Jari-jarinya yang hangat bergerak dengan tekanan yang keras dan membuat area di pinggang Janice memerah dengan cepat."Pakai baju begini? Nggak takut kedinginan, ya?" ucap Jason dengan nada yang seolah-olah mencela.Janice menahan napas, tubuhnya meronta sambil berbisik dengan nada kesal, "Bukan urusanmu. Lepaskan aku."Mengingat bagaimana Jason sengaja membiarkannya berada dalam situasi berbahaya sebelumnya, kemarahan langsung menyala di mata Janicee.Jason menyeringai tipis. Satu tangannya yang lain meraih tinju Janice, membuka telapak tangannya, dan memperhatikan bekas merah yang ditinggalkan oleh kuku-kukunya "Kalau aku nggak mengurusmu, lain kali mungkin kamu akan cakar aku," gumamnya sambil mencubit lembut telapak tangan Janice."Kamu ... jadi Paman menganggap ini semua lucu? Apa lagi kali ini? Mau me

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 777

    Hanya dari perbandingan desain, Zion langsung tahu bahwa kalung itu adalah karya Janice. Dia memang ada di sini.Zion melanjutkan, "Aku menemukan kalung milik ibu hamil itu dipesan secara custom oleh suaminya di toko perhiasan daring bernama Vega Jewelry. Lokasinya juga ada di Moonsea Bay. Penulis komik itu juga tinggal di Moonsea Bay."Landon mengangguk. "Masih ingat waktu Rachel ngotot ingin punya anak? Aku ingat dia bilang sudah menyiapkan nama anaknya, namanya ....""Vega. Dia belum hamil, tapi dia sudah yakin banget kalau itu anak perempuan," ucap Zion.Landon menatap nama toko perhiasan itu, seakan-akan semakin yakin. "Sepertinya nama ini Rachel dengar langsung dari mulut Jason."Begitu kalimat itu selesai dilontarkan, ponsel Zion berbunyi."Pak, dia baru saja pulang dari rumah sakit. Jangan-jangan dia sudah tahu Bu Janice dan anaknya di Moonsea Bay? Setahuku di Moonsea Bay cuma punya satu TK, hari ini baru saja ada kejadian."Kening Landon berkerut. "Berarti semua omonganku wakt

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 776

    Janice kembali menggendong Vega, lalu menurunkannya dan mulai berkemas lagi. Saat hendak pergi, dia teringat pada kecelakaan di taman kanak-kanak.Dia mengenal sebagian besar anak-anak di sana. Jadi, dia segera membuka ponsel dan mentransfer 100 juta kepada guru, dengan catatan untuk anak-anak yang terluka.Tak lama kemudian, guru mengembalikan uang itu dan mengirimkan sebuah pesan.[ Mama Vega, Pak Jason sudah menanggung seluruh biaya pengobatan anak-anak yang terluka. ]Kenapa Jason bisa ada di rumah sakit? Jangan-jangan dia memang datang untuk menyumbang?Saat sedang berpikir, guru mengirim pesan lagi.[ Kata Kepala Sekolah, Pak Jason memang sudah lama ada di grup donor darah. Tapi karena nggak bisa donor darah, dia cuma menyumbang. Ternyata masih banyak orang baik di dunia ini. Terima kasih, Mama Vega. Bagaimana kondisi Vega sekarang? ][ Baik. Oh ya, aku ingin mengajukan cuti seminggu untuk Vega. ][ Boleh. Mohon tetap perhatikan kondisi Vega ya. Kalau ada masalah, beri tahu kami

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 775

    Jason menggigit bibirnya. "Bagaimana kalau kami nggak setuju?"Jason menjawab dengan tenang, "Aku akan membuatmu setuju."Namun, kalimat ini terdengar seperti ancaman bagi Janice. Dia menatap Jason dengan tajam, lalu memasukkan tangannya yang sudah diobati ke dalam sakunya. Saat Jason sedang mengobati luka di tangan lainnya, dia mengeluarkan tongkat listrik mini anti pemerkosa.Setelah disetrum, tubuh Jason langsung menjadi kaku. Dia menatap Janice dan bertanya dengan nada bicara yang biasanya dingin dan sombong menjadi serak, "Apa kamu begitu membenciku?""Benci! Aku benci kamu!" teriak Janice sambil memalingkan wajahnya.Jason langsung terjatuh ke tanah dengan kuat.Setelah mematikan tongkat listrik itu, Janice segera menggendong Vega dan berlari keluar.Beberapa detik kemudian, Jason membuka matanya. Setelah perlahan-lahan bangkit dan menepuk debu dari pakaiannya, dia menatap ke arah perginya Janice sambil menghela napas. Saat seorang perawat masuk, dia langsung melirik dan memperin

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 774

    Teringat dengan putrinya, Janice akhirnya berhenti melangkah dan memberi isyarat pada putrinya untuk segera ke sampingnya. Namun, Vega yang sedang memegang susunya pun langsung menarik keluar kakinya dari dalam jaket Jason sebagai isyarat dia tidak memakai sepatu. Dia hanya bisa berjalan mendekat, lalu mengulurkan tangan dan berusaha untuk tetap tenang. "Pak Jason, ini bukan anakmu.""Apa aku sudah tanya?" kata Jason sambil menarik pakaiannya dan membungkus kaki Vega, lalu perlahan-lahan berdiri di depan Janice.Saat Jason menatapnya, Janice merasa punggungnya sudah penuh dengan keringat dingin. Tatapan Jason terlihat dominan dan obsesif, tetapi terasa ada sebuah perasaan yang berbeda saat mendekatinya sampai dia tidak bisa bergerak sedikit pun. Dia menggigit bibirnya karena menyadari Jason pasti sudah menyelidiki segalanya baru bisa muncul di sini.Namun, saat Janice ingin menghindar, tatapannya malah bertemu dengan tatapan Jason. Begitu keduanya saling memandang, waktu terasa berhent

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 773

    Jason tersenyum. "Baiklah, aku akan menunggu."Saat Jason menerima Vega yang agak memberontak, Hady langsung tertegun saat menatap mereka. "Pantas saja aku merasa kamu begitu familier, kalian berdua ....""Keluarga pasien! Keluarga pasien!" teriak perawat."Aku segera ke sana," jawab Hady.Setelah Hady pergi, Vega mengangkat kepala dan menatap wajah Jason. Namun, dia tidak menangis ataupun marah.Meskipun anak itu ada di depan mata, Jason masih merasa semuanya tidak nyata. Dia memeluk Vega dengan lebih erat dan menarik Vega agar lebih dekat dengan hati-hati. Saat dia bisa mencium aroma khas tubuh Vega dan bahkan ada sedikit bau Janice yang samar-samar, dia baru berani yakin anak ini adalah Vega di mimpinya. Hanya saja, wajah anak ini lebih bulat daripada wajah Vega di mimpinya.Mulut Jason bergerak, seolah-olah ada banyak hal yang ingin ditanyanya. Namun, saat dia hendak membuka mulut, Vega yang berada dalam pelukannya bergerak beberapa kali dan menunjuk mesin penjual otomatis di loron

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 772

    Saat pria itu hendak memakaikan kalung itu pada istrinya, Jason tiba-tiba menggenggam pergelangan tangan pria itu. "Kalung ini dari mana?"Nada bicara Jason yang dingin membuat pria itu terkejut dan menjawab, "Dari ... Vega Jewelry. Bosnya adalah orang dari desa kami. Dia menjual perhiasan, sangat hebat."Wanita yang baru saja melewati kontraksinya pun meninju suaminya. "Apanya yang penjual perhiasan? Ini namanya desainer perhiasan.""Ya, aku memang mudah lupa," kata pria itu.Jason menatap desain pita yang pita yang istimewa itu. Dari lekukan hingga ukiran yang kecil-kecil di atasnya, semuanya itu adalah gaya khas Janice. Tenggorokannya terasa kering dan bertanya dengan suara serak, "Siapa?""Ja .... Ah! Sakit sekali!" teriak wanita itu tiba-tiba sebelum selesai menjawab pertanyaan Jason, lalu mencengkeram suaminya dan Jason dengan erat.Begitu pintu lift terbuka, kebetulan ada seorang perawat yang melihat kejadian itu dan segera memanggil orang untuk membantu. Saat dokter bertanya te

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 771

    Nama yang tertera di sepatu itu adalah Vega.Saat itu, seorang guru yang sedang menjaga ketertiban di lokasi itu segera berlari mendekat. "Mama Vega, Vega nggak ada di sini. Anak-anak yang terluka parah sudah segera dibawa ke rumah sakit kota.""Terluka parah?" tanya Janice dengan suara bergetar.Guru itu menggigit bibirnya, lalu berkata, "Kepala sekolah sudah pergi ke sana, kamu juga segera pergi ke sana saja."Janice baru saja hendak berbalik, tetapi tubuhnya langsung ambruk.Arya segera memapah Janice. "Aku antar kamu ke rumah sakit."Janice hanya bisa menahan air matanya dan menganggukkan kepala. Setelah berlari ke rumah sakit dan diberi petunjuk oleh perawat, dia pun menemukan lantai tempat para korban kecelakaan TK dirawat. Di tengah kerumunan, dia langsung menemukan gurunya Vega. "Guru, mana Vega? Dia baik-baik saja, 'kan?""Vega baik-baik saja. Saat aku membawanya untuk menghindar, aku terpaksa membawanya bersamaku ke rumah sakit karena aku harus buru-buru mengantar para korban

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 770

    Begitu mendengar terjadi kecelakaan di TK, Janice tanpa ragu langsung berlari keluar. Arya dan Louise segera mengikuti dari belakang."Kenapa bisa terjadi kecelakaan mobil di TK?" tanya Arya."TK ini dibangun di lereng. Saat bus pariwisata turun dari bukit, sopirnya juga nggak tahu kenapa nggak menginjak rem dan langsung menerobos masuk ke TK. Saat itu banyak anak-anak yang sedang bermain .... Aduh, tunggu aku!" jelas Louise.Hanya mendengar penjelasan singkat dari Louise, naluri menyelamatkan sebagai seorang dokter membuat Arya langsung tahu kecelakaan ini sangat parah.Saat ini, sebuah bus besar terjepit di tembok TK. Bagian depan bus sudah menerobos masuk ke lapangan bermain sepenuhnya, sedangkan bagian belakangnya tergantung. Banyak orang di sekitar yang sedang membantu dan banyak anak yang diangkut keluar dengan menangis terisak-isak.Janice segera berlari mendekat dan menarik seorang anak yang sedang memegang lengannya. Anak itu adalah teman sekelas Vega. "Mana Vega?"Anak itu me

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 769

    "Wanita apa? Panggil aku Wanita Ganas Pengayun Golok Tengah Malam," kata Louise yang berdiri di depan Janice dan melihat pria di depannya dengan tatapan ganas.Pria itu bertanya sambil mendesis, "Kamu penulis komik itu, 'kan?"Louise merapikan rambutnya, lalu berkata dengan suara yang menjadi manis, "Kamu ini penggemar fanatik, 'kan?""Aku bukan penggemar fanatik, aku adalah dewa," kata pria itu dengan kesal, lalu melempar sapunya dan menepuk debu di pakaiannya. Setelah itu, dia berjalan melewati Louise dan mendekati Janice.Melihat pria itu sudah mengejar sampai sini, Janice merasa tidak perlu bersembunyi lagi. Lagi pula, pria ini sudah melihatnya mengantar anak. Dia menepuk bahu Louise dan berkata dengan tak berdaya, "Aku kenal dia."Louise terkejut, lalu mulai menebak-nebak. "Jangan-jangan dia ini ... ayahnya Vega?""Jangan sembarang berbicara. Kalau ada yang mendengar, aku akan mati," kata pria itu dengan marah.Mendengar perkataan itu, Janice tersenyum dan menggelengkan kepala kar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status