Share

Bab 577

Author: Danira Widia
"Ibu?"

Hari ini, Ivy berpakaian sedikit mencolok, bahkan terkesan terlalu berlebihan.

Dia melihat orang-orang yang duduk di dalam ruangan, lalu tiba-tiba berkata, "Janice, mereka nggak mengizinkanku masuk."

Janice segera melangkah maju dan menggenggam tangannya, lalu berbisik, "Ibu, kenapa kemari?"

Sejak Ivy dan Zachary keluar dari Keluarga Karim, mereka benar-benar telah disingkirkan dan tidak lagi dianggap bagian dari keluarga. Dalam sebagian besar acara, mereka bahkan tidak diberi undangan.

Namun, mereka berdua juga tidak keberatan dan lebih menikmati hidup yang bebas. Makanya, Janice tidak mengerti mengapa Ivy tiba-tiba menerobos masuk.

Ivy tampak kebingungan. "Bukankah kamu dan Pak Landon yang memanggilku? Katanya Keluarga Luthan ingin makan bersama denganku. Mereka menelepon dengan sangat terburu-buru, jadi aku cuma dandan apa adanya."

"Tapi, begitu sampai di sini, pelayan di pintu malah melarangku masuk. Aku sudah berusaha menjelaskan, tapi mereka tetap nggak peduli. Mana mungki
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Strawberry
And you just keep shut your mouth for defending yourself! Unbelievable!
goodnovel comment avatar
Ndin (Seichiko17)
Kayaknya Landon ngebelain sih. Biarpun si Jason juga ngebelain secara diem2. Mending Anwar dibikin stres aja gituuu.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 578

    Ivy tidak bisa menahan diri dan segera melangkah ke arah Fiona."Tolong jangan bicara sembarangan. Hubunganku dan Zachary bersih dan terhormat, nggak pernah ada yang namanya merebut suami orang."Begitu melihat Ivy, Fiona langsung tampak ketakutan. "Bu, tolong ... jangan seperti ini. Aku salah, aku nggak akan bicara lagi. Aku nggak seharusnya membocorkan hal ini."Padahal Ivy belum menyentuhnya, tetapi Fiona bertingkah seolah-olah telah dipukul seseorang. Di tengah kepanikan, dia mundur dengan tergesa-gesa dan tanpa sengaja menjatuhkan kursi ke lantai.Kursi kayu ukiran itu berbenturan dengan lantai marmer, menimbulkan suara keras yang mengejutkan semua orang.Janice merasa hatinya bergetar. Dia tahu bahwa makan malam ini sudah pasti tidak akan berjalan dengan lancar.Suasana menjadi hening.Ivy menatap tangannya sendiri dan buru-buru menjelaskan, "Aku ... aku nggak menyentuhnya. Aku hanya ingin dia berhenti bicara sembarangan."Elaine berdiri dan berkata dengan kesal, "Aku menghormati

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 579

    "Bu Fiona, tolong sebutkan siapa yang memberitahumu hal ini. Memfitnah ibuku saja sudah keterlaluan, apalagi sampai menyeret nama Keluarga Karim.""Kalau sampai ada yang bilang buah jatuh nggak jauh dari pohonnya, gimana Pak Anwar bisa menghadapi orang-orang di luar nanti?"Setiap kali Janice berbicara, dia melangkah lebih dekat ke arah Fiona.Fiona belum pernah melihat Janice seperti ini sebelumnya. Dia gugup dan tanpa sadar mundur, sampai akhirnya menabrak rak pajangan di belakangnya."Ka ... kamu ...." Dia terbata-bata, tetapi tidak tahu harus membalas apa.Sementara itu, Janice masih menunjukkan ekspresi penuh keyakinan. "Bu Fiona, kita ini rekan kerja dan kamu juga sahabat Rachel, jadi aku sangat percaya dengan karaktermu. Aku hanya khawatir kamu nggak sengaja menyinggung Keluarga Karim."Fiona hanya bisa menarik napas dalam-dalam. Tadinya, dia hanya ingin memprovokasi Janice dan Ivy agar mereka malu di hadapan Keluarga Luthan.Namun, sekarang kenapa malah jadi dirinya yang berhad

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 580

    Fiona bergegas maju, berusaha merebut ponsel dari tangan Janice. Namun, Janice menghindar dengan sigap.Fiona hanya bisa berteriak untuk menghentikannya, "Jangan lapor polisi! Aku ... aku juga hanya mendengar gosip, aku nggak yakin!""Oh, begitu ya? Aku sudah menduga kamu pasti hanya termakan omongan orang lain." Janice menurunkan ponselnya dan mengayunkannya sedikit di tangan. "Kamu beruntung, aku lupa menekan tombol panggil."Saat itu, Fiona sadar bahwa dia telah ditipu oleh Janice. Dia menggigit bibirnya hingga hampir berdarah, tetapi tidak mampu mengatakan sepatah kata pun.Janice menatap Fiona sambil tersenyum. Setelah cukup lama mengenal Fiona, dia tahu gadis ini bukan hanya manja, tetapi juga sok pintar.Elaine mungkin sulit untuk ditaklukkan, tetapi bukan berarti Fiona juga demikian.Setelah masalah ini selesai, Janice mengangkat gelasnya dan memberi salam kepada semua orang, terutama kepada Rachel dan Jason."Maaf, sudah membuat calon mempelai melihat pemandangan yang kurang m

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 581

    Janice merasa sangat sedih saat melihat bayangan di tanah karena dia dan Jason selalu bertemu secara diam-diam. Meskipun sebelumnya mereka pasangan suami istri, mereka juga tidak bisa bersama secara terang-terangan. Setiap kali melihat Rachel merangkul Jason di depan publik, dia berusaha mengingat kembali kehidupan sebelumnya. Namun, di antara mereka selalu ada pembatas.Jason terlihat mabuk karena minum alkohol dan tubuhnya yang besar menindih Janice. Saat bibirnya mendekati pipi Janice, dia berkata dengan nada muram, "Kamu sudah menyetujuinya?"Saat mengatakan itu, tatapan Jason terlihat penuh dengan emosi.Melihat tangan Jason tidak bisa dilepaskan, Janice terpaksa tetap diam dan berkata sambil menganggukkan kepala, "Ya.""Kenapa?" desak Jason."Pak Jason, tadi kamu juga sudah lihat sendiri," kata Janice sambil menatap cahaya yang berada beberapa langkah di depannya dan ekspresi yang sangat kesal."Lihat aku dan jawab," kata Jason lagi.Janice hanya diam dan cemberut, lalu memalingk

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 582

    Saat mendengar perkataan itu, Jason menggenggam tangan Janice dengan makin erat. Namun, tepat saat Janice mengatakan kalimat terakhir, genggamannya tiba-tiba melemah dan keduanya pun berpisah. Dia tidak menatap Janice, hanya memalingkan wajahnya ke samping dengan ekspresi sangat tertekan. Tanpa mengatakan apa pun, dia membiarkan Janice pergi begitu saja.Setelah berjalan menjauh dan menarik napas untuk menenangkan diri, Janice berbalik untuk menatap Jason. Namun, saat itu Jason sudah kembali ke aula dan tersenyum pada Rachel. Dia pun mengangkat kepala untuk melihat sinar matahari, tetapi wajahnya tetap dingin dan basah. Ini terakhir kalinya dia melakukan ini.Saat Landon keluar, Janice sudah merapikan riasannya. Dia berkata sambil menggigit bibirnya, "Ayahmu ...."Landon tertawa. "Nggak perlu tegang, ayahku selalu berpikiran terbuka. Dia sudah bilang dia nggak akan ikut campur dalam urusan asmaraku. Dia dan ibuku juga menikah karena jatuh cinta. Setelah ibuku meninggal, dia juga menutu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 583

    "Kamu begitu memahami Fiona?" kata Jason sambil menatap keluar jendela mobil dengan ekspresi yang sangat dingin."Ya. Dia teman sekelasku saat di SMA, kami sudah berteman selama beberapa tahun," jawab Rachel."Kalau begitu, kamu pasti tahu dia nggak begitu pintar. Hari ini Kakak Ipar bisa muncul di saat yang begitu tepat, menurutmu ini kenapa?" kata Jason.Volume suara Jason tidak keras, tetapi langsung membuat jantung Rachel berdebar. Tenggorokannya terasa kering sampai hampir menyebutkan nama Elaine, tetapi dia menelannya kembali.Jason menatap Rachel sambil menyipitkan mata dan berkata dengan dingin, "Aku nggak peduli kenapa dia ikut campur dengan urusan Keluarga Luthan, tapi aku harap kelak dia ingat posisinya. Jangan sampai dia ikut campur dengan urusan Keluarga Karim."Wajah Rachel menjadi makin pucat. Dia baru saja hendak berkata dia sudah mengerti, tetapi dia melihat Jason sedang memutar cincin kawin dari sudut matanya. Dia tiba-tiba teringat Jason sering mengusap cincin itu se

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 584

    Jason kembali terus mengupas apel dengan gerakan yang lambat dan santai, tetapi aura dingin di sekelilingnya membuat orang lain sulit untuk mendekat. "Seorang pacar yang sudah mengirim wanita pada ayahnya, kamu pikir Kak Zachary masih ingin menikahinya dan melihatnya terus mengirim wanita padamu demi memperkuat koneksi?"Anwar menatap Jason dengan tatapan tidak percaya dan mengepalkan tangannya dengan erat. "Omong kosong apa ini?"Jason menundukkan kepala dan berkata dengan tenang, "Setelah itu, wanita itu nggak pernah mencarimu lagi, 'kan? Itu semua karena Kak Zachary sendiri yang menghabisinya. Kamu mungkin sudah lupa karena wanita itu nggak berarti apa-apa bagimu. Yang lama nggak pergi, yang baru nggak akan datang."Mendengar perkataan itu, bibir Anwar bergetar.Jason menatap Anwar dengan dingin. "Kak Ferdy sudah tiga tahun saat datang ke Keluarga Karim, tapi Kak Zachary dikirim ke keluarga kita begitu lahir. Ibuku sendiri yang membesarkannya, jadi dia sudah menganggap ibuku adalah

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 585

    Anwar menopang tubuhnya, lalu mengingat masa lalu dan berkata, "Tentu saja demi meningkatkan kekuatanmu. Dulu, pernikahan ibumu denganku adalah berita besar karena kedua keluarga adalah keluarga terpandang. Sayangnya, keluarganya mulai merosot setelah ibumu melahirkanmu."Jason berkata dengan nada dingin, "Kamu pikir aku nggak tahu kenapa keluarga nenek bisa hancur? Kamu bekerja sama dengan paman-paman agar keluarga nenek membuat keputusan yang salah dan bangkrut, lalu membeli perusahaan mereka dengan harga yang paling rendah.""Ibuku sebenarnya ingin menggunakan maskawin untuk menyelamatkan perusahaan, tapi kamu sudah menipunya untuk memindahkan kepemilikan maskawin itu padaku lebih dulu. Jadi, kamu bisa membatalkan haknya atas maskawin itu.""Kamu ...." Anwar langsung terdiam."Kenapa aku bisa tahu? Ibuku ... meninggal di pelukanku, jadi dia yang memberitahuku semuanya. Dia memintaku untuk merebut semuanya kembali. Kalian semua pikir anak kecil nggak bisa mengingat hal ini, tapi aku

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 757

    "Kenapa aku merasa Jason sekarang lebih pendiam dari sebelumnya?""Katanya tahun pertama pernikahan itu manis seperti madu, tapi lihat deh dia, apa kelihatan kayak pengantin baru?""Shh!"Seseorang menegur pelan.Dua orang yang sedang berbicara itu langsung diam saat melihat Rachel berjalan pelan di belakang Jason.Rachel mendengarnya, menggigit bibir sambil mempertahankan senyum di wajahnya.Saat makan siang, semua orang duduk sesuai dengan tempat duduk yang sudah ditentukan. Zachary dan Ivy memandangi ruangan, baru melihat nama mereka di pojok ruangan.Kebetulan saat itu Elaine masuk, menatap posisi duduk di barisan depan, lalu melihat ke arah mereka berdua dan mengejek dengan tawa sinis.Zachary menatap Ivy dengan pasrah. "Kalau kamu nggak enak badan, aku bisa minta orang antar kamu pulang dulu."Ivy tersenyum. "Nggak apa-apa. Dulu kita makan jajanan di pinggir jalan juga santai saja, 'kan? Di sini juga tenang. Kamu itu bagian dari Keluarga Karim, nggak usah bikin keadaan tambah can

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 756

    Setelah bertemu dengan pemilik penginapan, Janice mengatakan bahwa dia ingin menginap dulu di penginapan tersebut.Pemiliknya tampak ketakutan karena insiden bunuh diri wanita sebelumnya. Melihat Janice datang sendirian, tatapannya pada Janice terlihat aneh. Bukan karena nafsu, melainkan karena takut Janice mati di penginapannya tanpa ada yang tahu.Pemilik penginapan pun berbaik hati mengajak Janice tinggal di properti lain miliknya yang tidak dekat dengan pantai.Saat memberikan kunci, dia bahkan menasihati, "Kamu masih muda dan cantik, harus bisa move on. Di dunia ini masih banyak pria."Janice sudah berkali-kali menjelaskan bahwa dia tidak ada niat bunuh diri, tetapi si pemilik tetap tak percaya.Keesokan harinya, setelah Janice menandatangani kontrak sewa, dia baru percaya bahwa Janice memang serius menyewa tempat itu. Dia bahkan bersikap sopan dan mengajak Janice sarapan bersama.Setelah sarapan, Janice mulai menjelajah layaknya seorang turis. Saat waktu di luar negeri sudah sama

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 755

    Pada suatu liburan musim panas, Ivy tiba-tiba dipecat tanpa alasan yang jelas. Kebetulan saat itu Janice jatuh sakit parah. Pengobatannya menghabiskan banyak uang.Ivy menangis sepanjang malam. Sebelum fajar menyingsing, dia sudah menggandeng Janice berdiri di pinggir jalan tol menunggu kendaraan.Dia bahkan bersumpah tak akan membiarkan siapa pun menemukan mereka. Namun, setelah kabur seminggu, lokasi mereka terdeteksi karena tempat penginapan.Zachary pun menjemput mereka pulang. Kalau diingat sekarang, Janice ingin tertawa.Saat sedang tenggelam dalam kenangan, sebuah bus besar berhenti di depannya. Katanya ada pemeriksaan sebelum masuk tol, tetapi orang-orang di sekitar sudah naik dan memasukkan barang ke dalam bagasi.Janice sendiri tak punya tujuan tertentu. Yang penting bisa membawanya keluar dari Kota Pakisa.Dia menarik masker dan ikut naik ke dalam bus. Setelah membayar, dia memilih tempat duduk kosong secara acak.Tak disangka, penumpang dalam bus itu cukup ramai meskipun ha

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 754

    Rachel mencengkeram baju Jason seolah-olah menggenggam cahaya terakhir dalam hidupnya. Sampai akhirnya, Jason perlahan menunduk dan mendekatinya.Air mata berlinang di wajah Rachel, seberkas harapan terpancar dari tatapannya. Rachel yakin, Jason tidak akan meninggalkannya begitu saja.Namun, detik berikutnya, hatinya seakan-akan tenggelam ke dalam danau es.Jason menggenggam tangannya, melepaskannya satu per satu. Suaranya datar, dingin seperti es. "Aku akan menemanimu sampai akhir. Hanya itu. Itu adalah utangku padamu."Rachel menatap tangannya yang terlepas perlahan. Air matanya jatuh makin deras. Dia tak sanggup menerima. Benar-benar tak sanggup.Karena tahu hidupnya tidak akan lama lagi, dia makin terobsesi pada apa yang benar-benar dia inginkan. Sekarang, satu-satunya yang dia pedulikan hanyalah Jason.Mau itu egois, mau itu obsesi, dia hanya ingin Jason tetap bersamanya. Dengan tidak rela, Rachel kembali menarik Jason dan akhirnya mengucapkan alasan sebenarnya kenapa Jason bersed

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 753

    Sebelum dia sempat berbicara, lengannya sudah lebih dulu dicengkeram erat oleh pria itu. Dengan suara benturan keras, sepanci sup hangat yang baru saja matang langsung tumpah.Tatapan Jason tajam, jemarinya menegang, matanya merah, auranya penuh kemarahan dan niat membunuh. "Kenapa kamu harus mencarinya?"Rachel mendongak dengan kesakitan, menatap pria yang mengerikan itu dengan air mata mengalir. "Jarang sekali aku melihatmu sepanik ini. Kamu marah? Kalau marah, lampiaskan saja padaku!"Melihat air matanya, Jason seperti melihat kutukan yang memaksanya melepaskan cengkeramannya. Namun, Rachel malah menangis semakin keras. Dia melangkah pelan, ingin mendekatinya.Jason justru mundur dua langkah, menghindari sentuhannya. Mata hitam legamnya redup, seperti tenggelam dalam kabut yang hening, memandang Rachel seperti menatap laut tanpa gelombang.Rachel terisak-isak. "Kamu bahkan nggak mau marah padaku? Kenapa kamu rela melakukan apa saja demi dia?""Kakakku bantu Janice cari apartemen, la

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 752

    Di bandara, Landon mengulurkan tangan untuk mengambil koper Janice. "Janice, aku minta maaf. Aku benar-benar nggak tahu Rachel bisa sebodoh itu.""Nggak apa-apa, toh aku juga akan pergi. Malah harus terima kasih karena kamu sudah menyiapkan semuanya untuk keberangkatanku secepat ini."Tatapan Janice tenang, tetapi dari sudut matanya, dia terus melirik ke arah luar bandara.Landon tahu dia masih belum rela pergi. Mungkin belum rela meninggalkan tempat di mana dia tumbuh, atau keluarga, atau mungkin seseorang.Landon mencoba menenangkan, "Mau telepon dulu sebentar buat pamitan?"Janice mengalihkan pandangan dan menggeleng. "Nggak usah. Ibuku itu cengeng, sekali nangis nggak bisa berhenti. Aku nggak sanggup dengarnya."Meskipun begitu, suara Janice terdengar serak dan menahan tangis. Bahkan untuk mengucapkan selamat tinggal pada ibunya pun tidak bisa, mana mungkin dia bisa merelakan semudah itu?Setelah Janice menenangkan diri, Landon berkata dengan lembut, "Ayo, aku sudah minta Zion siap

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 751

    "Awalnya aku berniat membawa semua ini masuk ke liang kubur, nggak akan pernah kukatakan. Tapi tadi, waktu kamu bicara ke anak kecil itu, aku seperti baru terbangun dari mimpi.""Aku tersesat begitu lama, sampai lupa kalau dulu aku menolong dia bukan karena mengharapkan balasan, tapi karena aku benar-benar mencintainya."Rachel tersenyum, tampak bahagia dan penuh rasa puas. Dia menopang wajahnya dengan kedua tangan, seperti gadis remaja yang baru jatuh cinta pada Jason."Kamu tahu nggak? Sebenarnya dia nggak secuek itu. Dia suka bantu orang, kadang senyumannya juga luar biasa manis. Dia cuma nggak suka banyak bicara.""Hm." Janice mengangguk. Dia tahu.Rachel tersenyum getir. "Tentu kamu tahu. Kalian sudah kenal lama. Jadi, Janice, bisakah kamu jangan rebut dia dariku? Aku benar-benar nggak bisa melepaskan dia."Janice menatap Rachel dan menjelaskan pelan, "Kalian itu suami istri, nggak ada yang bisa rebut dia darimu.""Bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin kamu ...." Senyuman Rac

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 750

    Janice terkejut mendengar suara Rachel. Gelas sudah menempel di bibirnya. Dia tidak tahu harus meminumnya atau tidak.Rachel melanjutkan, "Pura-pura minum, lalu taruh pelan-pelan."Janice tidak memahami maksudnya, tetapi tetap menurut. Dia berpura-pura mengangkat kepalanya seperti sedang minum, lalu perlahan meletakkan kembali gelas itu ke meja.Dengan suara pelan, Janice bertanya, "Kenapa?"Rachel tersenyum getir. "Karena di dalam jus itu ada obat penggugur kandungan."Tangan Janice yang menggenggam gelas langsung mengencang, hampir ingin melemparkannya. Akan tetapi, dia tidak bisa menebak maksud Rachel sekarang, jadi tidak berani bertindak sembarangan.Rachel tetap berbicara seperti sedang mengobrol santai, "Tenang saja. Dosisnya nggak cukup buat langsung bikin kamu keguguran. Paling cuma bikin tanda-tanda awal, kayak nyeri perut sedikit."Mendengar Rachel mengucapkan kata-kata itu dengan tenang, bulu kuduk Janice berdiri. Dia pun merasa panik. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa R

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 749

    Saat itu juga, pegawai toko kue memecah keheningan yang canggung dan berat di antara mereka."Kak, jus dan red velvet cheesecake-nya, silakan dinikmati.""Terima kasih."Janice menunduk, lalu mulai mengaduk jusnya perlahan dengan sendok panjang, memutar-mutar potongan buah di dalamnya.Rachel menatap makanan di depannya sekilas. Dengan nada seperti menginterogasi, dia bertanya, "Anak itu ... anak siapa?"Kling! Suara nyaring terdengar saat sendok di tangan Janice menabrak dinding gelas. Namun, dia sama sekali tidak berhenti, tetap lanjut mengaduk, seperti tidak terjadi apa-apa.Dari luar, Janice tampak tenang. Di mata Rachel, itu justru terlihat seperti upaya menyembunyikan sesuatu.Wajah Rachel yang pucat menjadi merah karena emosi. Dengan geram, dia berucap, "Jadi, kamu memang hamil."Dada Janice naik turun. Dia tidak tahu bagaimana Rachel bisa tahu tentang kehamilannya. Yang dia tahu sekarang adalah kalaupun Rachel membawa hasil USG dengan namanya tertulis di situ, dia tetap harus t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status