Suara derap langkah kaki serempak terdengar mengejar di belakang, membuat pria dengan pakaian kehormatan seorang putra mahkota sesekali menoleh ke belakang. Keberadaan ratusan prajurit yang tidak jauh darinya memompa jantung pria muda tersebut berpacu cepat.
“Kenapa … kenapa jadi begini?!” suara pria itu bergetar, menahan sakit akibat luka yang ada di bagian perutnya. Tangan yang dia letakkan untuk menahan luka tersebut telah merah akibat darah yang mengalir deras. ‘Bagaimana mungkin, aku … sang putra mahkota, menjadi buronan kerajaanku sendiri?!’ teriaknya dalam hati dengan bulir-bulir keringat menghiasi dahi.“Berhenti di sana, Adam!” teriak sorang pria bertubuh kekar, sang panglima perang yang dulunya adalah sosok paling setia yang melindungi kerajaan bagi keluarga kerajaan. “Putra Mahkota! Berhenti di tempatmu, sialan!”‘Apa dia kira aku bodoh?!’ maki Adam dalam hati, napasnya tersenggal. Darah yang terus mengalir keluar dari tubuhnya membuat pandangan Adam mulai membuyar. ‘Berhenti sama saja dengan mati!’Dengan tenaga yang tersisa, Adam berusaha mencari tempat persembunyian. Adrenalinya yang terpacu rasanya mampu membuat jantungnya meledak. Kaki Adam terseok-seok untuk mencapai tempat yang aman, dia melihat hutan yang gelap gulita di sana. Nampaknya itu adalah hutan iblis yang dibicarakan orang-orang.“Persetan dengan iblis, aku lebih baik ke sana dari pada mati dengan hina di sini,” geram Adam dengan raut wajah kesakitan.Sebelum para ksatria kekaisaran menemukannya, Adam telah melangkah masuk ke dalam hutan. “Panglima, Yang mulia Putra Mahkota masuk ke dalam hutan iblis!” lapor bawahan sang panglima, tak berani mengejar dan masuk ke dalam hutan terlarang itu.Melihat Adam yang masuk ke sana dengan kondisi luka yang begitu parah, para ksatria hanya bisa berhenti di tempat dan memandangi hutan yang amat gelap itu. Aura kelam mengerikan menyelimuti keseluruhan tempat tersebut.“Apa kita akan mengejarnya?” tanya bawahan lain, merasa masuk bukanlah pilihan yang baik. Dia yakin dengan luka seperti itu, Adam juga tidak akan berhasil hidup.“Tidak perlu, kita hanya akan membahayakan nyawa dengan memasuki hutan iblis itu,” jawab sang panglima perang dengan netra dingin.“Lalu, bagaimana dengan perintah Kaisar, Panglima?” seorang ksatria lain menyahut. “Kaisar dengan jelas menurunkan titah untuk membawa kembali jasad Putra Mahkota.”Sang panglima perang berbalik, lalu berkata, “Kita jelaskan saja kejadian yang sebenarnya. Kaisar pasti mengerti.”***Kekaisaran Vanrize, sebuah kekaisaran yang terkenal karena kedamaian dan kemakmurannya. Hubungan diplomatik kerajaan tersebut dengan kerajaan-kerajaan lain begitu kuat akibat kebijakan kaisarnya, Yurize Lexton Van. Akan tetapi, semakin hebat sebuah kerajaan, semakin banyak pula orang yang menginginkannya.Dan, hal itulah yang mengawali kejatuhan sang kaisar.Beberapa waktu yang lalu, di pesta pengangkatan Adam Adrellina Van sebagai putra mahkota, sang kaisar dan juga permaisuri berakhir meregang nyawa. Racun merupakan alasan kematian keduanya, tapi tidak ada yang mampu menemukan dalang utamanya.“Putra Mahkota masih terlalu muda untuk memegang kendali kerajaan, sebaiknya takhta diberikan kepada Tuan Jean untuk sementara,” usul begitu banyak orang.Sebagai seorang pemuda berusia 18 tahun, Adam sadar dengan betapa tidak kompeten dirinya. Demikian, dia dengan mudah mengiyakan dan menyerahkan semua kuasa kepada Jean Easter Van, adik mendiang Kaisar Yurize dan juga paman Adam. Teringat dengan keputusannya itu, Adam mencengkeram rumput di tanah dengan kuat. “Sial!” makinya yang sekarang terbaring di tanah. Dirinya tak lagi kuat berjalan, terlebih karena pandangannya telah begitu buyar sehingga dia tak mampu melihat jelas jalanan di hadapan. “Bodoh! Kenapa aku malah menyerahkan takhta pada dalang sebenarnya kematian Ayahanda dan Ibunda!?”Lalu kebodohan Adam semakin membuatnya ingin berteriak dan membunuh dirinya sendiri. Setelah mendapatkan bukti yang cukup setelah selama ini dia selalu menentang kebenarannya, Adam menghampiri Jean dan menuduhnya sebagai pembunuh orang tuanya. Jean tidak terima dituduh seperti itu di depan banyak bangsawan membuatnya memerintahkan untuk mengeksekusi Adam.
“Adam! Aku tidak mengerti mengapa Kau menuduhku seperti itu. Bukankah aku yang sudah menanggung beban berat ini menggantikanmu? Aku juga adalah orang yang menutupi aksi jahatmu yang membuat kekacauan di wilayah utara. Aku berusaha menutupinya tetapi ….”
Perkataan manipulatif dari Jean membuat terkejut seluruh istana. Seruan hina, makian terlontar begitu saja oleh para bangsawan di sana. Seolah mereka telah terjebak pada perkataan Jean yang tidak mendasar. Sontak Adam yang tidak mempersiapkan apapun dan statusnya yang berada di bawah Jean membuatnya berakhir menjadi buron.
Raut wajah Adam diselimuti ketidakrelaan saat mengingatnya. Tak pernah dia sangka bahwa paman yang sedari dulu begitu dekat dengannya berakhir mengkhianati keluarganya seperti ini.“Hah … hah … hah ….” Napas Adam semakin lama menjadi semakin berat, dadanya terasa begitu sesak dan tubuhnya sangat lemah. Manik Adam mulai menyapu pemandangan di sekitarnya.Hutan iblis yang dimasuki olehnya memang sesuai seperti rumor. Gelap, menyeramkan, dan begitu kental dengan aura iblis yang mencekam. Namun, anehnya Adam kini dapat melihat berbagai bentuk iblis yang bertempat tinggal di sana. ‘Apa mungkin karena aku telah berada di ambang kematian?’ tebaknya.Banyak orang berkata bahwa iblis akan menyerang siapa saja yang masuk ke dalam hutan. Akan tetapi, Adam tidak diserang. Para makhluk iblis di tempat tersebut hanya memperhatikan dirinya dari awal hingga saat ini.Entah apa ini perasaannya saja atau tidak, tapi Adam merasa tatapan para iblis padanya terlihat begitu aneh. “Mengapa mereka menatapku seperti itu? Seakan . . . takut?” gumamnya.Namun, tidak mempedulikan itu Adam mengalihkan pandangan kepada hal lain. Dia baru menyadari bahwa dirinya berada di dekat sebuah kuil tua tak terurus.Karena kuil dipercaya sebagai penghubung dunia makhluk hidup dan dunia kematian, Adam pun berujar, “Ayahanda, Ibunda . . . apa yang harus kulakukan? Aku telah menyerahkan tahta kekaisaran pada manusia sampah seperti Jean.” Air mata tak elak menuruni wajahnya.Adam merasa malu pada dirinya sendiri yang dengan mudah tertipu oleh Jean yang licik. Dia tidak menyangka selama ini orang-orang di kekaisaran bertingkah pura-pura baik padanya. Rasa dendam dan kebencian menyelimuti Adam dan mengeluarkan aura mencekam.Di saat napas Adam menjadi semakin sesak, sebuah suara mendadak mengejutkan dirinya, “Hmm, siapa kiranya dirimu, Anak Muda?”Adam membelalakkan matanya, dengan sisa tenaga yang tak seberapa dia menegakkan badan untuk mencari-cari asal dari suara tersebut. "Si-siapa itu?!"
“Aku bertanya-tanya mengapa para bawahanku membiarkan seorang manusia hina melewati hutan yang suci ini dengan mudah. Rupanya karena auramu, apakah kamu keturunan kekaisaran?” tanya suara yang menggema di kuil itu.
Adam terlonjak kaget, dia bangkit duduk tanpa peduli pada lukanya yang kian melebar. “Siapa kau!” katanya. Detak jantungnya berpacu dengan cepat, napasnya memburu, Adam menelan salivanya susah payah.
“Aneh. Kau memiliki aura yang sangat gelap tetapi kau ketakutan hanya karena suaraku?” tanya suara itu lagi.
Aura? Apa yang dibicarakan oleh suara itu? Aura gelap apa yang dia maksud?
“Apa maksudmu! Keluarlah, tunjukkan wujudmu!” kata Adam. Walaupun dia ketakutan, tetapi Adam harus menunjukkan sikap pemberani seorang putra mahkota.
Setelahnya, pusaran angin kencang menerpa hutan, mengobrak-abrik hutan itu cukup ganas. Suasana damai dan mengerikan kini berubah menjadi dingin menyesakkan.
Para iblis yang tidak kelihatan sebelumnya berkumpul di sana membentuk sebuah lingkaran. Adam masih belum mencerna apa yang terjadi, para iblis menunduk dengan hormat pada sosok lelaki berambut merah yang menjuntai hingga pinggangnya.
“Si-siapa kau?” tanya Adam tergagap.
Adam kira dia sudah boleh bernapas lega setelah terlepas dari kejaran para ksatria kaisar. Namun, cobaan mengerikan apalagi yang menimpanya kali ini?
Penyambutan Adam dari kembalinya dia dari Denara disambut dengan baik oleh para rakyat, Adam membagikan buruannya pada para rakyat. Daging-daging berkualitas dan bahan pangan melimpah yang dia dapatkan dari Denara membuat rakyat memuja-mujanya.“Terima kasih, Yang Mulia!”“Dimuliakanlah dirimu!”“Hidup Kaisar masa depan!”“Segala keberuntungan memihakmu Yang Mulia!”Seruan-seruan terima kasih rakyat menggema di sepanjang jalan kembalinya Adam menuju istana. Dia nampak senang karena pembagian kecil itu bermakna besar pada mereka yang membutuhkan. Mengingat di masa lalu, para rakyat yang berada di pusat kekaisaran justru tidak mendapatkan hidup yang Sejahtera karena kekejaman bangsawan.Adam telah sampai di istana setelah menyapa para rakyatnya. Segera dia disambut dengan Jean yang menampilkan senyum cerahnya.“Bagaimana perburuanmu Adam? Aku sempat heran mengapa kamu pergi jauh-jauh ke Denara hanya untuk berburu, tetapi sepertinya tujuanmu tercapai. Apakah ada hal bahagia di sana?” tan
Jilid : Masa kini Adam Di langit Vanrize yang cerah, Adam memandang hamparan taman megah yang tampaknya miliknya, tetapi ia tahu dengan pasti bahwa milik itu adalah milik Kaisar Jean yang masih menduduki posisi dengan sah. Meskipun kekuasaan Adam tumbuh, ia tahu ia masih jauh dari cukup kuat untuk menggulingkan Jean dalam waktu dekat. Namun, ada kesempatan yang harus dimanfaatkannya dengan bijak. “Aku tidak boleh tergesa-gesa, kesempatan memutar waktu ini tidak akan datang dua kali. Kontrak yang aku jalani dengan Iblis itu pun entah akan menguntungkanku sampai kapan,” gumam Adam pada dirinya sendiri. Dia berusaha bangkit dari kegagalan dan kebodohannya di masa lalu. Saat ini, Adam tidak akan melonggarkan sedikitpun kewaspadaannya. Bersama dengan orang-orang kepercayaannya nanti, Adam akan memimpin Kekaisaran ini lebih baik dari siapa pun. “Selamat pagi, Yang Mulia,” sapa Cerrish di ambang pintu kamar Adam. Adam tersenyum pada pengawalnya. "Selamat pagi, Cerrish! Kamu nampak segar h
Adam terduduk sendiri di ruang gelap, matahari yang menyinari kamar yang seharusnya indah ini sekarang hanya memberikan bayangan kepada penghuni ruangan yang penuh dengan keputusasaan. Buih-buih air mata mengisi matanya, mengingatkannya pada momen-momen pahit yang terus-menerus terulang dalam ingatannya.Dia adalah Pangeran Adam Adrellina Van, sang Putra Mahkota. Dahulu, hidupnya diwarnai dengan kemewahan dan kehormatan. Tapi sekarang, dia terjebak dalam kekacauan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Rakyatnya telah memberontak, dan mereka menyalahkan Adam sebagai dalang di balik pemberontakan di wilayah utara.Adam terisak pelan, mencoba menelan pil pahit ketidakadilan yang menghantamnya. Bagaimana semua ini bisa terjadi? Bagaimana dia, yang pernah dicintai oleh rakyatnya, bisa berakhir sebagai pihak yang dicaci maki dan ditolak begitu keras?Kembali ke saat dia didemo oleh seluruh rakyat, itu adalah momen yang tak terlupakan. Mereka menghina dan mencemoohnya, melemparkan kata-k
Dalam kegelapan malam, di luar gerbang istana Vanrize, Adam bersiap untuk pertempuran besar yang akan menentukan nasib Vanrize. Dia berdiri bersama Zenon dan pasukan iblisnya, yang siap untuk membantunya melawan pasukan Jean yang kuat.Adam melihat ke arah Zenon dan berkata, "Waktunya kita memulai ini. Kita harus merebut kembali istana dan mengakhiri pemerintahan tirani Jean."Zenon mengangguk dan menggerakkan tangannya. Dengan cepat, pasukan iblisnya meluncur ke dalam kegelapan, menuju pasukan Jean yang berjaga di sekitar istana. Mereka muncul secara tiba-tiba, menyerang dari segala arah, dan pertempuran pun pecah.Suara teriakan, benturan senjata, dan hujan panah mengisi udara saat dua kekuatan bertempur dengan sengit. Adam memimpin pasukannya, pedangnya berkilauan di bawah cahaya bulan. Dia merobek masuk ke dalam barisan pasukan Jean, berjuang dengan penuh semangat dan tekad."Demi Vanrize yang bebas!" teriak Adam, menginspirasi pasukannya.Zenon, dengan kekuatan iblisnya, membawa
Dalam kegelapan hutan yang penuh misteri, Adam dan para pengikutnya bersembunyi, merencanakan serangan besar-besaran untuk merebut kembali tahta yang sah dari tangan Jean. Mereka tahu bahwa hanya dengan tindakan tegas dan keberanian mereka dapat menghentikan tirani Jean dan mengembalikan keadilan ke Vanrize yang terhimpit oleh kekuasaannya.Kegelapan malam memenuhi hutan, hanya diterangi oleh gemerlap api unggun kecil yang mereka nyalakan untuk memasak dan memanaskan diri. Adam duduk di antara para pengikutnya, wajahnya yang penuh tekad memancarkan keyakinan."Kita harus bertindak cepat," ujar Adam dengan tegas. "Jean semakin kuat dengan setiap hari yang berlalu, dan kita tidak bisa membiarkan tiran ini terus merajalela di tahta yang seharusnya menjadi milik kita."Para pengikutnya yang tersisa mengangguk setuju. Mereka telah melewati banyak rintangan dan risiko, dan semangat mereka tidak pernah pudar."Kami telah berhasil meyakinkan banyak bangsawan untuk bergabung dalam perjuangan k
Dalam persembunyian mereka di hutan yang gelap, Adam dan para pendukung terakhirnya merencanakan langkah selanjutnya dalam perjuangan mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak cepat dan bijaksana, karena Jean tidak akan tinggal diam.Adam, dengan rasa tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, memimpin pertemuan ini. "Kita memiliki bukti bahwa surat perintah suksesi kekaisaran yang digunakan oleh Jean adalah palsu. Kita harus membawanya kepada bangsawan-bangsawan yang masih memiliki keraguan terhadap pemerintahannya."Mereka merencanakan untuk melakukan perjalanan diam-diam ke beberapa kota di Vanrize untuk bertemu dengan bangsawan-bangsawan yang setia kepada Adam dan yang menolak tunduk pada Jean. Mereka akan membawa bukti tentang surat perintah palsu tersebut dan mencoba meyakinkan mereka untuk bergabung dalam perjuangan mereka.Selama perjalanan mereka, mereka harus tetap waspada terhadap mata-mata Jean yang mungkin mengintai di setiap sudut. Mereka bergerak dengan hati-hati, me