Share

Bab 99

Author: Danira Widia
"Aku cuma peduli pada hasilnya. Aku nggak perlu mengajarimu lagi harus gimana, 'kan?" Nada bicara Jason terdengar seperti sedang berbicara kepada bawahan.

Kegembiraan sontak sirna dari wajah Vania. Tatapannya dipenuhi ketakutan. Dia mengangguk dengan kaku. "A ... aku sudah ngerti. Aku pasti bakal menebus kesalahanku."

"Ya." Jason merespons dengan tidak acuh, lalu berbalik dan pergi. Tubuh Vania sontak melemas. Dia hampir terjatuh.

Risma segera memapahnya dan berkata, "Vania, kamu harus kuat. Jason belum mencampakkanmu. Masih ada kesempatan."

"Memang benar, tapi dia makin nggak peduli padaku."

"Nggak masalah. Yang penting dia janji mau menikahimu. Setelah menjadi istri Jason, kamu bisa menyingkirkan semua wanita yang merayunya. Janice cuma bakal mati pada akhirnya!" ucap Risma sambil menggertakkan gigi dan memegang lehernya yang terluka.

Vania mendengus. "Janice, kita lihat saja hasilnya nanti."

Saat ini, ada pelayan yang kebetulan lewat. Ketika melihat Risma dan Vania, mereka pun diam-
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Endah Wati
Yo mba author tolong update
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 100

    Jantung Janice sontak berdetak kencang. Dia menatap Zachary dengan terkejut. "Kenapa begitu?"Zachary tersenyum murah hati. "Ayah nggak menyukaimu. Kalau tahu masalah ini terjadi karenamu, dia pasti bakal marah besar.""Maaf, Paman." Janice merasa bersalah."Nggak apa-apa. Nggak usah dipikirkan." Zachary mengelus kepala Janice.Ivy tiba-tiba berkata, "Sayang, aku masih lapar. Kita makan lagi yuk.""Oke." Suami istri itu pun bergandengan tangan dan pergi.Janice merasa agak frustrasi. Dia berkeliling di taman. Tiba-tiba, dia melihat sebuah sosok hitam. Itu adalah Jason.Jason sedang berdiri di pinggir kolam sambil merokok. Cahaya di kolam terpantul di wajahnya. Angin sepoi meniup rambut di dahi Jason. Tatapan Jason terlihat mendalam.Janice mengepalkan tangannya, merasa dia harus memperjelas semuanya. Akan tetapi, ponsel Jason tiba-tiba berdering, membuat Janice menghentikan langkah kakinya.Jason membelakangi Janice saat menjawab panggilan. "Jangan nangis lagi. Kak Zachary nggak bakal

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 101

    Janice tidak percaya bahwa Jason akan bertindak seberani itu di depan Keluarga Karim, apalagi di hadapan Joshua. Dia sama sekali tidak memedulikan ucapan Jason dan terus berusaha diam-diam melepaskan diri dari cengkeramannya.Saat mengangkat kepala, pandangannya bertemu dengan mata Jason yang kelam dan penuh dengan aura mengancam. Semakin lama, mata itu semakin dekat. Baru saat itulah, Janice sadar bahwa Jason tidak memedulikan kehadiran Joshua yang sedang menyaksikan mereka dari seberang.Janice akhirnya merasa panik. Dia mengangkat tangan untuk menahan tubuh Jason yang semakin dekat dan mengangguk sebagai tanda setuju untuk pergi bersamanya. Jason akhirnya berhenti. Dia mengangkat tangan dan mengambil daun yang menempel di rambut Janice.Dengan nada dingin seperti biasanya, dia berkata, "Ada sesuatu."Baru saat itu Janice sadar dirinya telah dikelabui. Dia mengerutkan hidung dengan kesal, tetapi tidak punya pilihan selain menerima kenyataan itu. Dia menoleh ke arah Joshua dan berkata

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 102

    Entah sejak kapan, Jason ternyata sudah melepaskan sepatu dan kaus kaki Janice."Paman, kamu ngapain? Ini membuatku nggak nyaman!" seru Janice, mencoba menarik kembali kakinya. Namun, Jason tidak merasa terganggu sedikit pun dan memegang telapak kaki Janice.Telapak tangan Jason terasa hangat. Meskipun tidak ingin mengakuinya, tubuh Janice bereaksi dengan jujur. Kehangatan itu terasa begitu nyaman, bahkan hingga membuat jari-jari kakinya bergerak tanpa sadar.Jason memegang kaki Janice. Ujung jarinya menggosok kulit di punggung kaki Janice dengan sedikit tekanan hingga menciptakan sensasi campuran antara sakit dan geli."Nggak nyaman?" tanya Jason dengan nada menggoda.Janice hanya menggigit bibirnya, tidak mengatakan apa pun. Jason kemudian mengambil semprotan dari kotak P3K, lalu menyemprotkannya ke pergelangan kaki Janice yang mulai memerah dan menempelkan salep di atasnya.Janice hanya bisa menatapnya diam-diam karena tidak mengerti mengapa dia melakukan semua ini. Tiba-tiba, sebua

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 103

    Janice langsung tahu bahwa Jason pasti sedang membalas dendam karena Janice pernah menggigitnya sebelumnya. Dia memilih untuk menutup mata, siap menerima rasa sakit dan kemungkinan darah yang akan mengalir.Namun, rasa sakit itu hanya sesaat. Gigi Jason di lehernya memberi tekanan ringan dan berat secara bergantian, seperti sedang mempermainkannya. Tubuh Janice sedikit bergetar dan bibir Jason yang ada di lehernya pun berubah gerakan dan menggesek kulitnya perlahan.Detik berikutnya, Janice mendapati dirinya diangkat dan didudukkan di atas meja kecil. Dia mencoba melarikan diri, tetapi Jason mengurungnya di antara lengannya. Jason bergerak mendekat. Saking dekatnya, hanya dengan sedikit gerakan dari bibirnya, mereka akan bersentuhan.Janice mundur, tetapi Jason mengangkat tangannya untuk menahan kepala Janice dan menariknya kembali. Sentuhan samar yang nyaris tak terasa itu membuat atmosfer menjadi semakin panas."Ulangi," Jason berbisik rendah.Janice tetap diam dan bibirnya terkatup

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 104

    Norman menyadari wajah Janice yang pucat pasi dan dengan cemas memanggil, "Bu Janice ...."Janice hanya tersenyum dingin, "Paman Jason benar-benar bekerja keras.""Bu Janice, sebenarnya ...." Norman mencoba menjelaskan, tetapi Janice sudah berjalan pergi meninggalkannya yang hanya bisa menghela napas sambil mengerutkan alis.Setelah kembali ke kamarnya, Janice langsung menuju kamar mandi. Begitu melihat bayangannya di cermin, dia terkejut melihat tanda merah yang jelas di lehernya. Tanda gigi itu sangat samar, tetapi area yang memerah itu tampak intim. Siapa pun yang melihatnya pasti akan tahu apa yang terjadi.Janice mencoba mencucinya berkali-kali. Namun, semakin lama dia mencuci, semakin merah pula area tersebut. Akhirnya, dia menyerah.Besok dia harus pergi ke studio Amanda untuk melapor. Tampaknya dia hanya bisa menutupi tanda itu dengan alas bedak. Saat sedang berpikir bagaimana cara meminjam alas bedak dari Ivy, tiba-tiba Ivy muncul di depan pintunya."Janice? Kamu sudah pulang?

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 105

    Mendengar suara itu, Janice berbalik dan melihat seorang wanita mengenakan setelan hitam yang rapi berhenti tepat di depannya."Masih ingat aku? Aku Herisa." Pemenang peringkat ketiga dalam lomba.Janice mengangguk sopan. "Ingat. Hai."Herisa merapikan setelannya sambil menyisir rambutnya dengan lembut. "Terima kasih atas pengorbananmu waktu itu.""Nggak masalah. Sebentar lagi telat, ayo kita naik dulu. Nanti kita bisa ngobrol lebih banyak," kata Janice sambil melirik jam tangannya. Dia tidak ingin datang terlambat. Ini adalah hari pertama magangnya, setidaknya dia harus tiba 10 menit lebih awal untuk membiasakan diri."Baik," jawab Herisa sambil mengikuti langkah Janice. Dengan antusias, dia berkata, "Janice, sebenarnya aku pikir karyamu lebih pantas dapatin juara pertama."Janice berhenti sejenak dan memotong pembicaraan dengan lembut, "Herisa, simpan pendapat itu untuk dirimu sendiri. Jangan pernah mengatakannya lagi."Vania bukanlah orang yang terlihat tenang seperti yang dia tunju

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 106

    Saat mereka masuk ke kantor, Bella bertepuk tangan untuk menarik perhatian semua orang dan berkata, "Ini adalah karyawan magang yang baru. Bu Vania yang sudah dinobatkan sama Bu Amanda sebagai juara pertama. Selebihnya, aku rasa nggak perlu diperkenalkan lagi."Nada bicara Bella yang penuh makna segera ditangkap oleh semua orang di ruangan itu. Mereka langsung berbaris untuk menyapa Vania dengan ramah. Sementara itu, Janice dan Herisa bahkan tidak ditanya namanya.Vania melirik sekilas ke arah Janice, lalu memulai aksinya.Dia melangkah ke tengah antara Janice dan Herisa sambil menggandeng lengan mereka berdua dengan senyuman lembut dan berkata, "Mereka berdua adalah teman-temanku, Janice dan Herisa. Mohon bimbingannya untuk mereka ke depannya."Janice sempat tertegun. Jelas sekali Vania mendengar percakapan mereka di depan lift dan sekarang mencari kesempatan untuk membalas.Vania sengaja menggunakan mereka berdua untuk memamerkan sikapnya yang murah hati, sekaligus merendahkan kebera

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 107

    Janice sudah pernah mengalami kekejaman Vania di kehidupan sebelumnya. Vania sangat ahli dalam memerankan dua kepribadian dengan sangat sempurna. Di masa lalu, Janice akan melakukan segalanya untuk menjelaskan diri. Namun sekarang, dia menyadari bahwa menghadapi Vania tidak perlu repot-repot.Gila-gilaan saja sudah cukup.Janice meletakkan ponselnya, lalu mengambil teko kopi yang masih panas, dan berbalik dengan cepat."Mulutmu busuk sekali, belum cukup kena air panas ya? Bu Vania mau coba gimana rasanya disiksa orang gila di sini?""Aku cuma kehilangan gaji. Tapi kamu? Kamu bakal kehilangan harga diri, kehormatan keluargamu, dan harga diri Jason. Kamu berani mengambil risiko itu?"Seperti yang diduga, begitu melihat teko kopi, otot di wajah Vania refleks menegang. Bahkan, riasannya yang tebal tampak hampir retak.Dia segera mundur dua langkah dan tatapannya berubah tajam. "Janice, jangan terlalu percaya diri! Kamu pikir kamu bisa menang? Pada akhirnya, Jason tetap berpihak padaku. Sem

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 777

    Hanya dari perbandingan desain, Zion langsung tahu bahwa kalung itu adalah karya Janice. Dia memang ada di sini.Zion melanjutkan, "Aku menemukan kalung milik ibu hamil itu dipesan secara custom oleh suaminya di toko perhiasan daring bernama Vega Jewelry. Lokasinya juga ada di Moonsea Bay. Penulis komik itu juga tinggal di Moonsea Bay."Landon mengangguk. "Masih ingat waktu Rachel ngotot ingin punya anak? Aku ingat dia bilang sudah menyiapkan nama anaknya, namanya ....""Vega. Dia belum hamil, tapi dia sudah yakin banget kalau itu anak perempuan," ucap Zion.Landon menatap nama toko perhiasan itu, seakan-akan semakin yakin. "Sepertinya nama ini Rachel dengar langsung dari mulut Jason."Begitu kalimat itu selesai dilontarkan, ponsel Zion berbunyi."Pak, dia baru saja pulang dari rumah sakit. Jangan-jangan dia sudah tahu Bu Janice dan anaknya di Moonsea Bay? Setahuku di Moonsea Bay cuma punya satu TK, hari ini baru saja ada kejadian."Kening Landon berkerut. "Berarti semua omonganku wakt

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 776

    Janice kembali menggendong Vega, lalu menurunkannya dan mulai berkemas lagi. Saat hendak pergi, dia teringat pada kecelakaan di taman kanak-kanak.Dia mengenal sebagian besar anak-anak di sana. Jadi, dia segera membuka ponsel dan mentransfer 100 juta kepada guru, dengan catatan untuk anak-anak yang terluka.Tak lama kemudian, guru mengembalikan uang itu dan mengirimkan sebuah pesan.[ Mama Vega, Pak Jason sudah menanggung seluruh biaya pengobatan anak-anak yang terluka. ]Kenapa Jason bisa ada di rumah sakit? Jangan-jangan dia memang datang untuk menyumbang?Saat sedang berpikir, guru mengirim pesan lagi.[ Kata Kepala Sekolah, Pak Jason memang sudah lama ada di grup donor darah. Tapi karena nggak bisa donor darah, dia cuma menyumbang. Ternyata masih banyak orang baik di dunia ini. Terima kasih, Mama Vega. Bagaimana kondisi Vega sekarang? ][ Baik. Oh ya, aku ingin mengajukan cuti seminggu untuk Vega. ][ Boleh. Mohon tetap perhatikan kondisi Vega ya. Kalau ada masalah, beri tahu kami

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 775

    Jason menggigit bibirnya. "Bagaimana kalau kami nggak setuju?"Jason menjawab dengan tenang, "Aku akan membuatmu setuju."Namun, kalimat ini terdengar seperti ancaman bagi Janice. Dia menatap Jason dengan tajam, lalu memasukkan tangannya yang sudah diobati ke dalam sakunya. Saat Jason sedang mengobati luka di tangan lainnya, dia mengeluarkan tongkat listrik mini anti pemerkosa.Setelah disetrum, tubuh Jason langsung menjadi kaku. Dia menatap Janice dan bertanya dengan nada bicara yang biasanya dingin dan sombong menjadi serak, "Apa kamu begitu membenciku?""Benci! Aku benci kamu!" teriak Janice sambil memalingkan wajahnya.Jason langsung terjatuh ke tanah dengan kuat.Setelah mematikan tongkat listrik itu, Janice segera menggendong Vega dan berlari keluar.Beberapa detik kemudian, Jason membuka matanya. Setelah perlahan-lahan bangkit dan menepuk debu dari pakaiannya, dia menatap ke arah perginya Janice sambil menghela napas. Saat seorang perawat masuk, dia langsung melirik dan memperin

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 774

    Teringat dengan putrinya, Janice akhirnya berhenti melangkah dan memberi isyarat pada putrinya untuk segera ke sampingnya. Namun, Vega yang sedang memegang susunya pun langsung menarik keluar kakinya dari dalam jaket Jason sebagai isyarat dia tidak memakai sepatu. Dia hanya bisa berjalan mendekat, lalu mengulurkan tangan dan berusaha untuk tetap tenang. "Pak Jason, ini bukan anakmu.""Apa aku sudah tanya?" kata Jason sambil menarik pakaiannya dan membungkus kaki Vega, lalu perlahan-lahan berdiri di depan Janice.Saat Jason menatapnya, Janice merasa punggungnya sudah penuh dengan keringat dingin. Tatapan Jason terlihat dominan dan obsesif, tetapi terasa ada sebuah perasaan yang berbeda saat mendekatinya sampai dia tidak bisa bergerak sedikit pun. Dia menggigit bibirnya karena menyadari Jason pasti sudah menyelidiki segalanya baru bisa muncul di sini.Namun, saat Janice ingin menghindar, tatapannya malah bertemu dengan tatapan Jason. Begitu keduanya saling memandang, waktu terasa berhent

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 773

    Jason tersenyum. "Baiklah, aku akan menunggu."Saat Jason menerima Vega yang agak memberontak, Hady langsung tertegun saat menatap mereka. "Pantas saja aku merasa kamu begitu familier, kalian berdua ....""Keluarga pasien! Keluarga pasien!" teriak perawat."Aku segera ke sana," jawab Hady.Setelah Hady pergi, Vega mengangkat kepala dan menatap wajah Jason. Namun, dia tidak menangis ataupun marah.Meskipun anak itu ada di depan mata, Jason masih merasa semuanya tidak nyata. Dia memeluk Vega dengan lebih erat dan menarik Vega agar lebih dekat dengan hati-hati. Saat dia bisa mencium aroma khas tubuh Vega dan bahkan ada sedikit bau Janice yang samar-samar, dia baru berani yakin anak ini adalah Vega di mimpinya. Hanya saja, wajah anak ini lebih bulat daripada wajah Vega di mimpinya.Mulut Jason bergerak, seolah-olah ada banyak hal yang ingin ditanyanya. Namun, saat dia hendak membuka mulut, Vega yang berada dalam pelukannya bergerak beberapa kali dan menunjuk mesin penjual otomatis di loron

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 772

    Saat pria itu hendak memakaikan kalung itu pada istrinya, Jason tiba-tiba menggenggam pergelangan tangan pria itu. "Kalung ini dari mana?"Nada bicara Jason yang dingin membuat pria itu terkejut dan menjawab, "Dari ... Vega Jewelry. Bosnya adalah orang dari desa kami. Dia menjual perhiasan, sangat hebat."Wanita yang baru saja melewati kontraksinya pun meninju suaminya. "Apanya yang penjual perhiasan? Ini namanya desainer perhiasan.""Ya, aku memang mudah lupa," kata pria itu.Jason menatap desain pita yang pita yang istimewa itu. Dari lekukan hingga ukiran yang kecil-kecil di atasnya, semuanya itu adalah gaya khas Janice. Tenggorokannya terasa kering dan bertanya dengan suara serak, "Siapa?""Ja .... Ah! Sakit sekali!" teriak wanita itu tiba-tiba sebelum selesai menjawab pertanyaan Jason, lalu mencengkeram suaminya dan Jason dengan erat.Begitu pintu lift terbuka, kebetulan ada seorang perawat yang melihat kejadian itu dan segera memanggil orang untuk membantu. Saat dokter bertanya te

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 771

    Nama yang tertera di sepatu itu adalah Vega.Saat itu, seorang guru yang sedang menjaga ketertiban di lokasi itu segera berlari mendekat. "Mama Vega, Vega nggak ada di sini. Anak-anak yang terluka parah sudah segera dibawa ke rumah sakit kota.""Terluka parah?" tanya Janice dengan suara bergetar.Guru itu menggigit bibirnya, lalu berkata, "Kepala sekolah sudah pergi ke sana, kamu juga segera pergi ke sana saja."Janice baru saja hendak berbalik, tetapi tubuhnya langsung ambruk.Arya segera memapah Janice. "Aku antar kamu ke rumah sakit."Janice hanya bisa menahan air matanya dan menganggukkan kepala. Setelah berlari ke rumah sakit dan diberi petunjuk oleh perawat, dia pun menemukan lantai tempat para korban kecelakaan TK dirawat. Di tengah kerumunan, dia langsung menemukan gurunya Vega. "Guru, mana Vega? Dia baik-baik saja, 'kan?""Vega baik-baik saja. Saat aku membawanya untuk menghindar, aku terpaksa membawanya bersamaku ke rumah sakit karena aku harus buru-buru mengantar para korban

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 770

    Begitu mendengar terjadi kecelakaan di TK, Janice tanpa ragu langsung berlari keluar. Arya dan Louise segera mengikuti dari belakang."Kenapa bisa terjadi kecelakaan mobil di TK?" tanya Arya."TK ini dibangun di lereng. Saat bus pariwisata turun dari bukit, sopirnya juga nggak tahu kenapa nggak menginjak rem dan langsung menerobos masuk ke TK. Saat itu banyak anak-anak yang sedang bermain .... Aduh, tunggu aku!" jelas Louise.Hanya mendengar penjelasan singkat dari Louise, naluri menyelamatkan sebagai seorang dokter membuat Arya langsung tahu kecelakaan ini sangat parah.Saat ini, sebuah bus besar terjepit di tembok TK. Bagian depan bus sudah menerobos masuk ke lapangan bermain sepenuhnya, sedangkan bagian belakangnya tergantung. Banyak orang di sekitar yang sedang membantu dan banyak anak yang diangkut keluar dengan menangis terisak-isak.Janice segera berlari mendekat dan menarik seorang anak yang sedang memegang lengannya. Anak itu adalah teman sekelas Vega. "Mana Vega?"Anak itu me

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 769

    "Wanita apa? Panggil aku Wanita Ganas Pengayun Golok Tengah Malam," kata Louise yang berdiri di depan Janice dan melihat pria di depannya dengan tatapan ganas.Pria itu bertanya sambil mendesis, "Kamu penulis komik itu, 'kan?"Louise merapikan rambutnya, lalu berkata dengan suara yang menjadi manis, "Kamu ini penggemar fanatik, 'kan?""Aku bukan penggemar fanatik, aku adalah dewa," kata pria itu dengan kesal, lalu melempar sapunya dan menepuk debu di pakaiannya. Setelah itu, dia berjalan melewati Louise dan mendekati Janice.Melihat pria itu sudah mengejar sampai sini, Janice merasa tidak perlu bersembunyi lagi. Lagi pula, pria ini sudah melihatnya mengantar anak. Dia menepuk bahu Louise dan berkata dengan tak berdaya, "Aku kenal dia."Louise terkejut, lalu mulai menebak-nebak. "Jangan-jangan dia ini ... ayahnya Vega?""Jangan sembarang berbicara. Kalau ada yang mendengar, aku akan mati," kata pria itu dengan marah.Mendengar perkataan itu, Janice tersenyum dan menggelengkan kepala kar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status