Share

Bab 234

Author: Danira Widia
Janice menyimpan jam tangan pemberian Jason di dalam tasnya. Dia tidak memahami maksud Jason berbuat seperti ini.

Saat Janice merenung, Vania mengangkat tangan untuk menunjukkan jam tangannya kepada semua orang. Jam tangan itu dihiasi dengan banyak berlian dan batu rubi. Orang yang jeli pasti tahu jam tangan Vania hanya bisa dibeli di pelelangan dan harganya pasti sangat mahal.

Seorang rekan kerja memegang tangan Vania dan memuji, "Jam tangan ini pasti barang antik. Kualitasnya sangat bagus. Yang paling penting jam tangan ini sangat cocok denganmu. Pak Jason benar-benar perhatian padamu, harganya pasti mahal, 'kan?"

Vania menarik tangannya, lalu melirik pergelangan tangan Janice sekilas dan menimpali seraya tersenyum, "Jason nggak pedulikan harganya, yang penting aku suka. Sebenarnya, kemarin Jason mau belikan aku jam tangan yang sama dengan punya dia, tapi aku nggak suka. Jadi, dia belikan jam tangan antik ini untukku di pelelangan."

Vania ingin menunjukkan Jason sangat mencintainya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Endah Wati
Janice kalau mau pergi ya pergi saja, bangkit, tunjukkan kesemua orang kami bisa berdiri sendiri dan sukses,bungkam itu mulut Jason dan Vania dengan kesuksesan kamu
goodnovel comment avatar
Endah Wati
tidak ada Janice balas dendam nya Thor,yg ada Janice tertindas terus iya, Janice kalau didepan Jason lembek kayak krupuk,mau pergi ya pergilah Janice
goodnovel comment avatar
Zabnm
ayo donk Thor mana kebahagiannya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1142

    Di aula leluhur.Para pelayan sudah menyiapkan persembahan untuk penghormatan leluhur. Begitu waktu baik tiba, mereka bisa langsung menyalakan dupa untuk prosesi pengakuan leluhur.Para senior berpengaruh di Keluarga Karim sudah duduk di tempatnya masing-masing. Kepala pelayan berdiri di bawah serambi, mengangkat tangan, lalu menurunkannya, menandakan waktu baik sudah tiba.Yosep dan Rensia membawa dupa ke depan, berjalan selangkah demi selangkah ke aula leluhur.Janice menatap Rensia. Dari wajahnya, tak terlihat ada kebahagiaan. Dia menginginkan identitas ini bukan untuk yang lain, hanya untuk harga dirinya. Namun, Keluarga Karim terkadang seperti sebuah penjara mewah. Terlalu banyak hal yang membuat orang tak punya pilihan.Rensia dan Yosep berdiri di depan altar leluhur, mengangkat dupa, lalu membungkuk. Saat hendak berlutut, Janice baru menyadari bahwa semula ada tiga bantalan di aula leluhur, tetapi kini yang tersisa hanya satu bantalan di bawah lutut Yosep.Jika Rensia ingin berl

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1141

    "Kita ini satu keluarga, makan saja apa yang ingin dimakan. Nggak perlu membatasi diri." Seorang nyonya lain ikut menimpali.Sebenarnya ini sekaligus mengingatkan ibu dan anak dari Keluarga Azhara, bahwa semua orang di meja ini adalah anggota Keluarga Karim.Ini juga pertama kalinya mereka sejalan dengan Janice. Janice menerima mangkuk yang diberikan Ivy, lalu makan dengan tenang. "Enak sekali.""Ya, Jason memang tahu cara memilih." Ada yang menambahkan.Wajah ibu dan anak Keluarga Azhara menjadi kelam, tetapi hanya bisa memaksakan senyuman.Saat ini, ponsel Janice di atas meja menerima pesan.[ Seenak itu? Senyumanmu kelihatan bahagia sekali. ]Itu dari Jason. Janice mengangkat kepala, bertemu dengan tatapan nakal pria itu. Dia tersenyum dan membalas pesannya.[ Enak, lihat orang lain kesal buat tambah enak. ][ Jangan makan terlalu banyak. ][ Ya, ya. Kamu sudah tahu sebelumnya kalau Rensia akan datang? ]Janice bertanya dengan penasaran.[ Tebakanku begitu. Tapi, dia nggak bicara ba

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1140

    Saat Rensia menyebut soal asistennya, wajah Yosep tampak jelas bergejolak. Dia sangat paham kalau terus berdebat, itu hanya akan merugikan dirinya sendiri.Yosep tidak menanggapi kata-kata Rensia, hanya diam dan memandang Anwar. Anwar berdiri dengan tangan di belakang, ekspresinya tegas. Mata tuanya bergerak sedikit, lalu dia berbalik dan menatap Rensia."Cukup! Kalau kamu sudah punya bukti, kenapa harus datang ke sini membuat semua orang merasa canggung? Di mana sopan santunmu?"Ujung-ujungnya, yang disalahkan tetap saja Rensia. Walaupun Rensia tidak punya ikatan perasaan pada Anwar, melihat pria ini terang-terangan memihak Yosep, hatinya tetap terasa tidak nyaman.Dia mendengus sinis, mengangkat sedikit kepalanya. "Kalau mau mendidikku, nanti saja setelah aku diakui sebagai bagian keluarga. Benar begitu, Ayah?"Wajah Anwar menegang, tetapi dia akhirnya memberi isyarat kepada kepala pelayan untuk menyiapkan tempat duduk bagi Rensia dan Cheria. Itu berarti, dia diam-diam mengakui ucapa

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1139

    Verica tertegun sejenak, bibirnya sedikit terbuka.Janice sama sekali tidak memberinya kesempatan berbicara, langsung melancarkan serangan lagi."Memangnya Rensia dan Yosep ada bedanya? Bukankah keduanya juga anak hasil perselingkuhan? Kalian bilang ibu nggak mendidik anak dengan baik, terus ayahnya ke mana?"Sambil berkata begitu, Janice menatap tajam ke arah Leah. "Bu Leah, kamu benar. Mereka memang punya banyak pengalaman. Kalau nggak, mana mungkin sempat bikin begitu banyak anak?""Kalau memang bijaksana, seharusnya bisa menjaga diri. Kalaupun nggak bisa, setidaknya harus bertanggung jawab pada anaknya sendiri. Masa cuma mau enaknya saja? Apa bedanya dengan pria mesum?"Leah terdiam sesaat, lalu suaranya meninggi. "Janice!"Seumur hidup, putri bangsawan seperti Leah tak pernah terpikir akan ada orang yang berbicara seburuk itu di meja makan.Para senior yang biasa memuja Anwar sampai melotot. Sebaliknya, para nyonya yang sebelumnya tidak suka dengan Janice malah terlihat kesal seka

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1138

    "Memang dulu aku pernah gila, tapi sekarang nggak lagi dan itu pun nggak sepadan. Aku dan ibunya Yosep sebenarnya sama saja, nggak tertarik dengan urusan Keluarga Karim. Semua ini hanya demi anak. Kamu mau mengakui Yosep, tapi nggak mengakui anak perempuanmu. Maksudnya apa?"Cheria hampir saja mengatakan Anwar lebih mengutamakan anak laki-laki daripada perempuan.Anwar mengatupkan bibirnya rapat-rapat, sadar bahwa mencari alasan lagi tidak ada gunanya. Lagi pula, dia tidak butuh alasan."Kenapa aku harus mengakui seorang anak perempuan yang berkelakuan buruk seperti dia? Dia menyalahgunakan dana perusahaan, mengambil komisi di belakang. Kalau aku menuntut, kamu kira dia masih bisa berdiri di sini? Menurut kalian, apa aku pantas mengakui anak seperti itu?"Ini adalah penyakit sebagian pria. Dunia boleh salah, tetapi mereka tidak akan pernah salah. Kalaupun ada kesalahan, itu pasti karena orang lain.Saat Cheria hendak berbicara lagi, Rensia menahannya. "Ayah, hanya berdasarkan satu emai

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 1137

    "Kalau begitu, sudah diputuskan." Anwar kembali mengangkat gelas.Begitu mendengar bahwa waktu yang baik sudah ditentukan, semua orang tahu tidak ada jalan untuk mundur. Mereka pun ikut mengangkat gelas.Anwar sangat puas dengan reaksi semua orang. Pandangannya melirik ke arah Jason, bahkan ada sedikit peringatan di matanya.Melihat itu, hati Janice ikut tegang. Dia khawatir Anwar akan mempersulit Jason. Tak disangka, Jason justru mengangkat gelasnya ke arah Anwar sebagai tanda hormat.Hal ini membuat Anwar dan Yosep sedikit terkejut. Kapan Jason mengalah semudah ini?Saat Janice masih merasa khawatir, terdengar suara langkah sepatu hak tinggi di pintu."Ayah, kenapa nggak memberitahuku ada pesta keluarga? Aku jadi terlambat." Suara dingin dan datar seorang wanita perlahan terdengar.Yosep terkejut sejenak, gelas di tangannya jatuh ke meja dan pecah. "Rensia!""Kenapa? Nggak ingat aku lagi?" Rensia maju dengan sepatu hak tingginya. Setiap langkah kakinya seperti ingin menghancurkan kep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status