Share

Bab 844

Author: Danira Widia
Janice membawa Jason kembali ke penginapan saat Vega sedang bermain dengan Louise.

Begitu melihat mereka datang, Vega sempat tertegun. Dia ingin mendekati Jason, tapi kemudian bersembunyi lagi di belakang Louise, jelas menunjukkan ekspresi tidak senang.

Dia mendongak menatap Janice sejenak. Janice tahu anak ini takut membuatnya sedih. Dia pun menunjuk pria di sebelahnya dan berkata, "Kemarilah."

Vega langsung senang dan berlari ke arah Jason.

Jason langsung menggendongnya. "Kangen aku?"

Vega mendengus tanpa bicara, tetapi tubuhnya sudah menempel di pelukan Jason.

Louise diam-diam bertepuk tangan. "Tadi Janice bilang Pak Jason sudah balik, aku sampai kaget."

"Memang seharusnya pulang, tapi aku putuskan bawa mereka," jawab Jason.

"Begitu ya ...." Louise terlihat agak sedih. Merasa baru saja dekat dan punya teman, tetapi harus berpisah. Yang paling berat untuknya adalah berpisah dengan Vega.

"Vega, kamu harus dengarkan kata mamamu ya. Kalau ada apa-apa, langsung telepon aku," pesan Louise
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 845

    Janice mendekat, baru menyadari bahwa semua ruang kosong di buku gambar itu sudah terisi oleh sebuah sosok. Tak perlu menebak pun sudah tahu siapa yang menggambarnya.Dia menoleh ke arah Jason yang masih pura-pura serius membaca buku."Jason, halamannya menarik banget ya? Sudah sepuluh menit, kamu belum selesai hitung tiga ekor kambing?""Nggak, aku cuma pikir kualitas gambarnya bagus." Jason berdeham pelan, agak canggung sambil melirik Vega, mengamati ekspresinya.Vega menatapnya sebentar, lalu menunduk melihat lagi sosok yang tergambar di bukunya. Dia memang sangat suka menggambar pemandangan. Setiap kali Janice mengajaknya jalan-jalan, dia pasti menggambar tempat yang mereka datangi.Selain pemandangan, dia juga sering menggambar dirinya dan Janice. Selain itu, selalu ada satu ruang kosong di samping mereka. Sebenarnya, Janice sangat memahami apa artinya."Papa." Vega memanggil.Jason langsung terlihat bersemangat, terburu-buru berdiri dan hendak menjawab, tetapi ternyata Vega sedan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 844

    Janice membawa Jason kembali ke penginapan saat Vega sedang bermain dengan Louise.Begitu melihat mereka datang, Vega sempat tertegun. Dia ingin mendekati Jason, tapi kemudian bersembunyi lagi di belakang Louise, jelas menunjukkan ekspresi tidak senang.Dia mendongak menatap Janice sejenak. Janice tahu anak ini takut membuatnya sedih. Dia pun menunjuk pria di sebelahnya dan berkata, "Kemarilah."Vega langsung senang dan berlari ke arah Jason.Jason langsung menggendongnya. "Kangen aku?"Vega mendengus tanpa bicara, tetapi tubuhnya sudah menempel di pelukan Jason.Louise diam-diam bertepuk tangan. "Tadi Janice bilang Pak Jason sudah balik, aku sampai kaget.""Memang seharusnya pulang, tapi aku putuskan bawa mereka," jawab Jason."Begitu ya ...." Louise terlihat agak sedih. Merasa baru saja dekat dan punya teman, tetapi harus berpisah. Yang paling berat untuknya adalah berpisah dengan Vega."Vega, kamu harus dengarkan kata mamamu ya. Kalau ada apa-apa, langsung telepon aku," pesan Louise

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 843

    Elaine meminta asistennya membantunya duduk, lalu berkata dengan tak percaya, "Jason mana? Pesawatnya tertunda?"Rachel menggenggam erat sandaran kursi roda. "Dia nggak pulang.""Rachel, jangan bohongi Bibi. Nggak mungkin Jason membiarkanmu dalam keadaan seperti ini.""Dia nggak pulang," ulang Rachel."Dia bahkan nggak peduli padamu? Lalu, ke depannya bagaimana kamu akan bertahan?" Elaine menatap ekspresi Rachel yang suram dan terus menghasut, "Jangan-jangan dia mau membawa Janice dan anaknya kembali? Kalau begitu, di mana lagi kamu bisa tinggal?""Hentikan ...." Suara Rachel bergetar.Elaine meraih tangannya dan berkata dengan sedih, "Rachel, ini semua salah Bibi. Bibi nggak bisa membantumu. Dokter Dipo dari Kota Genggi itu sangat menyukai Janice, mereka juga punya hubungan ambigu selama bertahun-tahun.""Tapi, begitu Jason muncul, Janice langsung mengubah targetnya. Perempuan seperti ini sangat bahaya. Sekarang anak itu pasti sudah jadi senjatanya. Kamu harus hati-hati.""Memangnya d

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 842

    Norman menatap Rachel yang wajahnya tampak pucat dan ekspresinya aneh. Dia merasakan firasat buruk.Meskipun demikian, dia tetap menjalankan tugasnya dan bertanya, "Apa yang ingin Bu Rachel minta?"Rachel menggertakkan gigi dan berkata, "Aku ingin dia memberiku seorang anak, secara terbuka menyatakan kalau anak itu adalah satu-satunya ahli warisnya."Norman mengernyit mendengar itu. "Bu Rachel, ini permintaanmu atau Pak Anwar? Kamu tahu cara memanfaatkan Bu Elaine untuk melawan Bu Janice, artinya kamu bukan orang bodoh.""Jadi, kenapa kamu mau diatur-atur oleh Pak Anwar? Hanya agar setelah kamu meninggal nanti, ada yang mewarisi ambisimu dan tetap menempel pada Pak Jason?""Norman! Kamu cuma asisten! Nggak pantas bicara begitu kepada atasan!" bentak Rachel.Wajah Norman tetap tenang. "Atasanku hanya Pak Jason dan aku hanya setia pada Pak Jason. Kalau Bu Rachel nggak mau menandatangani surat itu, aku hanya bisa berdiskusi langsung dengan Pak Landon."Setelah berkata demikian, Norman men

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 841

    Langit perlahan menggelap, cahaya senja menghilang dari wajah Janice, bersamaan dengan kehangatan yang sempat dia rasakan.Dia merangkul tubuhnya sendiri erat-erat. Namun, ketika memikirkan seseorang, bibirnya tetap melengkung membentuk senyuman. Sambil tersenyum, matanya memerah."Rachel, di kehidupan berikutnya, kita tukar peran saja. Aku belum pernah berhasil membuatnya tetap tinggal." Suara Janice sangat pelan, tertiup angin dan menghilang begitu saja.Dia menggenggam ponsel erat-erat, perlahan menunduk, hanya suara ombak yang terdengar di telinganya."Janice, ulangi lagi."Saat mendengar suara pria, Janice sempat mengira dirinya berhalusinasi. Dia terpaku cukup lama, hingga jeritan Rachel yang histeris terdengar dari ujung telepon."Nggak mungkin! Nggak mungkin! Aku nggak percaya!" Kepala Janice berdengung. Saat sadar, dia perlahan menoleh ke belakang dengan agak kaku.Pandangannya yang kabur menangkap sosok pria yang mendekat. Angin meniup mantel panjang yang dipakai pria itu, me

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 840

    Janice dan Arya berpandangan, keduanya secara alami menahan emosinya."Gimana hasilnya?" tanya Janice."Menurut para ahli, operasi sebaiknya dilakukan secepatnya. Selama ini Dipo memalsukan data. Kondisi Vega sebenarnya nggak sebaik yang kita kira." Arya khawatir Janice berpikir terlalu jauh, jadi dia segera menambahkan, "Tenang saja, para ahli sangat yakin dengan operasinya."Janice memandang Vega yang tenang di pelukannya, hatinya semakin nyeri. Dia mengelus tangan Vega, lalu mengangguk pelan. "Baik, aku sudah ngerti."Melihat Janice menyetujui, Arya terlihat sedikit ragu. "Para ahli menyarankan sebaiknya dilakukan di Kota Pakisa, peralatannya lebih lengkap daripada di Kota Genggi."Soal itu memang tidak perlu diragukan lagi.Janice memeluk anaknya lebih erat, tidak berani mengambil risiko sedikit pun."Ya. Tapi, jangan beri tahu siapa pun. Setelah operasi selesai, kami akan segera kembali," ujar Janice untuk mengingatkan Arya.Arya mengangguk. "Aku akan memasukkan kalian ke rombonga

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 839

    "Cepat makan, Arya sudah menunggu kita di bawah," kata Jason tanpa banyak bertanya."Oke."Setelah sarapan, Janice mengenakan topi untuk Vega dan menggendongnya turun. Sepanjang perjalanan, suasana di dalam mobil sangat sunyi, bahkan Arya pun diam saja.Setibanya di rumah sakit swasta terbaik di Kota Genggi, setelah tim dokter spesialis melakukan pemeriksaan, Arya ikut masuk ke ruang rapat untuk mendiskusikan rencana pengobatan.Jason berdiri di samping Janice sambil menggendong Vega yang tertidur. Selama menunggu, ponselnya berkali-kali menyala dan mati. Setidaknya ada lebih dari 20 panggilan masuk.Akhirnya, setelah tenang beberapa menit, giliran ponsel Norman yang berdering. Norman melihat nama penelepon, lalu secara refleks melirik ke arah Jason, tetapi akhirnya dia langsung memutus panggilan itu.Namun, tak lama kemudian, ponsel mereka berdua berbunyi bersamaan. Janice mengulurkan tangannya untuk menggendong Vega dan berucap, "Angkat saja, mungkin penting."Jason melihat layarnya,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 838

    Telepon masih tersambung, tetapi Janice dan Rachel terjebak dalam keheningan yang aneh.Rachel menarik napas, lalu bertanya, "Janice, kamu benar-benar tega menyeret orang seperti Jason ke dalam kekacauan?"Dia tertawa pelan dan melanjutkan, "Meskipun aku mati, selama aku dan dia masih suami istri, Keluarga Luthan tetap akan membantunya. Kamu bisa apa?""Kamu hanya bisa membuatnya membuang waktu bersamamu di kota kecil itu. Padahal, dia seharusnya berdiri di tempat tertinggi.""Janice, sebenarnya kamu orang paling egois. Dia terus mengalah untukmu, kamu malah terus memaksanya memilih! Memilih hal-hal yang nggak ada artinya!"Di akhir kalimat, Rachel tak lupa menekankan suaranya. Tubuh Janice mulai goyah. Dia menahan tubuhnya pada wastafel agar tidak jatuh. Saat berbalik, dia melihat wajahnya sendiri yang pucat di cermin.Dia tak tahu. Dia membungkuk, berusaha keras mencari sandaran. Namun, lengannya lemas dan tubuhnya terjatuh terduduk di lantai. Dia menekan dadanya, berusaha keras bern

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 837

    Untungnya, pendarahan cepat berhenti. Jason menyeka hidungnya secara asal, lalu langsung menyimpan saputangannya."Belum bersih. Kasih aku saputangannya, biar aku bantu bersihkan," kata Janice sambil mengulurkan tangan."Kotor. Pakai tisu saja." Jason menarik dua lembar tisu dan menyodorkannya ke tangannya. Tidak punya pilihan lain, Janice pun menggunakan tisu untuk mengelap sisa darah di wajah Jason.Melihat tangan Jason masih ada noda darah, Janice berkata, "Cuci tangan dulu sana."Begitu ucapan itu dilontarkan, Jason tiba-tiba meraih dan memeluknya erat, membuatnya tak bisa bergerak. Dari sweter yang dikenakan, Janice bisa merasakan napas Jason yang sedikit memburu.Janice ragu, apakah harus mengangkat tangannya atau tidak. Namun, beberapa detik kemudian, Jason melepaskannya. "Sudah malam, tidurlah. Besok kita ada janji konsultasi dengan dokter spesialis untuk Vega.""Hmm." Janice menatapnya sejenak, lalu berbalik masuk ke kamar.Jason juga kembali ke kamarnya, tetapi tak menyalakan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status