Aryo terkejut melihat istrinya berdiri di hadapannya.
Tania menyusul Aryo dan bertanya, "Sayang, ada apa?""Oh, jadi kamu pelakor tidak tahu malu itu?" tanya Indah dengan geram."Apa-apaan kamu, Ndah? Kenapa datang kemari?" tanya Aryo seolah tanpa rasa bersalah.Indah menggelengkan kepalanya dan berkata, "Apa?! Kamu tidak merasa bersalah sedikitpun, Mas? Terbuat dari apa hatimu itu?"Aryo menatap Clara yang berdiri di belakang Indah dan berkata dengan kesal, "Oh, jadi kamu mengadukan semua ini pada Indah? Beraninya kamu, tunggu saja akibatnya!""Aku tidak takut lagi dengan ancamanmu, Aryo! Kamu dan Tania sudah tahu telah berbuat salah, tapi malah terus melanjutkan perbuatan itu. Silakan kalau kamu mau pecat aku, aku tidak peduli!" teriak Clara."Awas kamu!" Aryo menunjuk wajah Clara."Eh, kamu yang salah, Mas. Jangan malah mencari kambing hitam dan menyalahkan orang lain! Teganya kamu berbuat seperti ini, Mas! Apa kamu sudah tidak mengingat lagi janji pernikahan kita? Apa kamu tidak ingat anak-anak kita, Mas?" kata Indah.Aryo terdiam sejenak dan seperti sedang berpikir. Tiba-tiba Tania mulai bersuara, "Mbak, seharusnya Mbak sadar diri, aku memang lebih cantik, langsing, dan menarik dari Mbak. Tentu saja Mas Aryo lebih memilih aku. Lihat saja penampilan Mbak yang tua dan membosankan itu,"Tania juga terlihat tidak merasa bersalah. Indah bahkan melihat ekspresi kemenangan di sorot mata Tania. Tingkah Tania itu membuat kemarahan Indah semakin membuncah. Indah maju dan segera mendorong Tania sampai jatuh ke sofa. Indah menjambak rambut panjang Tania sampai ia meringis kesakitan."Dasar pelakor tidak tahu diri! Kamu bukannya merasa bersalah, tapi masih berani bicara begitu. Aku akan merobek mulutmu itu!" seru Indah dengan geram."Mas.. Mas tolong aku!" seru Tania."Indah, apa-apaan kamu ini? Lepaskan dia! Malu kalau ada orang mendengar keributan ini," kata Aryo sambil menarik dan menahan tangan Indah.Indah berpaling menatap Aryo dan menjawab, "Kamu malu karena aku membuat keributan di sini? Seharusnya kamu yang malu karena perbuatan busukmu itu!""Lalu apa maumu?" tantang Aryo."Aku mau bercerai darimu!" teriak Indah."Asal kamu tahu, Mas Aryo memang sudah berencana akan menceraikan kamu, Mbak!" jawab Tania."Bagus, aku tunggu!" seru Indah.Indah dan Clara meninggalkan rumah itu. Clara mengemudikan sepeda motor Indah itu. Indah menangis di sepanjang jalan, ia tidak menyangka bahwa Aryo tidak merasa menyesal sedikitpun. Aryo bahkan tidak mencegah saat Indah meminta bercerai, atau sekedar meminta maaf.Indah menyadari, kini pernikahannya akan benar-benar hancur dan tidak bisa bertahan lebih lama lagi.Indah kembali ke rumah ibunya. Kini ia menyatakan keputusannya pada ibu untuk bercerai dari suaminya itu.Indah tidak ingin menunda atau membuang waktu lagi. Keesokan paginya, ia kembali ke rumah suaminya untuk mengambil pakaian dan barang-barangnya. Keputusannya untuk bercerai dan meninggalkan rumah itu sudah bulat.Hari itu adalah hari sabtu. Indah tahu, kemungkinan suaminya berada di rumah dan tidak bekerja. Indah turun dari taksi dan melangkah ke rumah suaminya.Ia terkejut ketika melihat sepertinya suaminya sedang tidak sendirian di rumah itu. Indah melihat ada dua sandal wanita di depan teras. Indah membuka pintu yang tidak terkunci dan masuk ke dalam.Indah terkejut melihat Aryo, Tania, dan ibu mertuanya sedang duduk di sofa. Ternyata Aryo sedang memperkenalkan Tania pada ibunya. Kini tiga pasang mata itu menatap Indah dengan terkejut."Ternyata sedang ada pertemuan keluarga di sini. Maaf aku mengganggu, aku hanya akan mengambil pakaian dan barang-barangku," kata Indah sambil berusaha menahan air matanya."Bagus, memang ini yang aku tunggu. Aku memang sudah lama merasa bosan denganmu. Aku pikir perpisahan memang jalan terbaik untuk kita," ucap Aryo.Indah berusaha tersenyum dan menatap suaminya itu dengan getir. Dadanya bergemuruh, sedih, marah, kecewa, sakit hati, semua menjadi satu."Aku tunggu surat cerai darimu, Mas," kata Indah."Indah, kamu yakin akan meminta cerai dari anakku? Menurut Ibu sah saja kalau Aryo punya istri lebih dari satu. Mungkin ia bisa membiarkan kamu tetap menjadi istrinya, menanggung kebutuhanmu dan anak-anak. Itu lebih baik daripada kamu dan anak-anak muda menjadi pengemis di pinggir jalan," kata Ibu Aryo.Indah menatap wanita paruh baya yang masih berstatus sebagai mertuanya itu. Ia tidak menyangka kalau mertuanya juga tidak mempunyai perasaan. Ibu Aryo sepertinya mendukung saja perbuatan anaknya yang salah itu. "Tidak perlu, Mas, Bu. Aku tetap akan meminta cerai," jawab Indah."Sudahlah, Mas! Kabulkan saja permintaannya itu. Tenang saja, aku akan menjadi istri yang lebih baik dari dia," kata Tania sambil tersenyum.Indah masuk ke dalam kamarnya dan mengambil koper dari atas lemari. Setelah itu ia mengeluarkan baju-baju miliknya, juga milik Arinna dan Charles. Indah juga mengambil mainan anak-anaknya, tak banyak memang, tapi mungkin nanti mereka akan menanyakannya. Alat make up Indah tidak banyak, ia mengambilnya dan memasukkan ke dalam tas selempangnya. Indah berusaha untuk tetap kuat dan tidak menangis. Aryo tidak mencegah Indah pergi dari rumah itu. Dari dalam kamar, Indah bahkan sempat mendengar tawa ibu mertuanya dan Tania. Indah menggelengkan kepalanya, sejenak ia menghapus air mata yang mengalir di pipinya, lalu kembali memasukkan barang-barang miliknya ke dalam koper. Indah melihat ke sekeliling kamarnya, tempat ia dan suaminya tidur selama sepuluh tahun ini. Tak bisa dipungkiri, banyak kenangan manis yang terjadi di rumah ini. Dulu Aryo adalah pria yang baik, lembut, dan penyayang. Entah sejak kapan ia berubah, perasaan cinta itu terkikis oleh waktu. Sebelum meninggalkan kamar itu, I
"Mas, kenapa gak jujur padaku kalau hutangmu sebanyak itu?" protes Tania. "Sayang, hutang dan cicilan itu memang untuk kebutuhanku. Aku rasa memang belum sepantasnya aku menceritakan semuanya padamu, kecuali kalau kita sudah menikah," jawab Aryo. "Tapi aku pikir kamu cukup kaya dan mapan, Mas. Karena itu aku mau menerima kamu," ucap Tania dengan jujur."Tapi kamu punya tabungan, kan?" tanya Ibu Aryo. Aryo menundukkan kepala dan berpikir sejenak. Dia hanya mempunyai rekening tabungan untuk menampung gajinya. Namun saldonya tidak pernah bertambah, setiap bulan gajinya menguap habis. Apalagi setelah Aryo menjalin hubungan dengan Tania. Setiap bulan Tania selalu meminta uang untuk belanja, perawatan wajah dan rambut di salon, dan sebagainya. Aryo tahu persis, setiap bulan uang yang tersisa di rekeningnya hanya mendekati saldo minimum. Seperti saat ini, tanggal gajian masih setengah bulan lagi, tapi saldo di kartu ATM Aryo hanya bersisa satu juta rupiah. Itu pun masih harus digunakan u
Setelah bercerai dari Aryo, Indah mulai menata hidupnya kembali. Ia tinggal di rumah ibunya bersama Arinna dan Charles. Bapak Indah sudah meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Indah harus berusaha mencukupi kebutuhannya dan anak-anaknya. Ia tidak berharap kalau Aryo akan memberinya uang. Ia harus kuat dan bertahan demi kedua buah hati yang sangat ia cintai.Indah kembali fokus berjualan kue dan makanannya secara online. Ia memasarkan produknya melalui media sosial dan rajin melakukan promosi. Ibu membantu dan mendukung Indah dalam usahanya. Ibu berjualan kue dan masakan Indah di depan rumah. Sementara Indah berbelanja, memasak, dan mengantar makanan yang telah dipesan oleh pelanggannya. Kue dan masakan yang dijual oleh Indah memang enak dan tidak terlalu mahal, karena itu pelanggan lamanya tetap memesan padanya, sekalipun Indah sudah pindah ke rumah ibunya. Suatu hari, saat Indah sedang duduk di depan rumah sambil mencatat pesanan kue, seorang teman lama Indah datang ke rumah. "H
Indah menghela nafas panjang, lalu masuk ke dalam dapur restoran itu. Indah menyapa koki dan beberapa karyawan yang sedang sibuk menyiapkan pesanan konsumen. Semua karyawan itu menyambut Indah dengan ramah. Lalu Indah memakai celemek yang tersedia dan mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak. Bu Ratna ingin Indah memasak soto ayam, ayam goreng, dan sambal. Semua bahan dan bumbu tersedia di dalam lemari pendingin dan lemari dapur itu. Indah mulai mengolah bahan-bahan mentah itu menjadi masakan yang nikmat. Indah harus bekerja dengan efisien dan menggunakan waktu yang ada untuk mengolah tiga menu masakan itu. Setelah hampir dua jam berkutat di dapur, akhirnya semua masakan Indah matang. Indah segera menyajikannya di piring saji dan mangkuk. Bu Ratna masih menunggu hasil masakan Indah di ruangannya. Indah mengetuk pintu ruangan Bu Ratna dan menghidangkan masakan itu.Indah sangat tegang menunggu Bu Ratna mencicipi masakannya. Indah tahu pasti bahwa Bu Ratna pasti orang yang mahi
Indah mulai menikmati aktivitas barunya, pukul lima pagi ia berangkat ke restoran dan memasak. Ada dua orang asisten yang membantu Indah memasak di dapur. Kemampuan memasak Indah terus berkembang dan bakatnya semakin terasah. Indah mendengar dari Clara bahwa Aryo akan menikah dengan Tania. Namun Aryo tidak memberi tahu Indah mengenai rencana pernikahannya itu. Sejak pertemuan terakhirnya dengan Aryo, pria itu tidak pernah memberi kabar atau menemui Indah.Aryo tidak pernah menanyakan kabar mengenai Arinna dan Charles, atau memberi mereka sesuatu. Aryo sudah melupakan istri dan anak-anak dari pernikahannya yang terdahulu.Untuk melaksanakan acara pernikahan yang mewah seperti keinginan Tania, Aryo terpaksa meminjam uang sejumlah lima puluh juta rupiah. Ibu Aryo juga membujuk Aryo untuk menuruti kemauan Indah, karena semua tetangga dan saudara sudah mendengar rencana pernikahan Aryo itu. Mereka berhutang demi harga diri dan gengsi."Tidak apa-apa, Nak. Nanti pasti kalian bisa membayar
Pagi itu Bu Ratna datang untuk meninjau restoran yang dikelola oleh Indah. Bu Ratna melihat aneka menu masakan yang sudah tersedia, kebersihan ruangan, dan cara pelayan untuk melayani pembeli. Setelah selesai memasak, Indah menemui Bu Ratna di salah satu ruangan yang digunakan sebagai kantor. "Bu, maaf menunggu lama. Ini saya bawakan makanan dan kue buatan saya," kata Indah sambil menghidangkannya di hadapan Bu Ratna. "Terimakasih. Wah, kuenya terlihat enak. Kamu hebat, bisa membagi waktu untuk melakukan semuanya," puji Bu Ratna. "Terimakasih, Bu. Silakan dicoba, Bu kuenya," kata Indah. Bu Ratna mengambil satu kue yang tersedia di atas piring dan mencicipinya."Wah, enak sekali kuenya. Kamu memang pintar,"Indah tersenyum mendengar pujian Bu Ratna. "Restoran ini cukup maju dan berkembang," kata Bu Ratna sambil tetap mengunyah kuenya. "Ini karena Ibu jeli melihat peluang yang ada," ucap Indah. "Ini juga karena masakanmu enak, sehingga pembeli yang mencobanya selalu ingin kembal
Aryo dan Tania saat ini tinggal di sebuah rumah kontrakan sederhana. Tania menjadi sering merasa marah dan kesal. Wanita yang dulunya lembut, cantik, dan selalu tersenyum itu kini menjadi ketus dan sering mengomel karena merasa hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat. Hari itu adalah hari ulang tahun Tania. Ia menyindir Aryo, mengharap suaminya itu akan memberi hadiah mewah dan mahal seperti dulu. "Mas, kamu gak lupa hari ini hari apa, kan?" Tania tersenyum ceria. "Iya, aku ingat. Selamat ulang tahun, istriku. Semoga kamu selalu sehat dan bahagia," kata Aryo sambil mengecup kening Tania. "Itu saja?" ujar Tania. "Maksudmu?" tanya Aryo sambil mengerutkan keningnya. "Mana hadiahnya, Mas? Kamu selalu memberi aku hadiah setiap aku berulang tahun," jawab Tania terus terang. "Maaf, Sayang. Kamu pasti mengerti bahwa kondisi keuangan kita saat ini sedang gak baik. Kalau tahun depan kondisi kita sudah pulih, aku pasti akan memberi kamu hadiah, apapun yang kamu inginkan," jawab Ary
Setelah tiga hari, akhirnya keluarga Tania pulang juga ke rumah mereka. Aryo merasa lega, karena hanya dalam tiga hari uangnya terkuras habis. Belum lagi adik Tania yang masih duduk di bangku SMA merengek meminta dibelikan ponsel terbaru. Dengan terpaksa Tania menggunakan kartu kreditnya lagi untuk memenuhi keinginan adik iparnya itu. "Mas, kepalaku sakit sekali, aku juga merasa mual dan gak berselera makan," keluh Tania malam itu. "Mungkin kamu kelelahan, istirahatlah supaya besok pagi kondisimu lebih baik," kata Aryo. Tania kali ini menuruti perkataan suaminya. Ia langsung masuk ke kamar dan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tak lama kemudian Tania sudah tidur dengan pulas. Aryo menatap wanita yang kini telah menjadi istrinya itu, lalu menyelimuti tubuhnya. Menjelang pagi Aryo terbangun karena terkejut mendengar Tania lari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Aryo segera menyusul Tania ke kamar mandi. "Kamu kenapa, Sayang?" tanya Aryo. "Aku gak tahu, Mas. Ras