Share

Bab 73

Penulis: Danira Widia
Pipi Vania bertambah merah. Matanya berkaca-kaca, tetapi dia tidak berani menangis.

Vania juga tidak punya nyali untuk marah-marah. Sambil memasang ekspresi terluka, dia mengulurkan tangan untuk meraih Jason.

Namun, Jason tiba-tiba mengangkat tangan untuk merapikan lengan bajunya. Dia menghindari sentuhan gadis itu dengan santai.

"Jason, aku tunanganmu," ucap Vania dengan mata memerah.

Jason meliriknya sekilas, lalu membalas dengan datar, "Ya, baru tunangan."

Ekspresi Vania sontak membeku. Jason mencondongkan tubuhnya dan berucap, "Kamu masih orang luar, tapi secara hukum Janice adalah anggota Keluarga Karim. Seburuk apa pun dirinya, orang luar nggak berhak menindasnya. Kita sama-sama tahu, hubungan apa yang kita miliki."

Usai berkata begitu, Jason memberikan kertas antrean ke tangan Vania. Kemudian, dia segera pergi dari situ.

Vania membelalak tidak percaya. Dia berdiri untuk menahan Jason, tetapi Norman langsung mengadangnya.

"Nona Vania, silakan duduk," ucap Norman.

"Jason ... Jason
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Aa Alkarom
bneran bisu tuh si jason....bisu untuk mengungkapkan perasaan n perhatianya lgsunh k janice so situasi ini dimanfaatkn btul oleh vania untuk mencuci otak janice klo jason itu dimata janis pria brengsek
goodnovel comment avatar
Aa Alkarom
menurutku aslinya dr awal jason ga nurut sm vania...dia cuma manas2in janice biar cemburu
goodnovel comment avatar
Aa Alkarom
terpaksa kyaknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 74

    Janice tidak menyalahkan Tracy. Dia bahkan membantunya mencari alasan dengan berkata, "Kak, perubahan cuaca belakangan ini cukup ekstrem. Kesehatan Bibi kurang baik. Lebih baik Kakak pulang dan melihat kondisi Bibi."Yoshua tersenyum tipis dan membalas, "Oke, aku pergi sekarang.""Sampai jumpa," ucap Janice.Setelah Yoshua pergi, lidah Janice tiba-tiba terasa aneh. Alkohol yang diminumnya semalam bercampur dengan bola ketan anggur tadi, membuatnya merasa tidak nyaman.Meski sudah berganti ke gaun rumah sakit, bau makanan yang diletakkan cukup lama di meja makan juga mulai mengganggunya.Untungnya, Janice sudah pernah ke rumah sakit ini sebelumnya. Jadi, dia mengetahui tata letak ruangannya dengan baik.Janice pelan-pelan turun dari ranjang, lalu meraba-raba menuju lemari. Dia membuka lemari itu dan mengambil pakaian yang dibawakan Ivy. Setelah itu, dia berjalan hati-hati ke kamar mandi.Janice menyalakan keran pancuran dan menyisir rambutnya dengan tangan. Dia membungkuk untuk keramas,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 75

    Rambut panjang Janice menempel berantakan di dahi dan tengkuknya. Wajahnya basah, membuatnya terlihat pucat dan rapuh. Lapisan air yang menempel di bibir ranumnya menambah kesan seksi.Tetesan air juga membasahi gaun rumah sakit Janice, membuat gaun putih biru itu menempel ketat ke kulitnya. Tanpa dia sadari, tulang selangka dan tubuh di balik pakaian dalam berwarna terangnya terekspos jelas.Janice tidak menyadari tatapan Jason padanya. Dia hanya merasakan napas pria itu menjadi berat.Janice melangkah mundur dan Jason melangkah maju. Pria itu terus mendekatinya hingga akhirnya dia tidak bisa mundur ke mana-mana lagi. Jason berdiri tepat di depannya, menatapnya dengan intens bak binatang buas yang sedang mengawasi mangsanya.Ketika Jason mengangkat tangannya, Janice sontak menahan napas dan menggenggam erat cincin di tangannya. Tiba-tiba, sehelai handuk jatuh ke kepalanya."Aku pergi dulu," ucap Jason dengan suara serak."Paman, cincinmu!" kata Janice sambil mengulurkan cincin itu.Ja

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 76

    Sejujurnya, Janice tidak terkejut. Bagaimanapun, dia sudah mengalami hal ini di kehidupan sebelumnya. Namun, tetap saja hatinya terluka. Dia sudah memilih jalan yang berbeda, tetapi takdir dan kekuasaan Jason membelenggunya begitu kuat.Janice menyelimuti tubuhnya, tidak ingin meladeni Jason lagi.Jason keluar dan melangkah ke area merokok tanpa ekspresi. Dia lalu mengambil sebatang rokok dan mengetuk kotaknya sambil melamun.Sebelum rokok itu dinyalakan, Norman datang dan berkata, "Pak Jason, saya sudah mendapat petunjuk tentang masalah di antara Nona Janice dan Nona Vania."Norman menyerahkan seberkas dokumen. Sambil menjepit rokok di sela-sela jarinya, Jason membuka halaman dokumen itu."Ini adalah rancangan desain yang diserahkan Nona Vania untuk kompetisi. Di belakangnya adalah rancangan desainnya sebelumnya," lapor Norman. Gaya desain Vania berbeda jauh.Norman menunjuk tanggal rancangan itu dikumpulkan dan melanjutkan, "Tanggalnya tepat sehari setelah Nona Janice pergi mencarimu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 77

    Usai berkata begitu, Janice langsung berlinang air mata. Para teman sekamarnya yang barusan marah-marah juga ikut menjadi sendu.Sofia berkata dengan nada tercekat, "Janice, jangan putus asa. Ikuti saja rencana perawatan dokter, kamu pasti akan segera sembuh.""Ya, para dokter di sini hebat-hebat, kok. Kamu harus percaya sama mereka dan sama dirimu sendiri," timpal Mona dengan sedih. Dia menutupi wajahnya yang murung.Layla tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menyeka air matanya tanpa suara.Melihat reaksi mereka, Malia tahu bahwa penglihatan Janice akan sulit disembuhkan. Dia pun berakting sedih. Tubuhnya bergetar dan air matanya mengalir. Dia memeluk Janice dengan erat dan berkata, "Nggak mungkin! Kamu pasti akan baik-baik saja! Huhuhu ...."Siapa pun yang melihat hal ini akan mengira bahwa Malia sangat menyayangi Janice. Namun, Janice tahu bahwa gadis itu memeluknya seerat ini untuk menutupi senyum puasnya.Faktanya, Malia memang sedang tersenyum. Dia berharap sepenuh hati agar Jani

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 78

    Malia berucap dengan sedikit lantang, "Aku juga akan magang di studio Amanda."Janice sedikit tertegun mendengarnya. Mona yang pertama berekasi dengan bertanya, "Gimana bisa? Janice dan Vania bisa magang di studio Amanda karena menang kompetisi. Kenapa kamu juga bisa bergabung?"Malia melangkah mundur sambil meremas ujung gaunnya dengan gugup. Dia berlagak seolah-olah sedang diintimidasi."A ... aku kebetulan dapat kesempatan. Aku hanya coba-coba, nggak disangka beneran lolos. Janice, jangan marah," sahut Malia dengan berlinang air mata.Sofia memelototinya dan membentak, "Nggak usah bicara lagi! Apa kamu nggak dengar pesan Dokter tadi? Janice nggak boleh stres. Apa kamu sengaja ingin membuatnya kesal dengan mengucapkan hal itu?""Aku hanya beruntung, jadi nggak perlu bekerja sekeras Janice. Setelah mata Janice sembuh, kami akan magang bersama. Bukankah itu berita bagus?" balas Malia seraya terisak.Beruntung? Tidak perlu bekerja sekeras Janice? Setelah mata Janice sembuh? Setiap kata-

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 79

    Ketika Janice bangun pagi ini, penglihatannya masih gelap gulita. Namun, beberapa titik putih perlahan muncul di depan matanya, disusul dengan siluet buram. Saat itulah, Malia datang.Sekarang, pada dasarnya Janice sudah bisa melihat wajah orang-orang dengan jelas. Dia hanya berpura-pura di depan Malia tadi. Siapa suruh gadis itu meracuni susunya!Janice menurunkan jari telunjuknya dan menggigit onde-onde sambil berkata, "Kalian pergi kerja saja. Aku sudah nggak apa-apa.""Tapi, Malia ...," ucap Layla sambil menunjuk ke arah pintu. Dia tidak tenang meninggalkan Janice dengan Malia."Ini di rumah sakit, dia nggak akan berani macam-macam," kata Janice."Oke, deh."Ketiga temannya pun berkemas, lalu pergi dari bangsal. Malia baru kembali setelah mereka pergi. Ekspresinya sudah terlihat tenang, tetapi ada senyum mencurigakan di wajahnya. Janice pura-pura tidak tahu dan masih berakting buta."Janice, cuaca di luar sangat cerah. Gimana kalau kita jalan-jalan sebentar? Kalau kamu bisa rileks,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 80

    Malia tidak menyerah untuk mendapatkan perhatian Jason. Dia mencoba untuk berdiri, tetapi tiba-tiba kehilangan keseimbangan dan terhuyung ke depan.Jason membawa Janice mundur selangkah. Alhasil, Malia terjatuh dengan menyedihkan di depan kaki mereka berdua.Di titik ini, kebanyakan orang mungkin akan memilih pingsan dan berhenti berulah. Namun, Malia jelas tidak seperti kebanyakan orang. Dia meraih celana Jason dengan tangan gemetar. Bajunya yang basah kuyup sedikit mengekspos tubuhnya.Bukannya menutupi tubuhnya, Malia berkata sambil menatap Jason dengan tatapan memelas, "Jason, aku mencemaskan keselamatan Janice, jadi aku kembali lagi. Aku takut akan mengejutkan Janice yang berdiri di tepi danau, jadi aku diam-diam mendekat. Tak tahunya, aku kehilangan keseimbangan dan jatuh ke danau.""Jason, ini salahku. Aku sudah membuat Janice takut," tambah Malia dengan air mata berlinang. Dia sepenuhnya mengabaikan Janice, seolah-olah gadis itu tidak berada di sana.Janice berusaha melepas pel

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 81

    Saat Janice mendengar suara Jason, dia sontak menoleh. Pria di depannya memakai kemeja hitam. Saat angin musim gugur berembus, kemejanya langsung menempel di dada dan memperlihatkan garis tubuh yang sempurna.Mata Janice agak memicing, lalu dia buru-buru pura-pura tidak mengenalnya. Sambil berpura-pura tak mendengar, dia bahkan menunjukkan sikap sedikit gugup ketika bertanya, "Siapa itu?"Namun saat hendak kabur, pergelangan tangannya malah ditangkap. Jason segera menariknya ke jalan kecil yang sepi. Segera setelah itu, Janice berseru, "Lepaskan aku ...."Di tengah angin sejuk, Jason menunduk dan mengecup bibirnya. Kemudian, dia memperhatikan mata Janice yang membelalak terkejut. Kedua tangan wanita itu dipegangnya erat-erat.Jason tidak memberinya kesempatan untuk melawan. Di sisi lain, Janice merasa seperti sedang dihukum. Bibirnya diisap keras-keras hingga dia kehabisan tenaga.Setelah beberapa saat, Jason akhirnya melepaskannya. Satu tangannya menahan pinggang Janice, sementara tan

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 769

    "Wanita apa? Panggil aku Wanita Ganas Pengayun Golok Tengah Malam," kata Louise yang berdiri di depan Janice dan melihat pria di depannya dengan tatapan ganas.Pria itu bertanya sambil mendesis, "Kamu penulis komik itu, 'kan?"Louise merapikan rambutnya, lalu berkata dengan suara yang menjadi manis, "Kamu ini penggemar fanatik, 'kan?""Aku bukan penggemar fanatik, aku adalah dewa," kata pria itu dengan kesal, lalu melempar sapunya dan menepuk debu di pakaiannya. Setelah itu, dia berjalan melewati Louise dan mendekati Janice.Melihat pria itu sudah mengejar sampai sini, Janice merasa tidak perlu bersembunyi lagi. Lagi pula, pria ini sudah melihatnya mengantar anak. Dia menepuk bahu Louise dan berkata dengan tak berdaya, "Aku kenal dia."Louise terkejut, lalu mulai menebak-nebak. "Jangan-jangan dia ini ... ayahnya Vega?""Jangan sembarang berbicara. Kalau ada yang mendengar, aku akan mati," kata pria itu dengan marah.Mendengar perkataan itu, Janice tersenyum dan menggelengkan kepala kar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 768

    Zion segera maju dan memapah Landon. Saat melihat luka Landon dari dekat, dia langsung mengernyitkan alis. "Pukulan Pak Jason terlalu keras."Landon mengambil handuk dan menyeka sudut bibirnya. "Sudahlah, anggap itu pelampiasan saja. Kalau dia sudah menemukan tempat ini, kita sepertinya nggak bisa menipunya dengan bilang hanya kebetulan saja. Lebih baik beri Janice sedikit waktu lagi.""Tuan Landon, kamu sebenarnya punya niat pribadi juga, 'kan? Kamu ingin lebih dulu menemukan Nona Rachel daripada Pak Jason, 'kan?" kata Zion.Landon sama sekali tidak membantah. Dia sering berpikir apakah semuanya akan berbeda jika dia yang bertemu dengan Janice terlebih dahulu. Oleh karena itu, kali ini dia juga ingin mengambil risiko. "Zion, terus selidiki jejak Janice. Harus lebih cepat dari Pak Jason.""Baik," jawab Zion.....Setelah kembali ke kamar, Jason mengambil handuk dan menyeka tangannya yang terluka dengan tatapan dingin dan ekspresi cuek.Norman baru saja ingin mendekat dan menenangkan, t

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 767

    "Biar aku saja," kata Dipo."Nggak perlu. Kamu ini baru pulang seminggu sekali, cepat pergi lihat orang tuamu," kata Janice sambil tersenyum dan menggendong Vega, lalu berbalik dan masuk ke penginapan.Dipo terbata-bata sejenak, lalu akhirnya memutuskan untuk pergi.Louise mengikuti Janice dan berkata, "Dokter Dipo sepertinya tertarik padamu dan sangat baik dengan Vega juga. Kenapa kamu malah menolaknya?""Sekarang kehidupanku cukup baik, aku hanya butuh Vega saja," jawab Janice sambil memeluk Vega dengan erat. Dia berpikir orang tidak boleh terlalu serakah.Louise mengangkat bahunya dan bertanya dengan penasaran, "Jangan-jangan kamu masih memikirkan ayahnya Vega? Dia itu pria berengsek."Janice langsung menutup telinga Vega. "Jangan sampai anak kecil mendengarnya.""Baiklah. Oh ya. Tadi ada pria yang super tampan datang ke sini, penampilannya itu seperti model," kata Louise sambil terus menggerakkan tangannya.Janice hanya menganggukkan kepala dengan cuek, sama sekali tidak memedulika

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 766

    Saat Janice dan Dipo sedang membicarakan beberapa hal, Louise pergi keluar sambil memegang lolipop. Namun, Vega ternyata tidak berada di sana, dia pun terkejut sampai berkeringat dingin. Dia segera menarik salah satu karyawan dan bertanya, "Mana Vega?"Karyawan itu menunjuk ke toko hadiah di sebelah dan berkata, "Dia ke sana untuk cari makan dan minum lagi."Tetangga serta orang-orang di sekitar sana sudah sangat akrab dan Vega juga anak kecil satu-satunya di jalan itu, sehingga semua orang sangat menyayanginya.Louise baru saja hendak menghela napas lega, tetapi tatapannya tiba-tiba tertuju ke seberang jalan. "Wah .... Pria super tampan!"Karyawan itu pun terkekeh-kekeh. "Mulutmu jangan terbuka begitu .... Memang tampan, tapi kenapa rasanya agak familier?""Kamu jangan bodoh begitu, lihat aku saja," kata Louise sambil merapikan rambutnya dan hendak berjalan ke arah pria itu.Namun, karyawan itu menghentikan Louise. "Kamu yakin mau pakai piama ke sana?"Mendengar perkataan itu, Louise

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 765

    Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 764

    Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 763

    Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 762

    Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 761

    Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status