Share

Bab 662

Author: Danira Widia
Di vila Keluarga Luthan.

Saat membuka mata, Janice melihat bayangan seseorang bergerak di dekat kakinya.

"Ah!" Dia menjerit, lalu langsung menarik selimut ke tubuhnya.

Dokter wanita itu tersentak, lalu segera mengulurkan tangan untuk menenangkannya. "Jangan takut, kamu sudah aman sekarang. Aku sedang mengoleskan obat. Kamu melawan terlalu keras tadi, jadi ada sedikit pendarahan."

Melihat jas putih di tubuh wanita itu, Janice akhirnya kehilangan tenaga dan berbaring kembali. Seketika, yang dia rasakan hanyalah ketidaknyamanan.

Dokter wanita itu menggigit bibir. "Aku belum selesai mengobati lukamu. Tahan sedikit. Kalau nggak, pendarahannya bisa terus berlanjut. Jangan khawatir."

Sebagai sesama wanita, tatapan dokter itu dipenuhi simpati, bukan penghinaan. Bahkan, dia menggenggam tangan Janice dengan lembut untuk memberinya sedikit kenyamanan.

Janice mengangguk dan perlahan melepaskan cengkeraman selimutnya. Dokter itu mengenakan sarung tangan, lalu melanjutkan mengoleskan obat. Sensasi p
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Diah Toer
ya sama aku juga gak bisa kenapa ya padahal mo liat bab akhir dalam sehari
goodnovel comment avatar
Zhen Zhen
kenapa good novel gk bisa baca plencat2 y hrus urut . apakah ada yg samaan kawan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 663

    Mendengar itu, wajah Janice semakin pucat. Karena teringat sesuatu, dia sontak mencengkeram lengan Landon. "Rensia, dia tahu semuanya."Sendok di tangan Landon jatuh ke dalam mangkuk, membuat bubur memercik ke selimut. Seketika, suasana terasa agak kacau dan menyedihkan."Janice, situasi Rensia agak khusus. Untuk saat ini, kita nggak bisa bertindak.""Itu keputusan Jason, 'kan? Jason yang memerintahkannya, 'kan?" tanya Janice dengan putus asa."Ya." Landon mengerutkan kening. Dia mencoba menenangkan Janice, tetapi tangannya langsung ditepis."Aku mau pergi dari sini," kata Janice dengan penuh penolakan."Ya, aku akan mengaturnya." Landon meletakkan mangkuknya, lalu berbalik meninggalkan ruangan.Di luar pintu, Zion berjalan cepat menghampiri Landon. "Pak, ada kabar dari Norman. Jason bilang ... rencana tetap berjalan seperti semula."Ekspresi Landon menjadi semakin suram. "Apa Jason menyebut soal Janice?"Zion memahami maksudnya. Dia menggeleng dengan canggung. "Nggak, Norman bilang Ar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 664

    Keesokan pagi saat Janice bangun, Ivy sudah menunggunya di samping tempat tidur dengan membawakan makanan lezat."Sudah bangun? Ayo makan dulu," ucap Ivy.Karena tidak ingin membuat ibunya khawatir, Janice mengangguk dan menerima mangkuk dari tangan Ivy.Namun, dia sama sekali tidak punya nafsu makan. Setelah dua suapan, dia pun bertanya, "Ibu, semalam kamu minta maaf sama siapa?"Ivy yang sedang mengupas telur, tiba-tiba menggenggam terlalu kuat hingga kukunya menekan putih telur.Dia menyeka tangannya, lalu kembali mengupas cangkangnya dengan kepala tertunduk. "Siapa lagi? Tentu saja sama kamu. Kalau dulu aku nggak nikah dengan Zachary, semua ini nggak akan terjadi."Janice meletakkan mangkuknya dan menjelaskan, "Ibu, aku nggak pernah berpikir seperti itu.""Sudahlah, jangan bahas aku lagi. Kenapa kemarin kamu pulang sendirian? Bukannya Landon yang seharusnya mengantarmu?" Ivy mengalihkan pembicaraan.Janice menggigit bibirnya sebelum menjawab, "Aku sudah bilang padanya kalau aku ing

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 665

    Saat Rensia keluar dari hotel, dia melihat sekilas pesan penuh amarah dari Anwar di ponselnya. Tanpa ragu, dia langsung menginjak dan menghancurkan ponselnya dengan sepatu hak tinggi, lalu melemparkannya ke tong sampah.Kemudian, dia mengeluarkan ponsel baru dari tasnya dan menelepon Jason. "Jason, terima kasih atas kerja samamu dengan Landon. Kalian telah membantuku menemukan ibuku. Dia sudah dalam perjalanan ke bandara. Setelah aku kembali, aku akan mengirimkan barang yang kamu inginkan.""Hm." Suara Jason terdengar datar dan dingin, sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan terhadap barang yang disebut Rensia.Tak ingin berhutang budi, Rensia melanjutkan, "Apa aku perlu menemui Janice untuk menjelaskan? Sepertinya dia salah paham tentang hubungan kita."Terdengar suara Jason meneguk minuman di ujung telepon. "Jelaskan saja hubunganmu dengan Landon.""Apa? Maksudmu menjelaskan tentang kerja samaku dengan Landon? Itu cuma untuk mengelabui Anwar, 'kan?" Rensia mengira dia salah dengar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 666

    Mendengar perkataan Rensia, Cheria tertegun sejenak sebelum refleks menatap Anwar.Ekspresi pria itu tetap datar. Dia meniup teh panasnya, lalu berkata dengan tenang, "Dia sudah cukup umur untuk nikah. Apa salahnya mencarikan beberapa pria untuknya? Aku melakukan ini juga demi kebaikannya."Tatapan dingin Anwar menyapu ke arah Cheria, membuat wanita itu buru-buru mengangguk setuju.Cheria berbalik menatap Rensia. Suaranya setengah memohon, setengah menegur, "Rensia, ayahmu benar. Kamu sudah dewasa, sudah saatnya nikah."Rensia menatap ibunya yang dibutakan oleh cinta. Dia menggigit bibirnya hingga berdarah. Setelah menelan ludahnya yang bau amis darah, dia menyahut."Nikah? Dengan siapa? Dengan pria yang istrinya sekarat di ranjang rumah sakit dan ingin aku menggantikannya? Atau pria yang seumuran dengan putrinya sendiri? Atau mungkin aku harus menghancurkan hubungan orang lain lebih dulu, lalu diminta mengambil kesempatan?""Ibu, kamu masih belum mengerti? Dia mempermainkanmu, merenda

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 667

    Rensia membiarkan ibunya mencengkeramnya tanpa melawan. Dia tidak lagi melontarkan sepatah kata pun.Anwar memberi isyarat kepada para pengawal. Salah satu pengawal mengeluarkan suntikan berisi obat penenang dan langsung menyuntikkannya ke tubuh Cheria. Hanya dalam beberapa detik, tubuh Cheria melemas, lalu para pengawal segera membawanya pergi."Kalian mau bawa ibuku ke mana? Lepaskan dia!"Anwar melempar botol obat ke lantai sambil menyeka tangannya dengan tisu. Dia memperingatkan, "Ibumu nggak akan bertahan lama. Orang yang sudah kecanduan obat seperti dia, bisa melakukan apa saja saat kumat. Termasuk bunuh diri.""Ini semua salahmu!" Rensia menjerit penuh kemarahan. "Kamu sengaja membuatnya kecanduan!""Rensia, kalau mau menuduh seseorang, setidaknya siapkan bukti. Ibumu sakit, aku membayar dokter untuk merawatnya. Kalau dia akhirnya kecanduan, itu karena dia lemah dan nggak bisa mengendalikan dirinya sendiri.""Tapi lihatlah, aku tetap nggak membuang kalian, 'kan? Kamu pasti tahu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 668

    "Aku nggak sebodoh itu. Kamu datang ke rumahku sambil menodongkan pistol. Kalau bukan untuk membunuhku, masa kamu benar-benar hanya ingin makan dessert denganku?" Janice berbicara sambil membuka jendela di dekat lemari.Rensia langsung waspada. "Kamu mau apa?""Ada bau darah. Aku nggak ingin menghirupnya," jawab Janice dengan nada getir.Alasannya sudah jelas. Sebagai seseorang yang tahu apa yang terjadi malam itu, Rensia pasti mengerti. Rensia menggigit bibirnya dan tidak berkata apa-apa lagi.Janice mengambil kotak P3K dan mendekati Rensia, lalu perlahan berjongkok untuk membuka plester luka di lututnya.Melihat luka dalam di kulit putih itu, Janice tidak bisa langsung menebak bagaimana Rensia bisa terluka. Namun, dia tidak banyak bertanya karena dia tahu Rensia tidak akan menjawab.Awalnya, dia mengira hanya perlu menghentikan pendarahan, mengoleskan obat, lalu membalutnya. Namun, ketika dia membersihkan luka Rensia dengan kapas, dia malah menemukan serpihan yang masih tertinggal di

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 669

    "Nggak peduli seberapa keras aku berusaha, ibuku nggak melihatnya, dia juga nggak melihatnya. Pada akhirnya, satu-satunya nilai yang kumiliki hanyalah menikah."Janice terpaku di tempat. Saat mengangkat pandangannya, dia bertemu dengan sepasang mata yang dipenuhi kesedihan dan kehampaan. Dia pernah melihat ekspresi seperti ini di mata Jason.Dalam kebingungan, tiba-tiba dagunya diangkat oleh Rensia. Wanita itu meneruskan, "Anwar diam-diam menangkap ibuku kembali. Jason mencariku untuk membahas kerja sama. Dia membantuku menyelamatkan ibuku, lalu aku bekerja sama dengan Landon untuk menipu semua orang.""Aku benar-benar mengaguminya. Dia sampai bersedia bekerja sama denganku. Sampai akhirnya aku melihatmu ...."Janice merasakan sakit di dagunya. Saat ingin memberontak, dia melihat Rensia kembali mengangkat pistolnya. Dalam sekejap, dia tidak berani bergerak.Dia tahu betapa menyakitkannya kematian dan dia tidak ingin mati. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah mengulur waktu selama mu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 670

    Saat moncong pistol kembali mengarah kepadanya, Janice segera berdiri dan mundur beberapa langkah.Dia mencoba membujuk, "Rensia, jangan begini. Kamu nggak perlu menghancurkan dirimu sendiri demi orang lain."Rensia mengangkat pistolnya dan mendekati Janice, matanya perlahan memerah. "Tentu saja kamu bisa bicara begitu. Kamu punya Jason yang melindungimu dari segalanya, punya Landon yang bisa menghiburmu.""Aku hanya punya ibuku seorang. Kalau dia memperlakukanku dengan buruk, aku bisa saja menyerah padanya. Tapi, dia juga pernah melindungiku dengan sepenuh hati."Janice sebenarnya bisa memahami perasaan Rensia. Dalam situasi tanpa harapan, orang terdekat justru menjadi satu-satunya pegangan. Bagaimana dia bisa membujuk Rensia untuk melepaskan itu?Detik berikutnya, moncong pistol Rensia sudah menempel di kening Janice. Janice menarik napas dalam-dalam, menatap orang di depannya dalam diam.Rensia berbicara dengan nada datar, "Aku akan memberitahumu satu hal lagi. Dia nggak mau kamu ta

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 761

    Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 760

    [ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Jason menatap tulisan itu cukup lama sebelum akhirnya kembali tersadar. Tenggorokannya kering, suaranya serak saat berkata, "Tega sekali ...."Seolah-olah sudah bisa menebak isi surat itu, wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Jason lantas meletakkan kedua surat itu berdampingan, mengambil dua gelang kapibara dari dalam lemari.Plak. Suara kecil terdengar saat gelang itu melingkar erat di pergelangan tangannya. Dia mengepalkan tangannya, menatap lekat-lekat dua kalimat yang menghantam hatinya.[ Kita jadian yuk. ][ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Seakan-akan baru saja mendapatkan sesuatu di detik sebelumnya, lalu langsung kehilangan di detik berikutnya.Wajah Jason perlahan memucat, matanya memerah. Dia menunduk sedikit untuk menyembunyikan kesedihannya."Janice, kembalilah."....Tiga tahun kemudian, di Moonsea Bay. Kurir bernama Hady sedang mengangkat paket-paket ke dalam mobil."Bu Janice, sepertinya tahun ini toko online-mu la

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 759

    Kebetulan tangannya menyentuh kunci itu. Kira-kira, kunci yang satu lagi untuk apa?Jason mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, tetapi tidak melihat lemari yang terkunci. Dia pun berdiri dan melangkah ke kamar utama, ruangan yang paling tidak ingin dia buka. Meskipun sudah berlalu begitu lama, aroma Janice masih memenuhi setiap sudut ruangan.Pandangannya akhirnya tertuju pada satu-satunya lemari di sudut ruangan yang tidak ditutupi kain penutup debu, seolah-olah sedang menuntunnya.Jason membawa kunci itu mendekat dan membukanya dengan mudah. Yang terpampang di depan adalah semua hal yang berkaitan dengan dirinya dan Janice. Janice tidak membawa apa pun.Bahkan, gelang kapibara yang mereka menangkan bersama di pasar malam bertahun-tahun lalu pun masih ada di sana.Dua gelang itu tersimpan di dalam lemari, masing-masing menekan dua pucuk surat. Satu surat beramplop merah muda sudah tampak memudar warnanya, jelas sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu.Yang satu lagi hanya amplop

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 758

    Jason sangat paham arti sebenarnya dari desakan Anwar soal anak. Selain untuk mengikatnya, itu juga cara agar Keluarga Karim dan Keluarga Luthan terikat erat satu sama lain.Jason tidak akan membiarkan Anwar mendapatkan apa yang dia inginkan. Karena itulah, dia sudah mempersiapkan segalanya sejak awal.Saat ini, seluruh ruang makan menjadi hening. Bahkan saat sendok di tangan Rachel jatuh ke lantai, tidak ada yang bereaksi.Semua orang tahu Ivy tidak bisa punya anak, sementara Zachary lebih memilih terus diserang daripada menceraikannya. Jadi, satu-satunya harapan garis keturunan Keluarga Karim ada pada Jason.Kini, Jason telah melakukan vasektomi. Itu artinya, dia benar-benar memutus harapan Anwar.Dada Anwar naik turun. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara, "Jangan bercanda seperti itu. Aku cuma seorang ayah yang ingin melihat cucuku lahir dengan mataku sendiri.""Kamu sudah punya cucu. Namanya Yoshua. Lupa secepat itu?" timpal Jason dengan datar."Yang sudah berl

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 757

    "Kenapa aku merasa Jason sekarang lebih pendiam dari sebelumnya?""Katanya tahun pertama pernikahan itu manis seperti madu, tapi lihat deh dia, apa kelihatan kayak pengantin baru?""Shh!"Seseorang menegur pelan.Dua orang yang sedang berbicara itu langsung diam saat melihat Rachel berjalan pelan di belakang Jason.Rachel mendengarnya, menggigit bibir sambil mempertahankan senyum di wajahnya.Saat makan siang, semua orang duduk sesuai dengan tempat duduk yang sudah ditentukan. Zachary dan Ivy memandangi ruangan, baru melihat nama mereka di pojok ruangan.Kebetulan saat itu Elaine masuk, menatap posisi duduk di barisan depan, lalu melihat ke arah mereka berdua dan mengejek dengan tawa sinis.Zachary menatap Ivy dengan pasrah. "Kalau kamu nggak enak badan, aku bisa minta orang antar kamu pulang dulu."Ivy tersenyum. "Nggak apa-apa. Dulu kita makan jajanan di pinggir jalan juga santai saja, 'kan? Di sini juga tenang. Kamu itu bagian dari Keluarga Karim, nggak usah bikin keadaan tambah can

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 756

    Setelah bertemu dengan pemilik penginapan, Janice mengatakan bahwa dia ingin menginap dulu di penginapan tersebut.Pemiliknya tampak ketakutan karena insiden bunuh diri wanita sebelumnya. Melihat Janice datang sendirian, tatapannya pada Janice terlihat aneh. Bukan karena nafsu, melainkan karena takut Janice mati di penginapannya tanpa ada yang tahu.Pemilik penginapan pun berbaik hati mengajak Janice tinggal di properti lain miliknya yang tidak dekat dengan pantai.Saat memberikan kunci, dia bahkan menasihati, "Kamu masih muda dan cantik, harus bisa move on. Di dunia ini masih banyak pria."Janice sudah berkali-kali menjelaskan bahwa dia tidak ada niat bunuh diri, tetapi si pemilik tetap tak percaya.Keesokan harinya, setelah Janice menandatangani kontrak sewa, dia baru percaya bahwa Janice memang serius menyewa tempat itu. Dia bahkan bersikap sopan dan mengajak Janice sarapan bersama.Setelah sarapan, Janice mulai menjelajah layaknya seorang turis. Saat waktu di luar negeri sudah sama

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 755

    Pada suatu liburan musim panas, Ivy tiba-tiba dipecat tanpa alasan yang jelas. Kebetulan saat itu Janice jatuh sakit parah. Pengobatannya menghabiskan banyak uang.Ivy menangis sepanjang malam. Sebelum fajar menyingsing, dia sudah menggandeng Janice berdiri di pinggir jalan tol menunggu kendaraan.Dia bahkan bersumpah tak akan membiarkan siapa pun menemukan mereka. Namun, setelah kabur seminggu, lokasi mereka terdeteksi karena tempat penginapan.Zachary pun menjemput mereka pulang. Kalau diingat sekarang, Janice ingin tertawa.Saat sedang tenggelam dalam kenangan, sebuah bus besar berhenti di depannya. Katanya ada pemeriksaan sebelum masuk tol, tetapi orang-orang di sekitar sudah naik dan memasukkan barang ke dalam bagasi.Janice sendiri tak punya tujuan tertentu. Yang penting bisa membawanya keluar dari Kota Pakisa.Dia menarik masker dan ikut naik ke dalam bus. Setelah membayar, dia memilih tempat duduk kosong secara acak.Tak disangka, penumpang dalam bus itu cukup ramai meskipun ha

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 754

    Rachel mencengkeram baju Jason seolah-olah menggenggam cahaya terakhir dalam hidupnya. Sampai akhirnya, Jason perlahan menunduk dan mendekatinya.Air mata berlinang di wajah Rachel, seberkas harapan terpancar dari tatapannya. Rachel yakin, Jason tidak akan meninggalkannya begitu saja.Namun, detik berikutnya, hatinya seakan-akan tenggelam ke dalam danau es.Jason menggenggam tangannya, melepaskannya satu per satu. Suaranya datar, dingin seperti es. "Aku akan menemanimu sampai akhir. Hanya itu. Itu adalah utangku padamu."Rachel menatap tangannya yang terlepas perlahan. Air matanya jatuh makin deras. Dia tak sanggup menerima. Benar-benar tak sanggup.Karena tahu hidupnya tidak akan lama lagi, dia makin terobsesi pada apa yang benar-benar dia inginkan. Sekarang, satu-satunya yang dia pedulikan hanyalah Jason.Mau itu egois, mau itu obsesi, dia hanya ingin Jason tetap bersamanya. Dengan tidak rela, Rachel kembali menarik Jason dan akhirnya mengucapkan alasan sebenarnya kenapa Jason bersed

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 753

    Sebelum dia sempat berbicara, lengannya sudah lebih dulu dicengkeram erat oleh pria itu. Dengan suara benturan keras, sepanci sup hangat yang baru saja matang langsung tumpah.Tatapan Jason tajam, jemarinya menegang, matanya merah, auranya penuh kemarahan dan niat membunuh. "Kenapa kamu harus mencarinya?"Rachel mendongak dengan kesakitan, menatap pria yang mengerikan itu dengan air mata mengalir. "Jarang sekali aku melihatmu sepanik ini. Kamu marah? Kalau marah, lampiaskan saja padaku!"Melihat air matanya, Jason seperti melihat kutukan yang memaksanya melepaskan cengkeramannya. Namun, Rachel malah menangis semakin keras. Dia melangkah pelan, ingin mendekatinya.Jason justru mundur dua langkah, menghindari sentuhannya. Mata hitam legamnya redup, seperti tenggelam dalam kabut yang hening, memandang Rachel seperti menatap laut tanpa gelombang.Rachel terisak-isak. "Kamu bahkan nggak mau marah padaku? Kenapa kamu rela melakukan apa saja demi dia?""Kakakku bantu Janice cari apartemen, la

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status