"Bagaimana semuanya? Sudah beres pekerjaan kalian?" Ellena sedang menghubungi seseorang."Semua sudah beres, Nona. Mereka semua sudah keluar dari rumah itu.""Oke, setelah ini kalian cek. Aku akan melunasi upah kalian." El segera mengakhiri percakapannya.'Syukurlah semuanya sudah beres. Tapi kenapa aku merasa belum puas?' ucap El bermonolog.Tidak berselang lama. Ponsel milik El kembali berdering. El segera mengecek panggilan yang baru masuk tersebut."Ada kabar apa?" tanya El tanpa basa-basi karena mengetahui siapa orang yang sedang menghubunginya tersebut."Maaf, Nona ternyata rumah tersebut sudah berpindah tangan.""Apa? Jadi rumah tersebut bukan milik atas nama Bara atau Keysa?""Benar Nona. Ternyata rumah tersebut juga baru pindah kepemilikan.""Baiklah. Terimakasih atas informasinya."El dibuat kecewa dengan kabar yang baru saja ia dengar dari informannya.'Kurang ajar. Aku sudah kalah satu langkah dari mereka,' geram Ellena.El merasa gerakannya tidak secepat dulu karena masih
Perasaan El lebih lega karena di belakang mobil yang ia kemudikan ada mobil Abi yang membuntutinya. Sementara Bara yang berusaha untuk mengintainya sengaja dilecehkan oleh anak buah Abimanyu.Klakson mobil Abimanyu terdengar di kala mobil yang dikendarai oleh El telah masuk ke dalam halaman rumahnya. Pak Tarjo mengangguk ke arah pria tersebut sebagai balasannya."Non El tumben pulang telat." Bi Ira yang tidak lain adalah asisten rumah tangga di rumah tersebut segera menghampiri majikannya yang baru saja masuk ke dalam rumah. Perempuan paruh baya itu mengikuti majikannya yang berjalan ke arah kamarnya."Iya, Bi, maaf. Saya tadi lupa kasih kabar. Pasti bibi juga sudah menyiapkan makanan untuk El. Tadi ada sedikit masalah di jalan. Tadi ada yang membuntuti El, jadi El mencoba mengalihkan penguntit itu." El menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya itu."Tapi, Non El tidak apa-apa?" Bi Ira terlihat mengkhawatirkan kondisi dari majikannya.El menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke ar
Bara berkali-kali menghempaskan tangannya ke atas roda kemudi kendaraan miliknya. Pria tersebut nampak emosi bagaimana tidak salah satu sahabat baiknya terang-terangan mengatakan pada dirinya jika ia tidak sanggup untuk membantu Bara."Maaf, Bar. Tapi aku sangki karena rekam jejakmu di tempat sebelumnya sudah menjadi rahasia umum.""Maaf, Bar, Aku sibuk lain waktu saja kamu menghubungi aku.""Lagi kosong, Bar. Nggak ada posisi kosong di tempatku."Bara kesal karena harapannya untuk bisa kembali bekerja telah pupus."Dasar kacang lupa kulitnya! Kalian melupakan aku ketika kondisiku seperti saat ini!" Bara merutuki teman-temannya yang tidak bisa membantunya.Bara merasa emosi karena dirinya sudah tidak lagi dihargai oleh kawan-kawannya setelah apa yang sudah terjadi dan menimpa dirinya."Ini semua karena El. Pasti dia yang sudah menyebarkan keburukanku sehingga aku dibuat sulit untuk bisa mendapatkan pekerjaan." Bara kembali menyalahkan El atas kesalahan yang sudah ia perbuat sendiri."
Bara buru-buru pulang ke rumahnya usai mendapatkan kabar tentang ibunya dari sang istri.[Mas, kamu ada di mana?][Buruan kamu pulang, Mas. Kondisi mama lagi gawat. Aku nggak bisa berbuat banyak.]Bara segera memutar arah kendaraannya dan segera melaju ke arah jalan pulang ke rumahnya.Isi kepala Bara dipenuhi berbagai macam pertanyaan. Bagaimana mungkin kondisi ibunya tiba-tiba drop. Apa ada hubungannya dengan pagi saat dirinya membangunkan sang ibu tetapi tidak mendapatkan respon.Bara memacu kendaraan mobilnya dengan kecepatan penuh. Pria tersebut hampir saja membuat celaka pengguna jalan yang lain."Kalian punya mata nggak sih!" umpat Bara karena mobilnya hampir saja menyerempet gerobak bakso kaki lima."Baru punya mobil sudah sombong. Situ yang nggak punya mata. Ini jalan umum bukan jalan nenek moyang kamu. Seenaknya saja ugal-ugalan di tempat umum!" penjual bakso yang dikata-katain oleh Bara balik membalas.Bara yang sudah diliputi oleh amarah segera turun dari mobilnya. Tidak b
"Mas kamu masih ada uang?" tanya Keysa pada suaminya. Perempuan yang sudah hampir dua bulan berhasil menggantikan posisi Ellena dalam statusnya bersama dengan Bara. Keysa menghampiri sang suami yang nampak sedang memikirkan sesuatu entah apa yang dirinya juga tidak tahu yang ada dalam isi kepala pria tersebut.Bara menoleh ke arah Keysa. "Aku masih ada simpanan tetapi tidak banyak."Mendengar jawaban yang keluar dari mulut suaminya itu. Keysa menghembuskan napasnya berat seolah ada kekecewaan dan rasa yang entah untuk dirasakan oleh hatinya. "Bagaimana dengan biaya perawatan mama, Mas? Sedangkan mama sudah hampir satu Minggu dirawat di rumah sakit dan kita mengambil kelas yang VIP yang tentu saja biaya nya sangat berbeda dengan kelas biasa." Keysa mengutarakan isi hatinya."Entah lah, Key. Aku sendiri juga sudah pusing. Aku sudah ngelamar kerja ke sana kemari tapi tidak ada yang mau menerimaku atas rekam jejak ku di tempat yang sebelumnya.""Aku juga sudah menduganya. El tidak akan mu
Seperti hari-hari sebelumnya, rutinitas Bara disibukkan dengan mengantarkan paket-paket milik para konsumen yang lebih memilih untuk berbelanja secara online. Laki-laki tersebut sudah terbiasa untuk bangun lebih awal dari pada kehidupan yang ia jalani sebelumnya. Bahkan sering dan semenjak sang istri sering mengeluh kepadanya karena beratnya pekerjaan rumah yang harus dikerjakan perempuan bergelar istrinya itu.Usai membatu sang istri merapikan rumah serta mencuci pakaian kotor penghuni rumah tersebut sebuah pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah ia sentuh seumur hidupnya. Bara bersiap untuk pergi mengais rezeki demi menghidupi istri, ibu , serta calon buah hati yang masih berada dalam kandungan sang istri.Sementara Bara bersiap untuk pergi bekerja. Sang istri, Keysa sibuk berkutat dengan pekerjaan dapur. Meskipun bantuan sudah turun dari tangan suaminya tidak lantas Keysa bisa menerima keadaan mereka saat ini dengan begitu saja terlebih setelah ia kepo dengan dunia yang saat ini dij
"Lepas! Siapa kalian!" Ellena baru saja turun dari mobil yang ia tumpangi dsn hendak menuju ke sebuah tempat makan guna untuk menemui kliennya dan sekaligus makan siang bersama. Tanpa sepengatahuan darinya, sudah dari awal mobilnya keluar dari gedung perusahaan ada kendaraan lain yang juga mengikuti secara diam-diam."Siapa ini!" seru Ellena sambil berusaha untuk melepaskan dirinya dari tangan kekar yang sengaja memegangi kedua tangannya yang diarahkan ke arah belakang tubuhnya."Lepaskan aku!" Lagi Ellena berusaha untuk mengeluarkan suaranya sekencang mungkin agar ada orang yang mendengarnya.Kebetulan El datang lebih awal dari jam makan siang tujuannya agar ia tidak telat dan juga pelayanan di tempat makan tidak terlalu lama karena harus menunggu lama untuk antrean. Namun siapa sangka justru niatannya itu justru membawa musibah bagi dirinya sendiri. Kedatangannya yang awal tentu saja sebanding dengan kondisi tempat makan dan juga parkiran yang masih sepi tidak berlaku banyak pengunj
"Halo, Abi, apa kamu tahu keberadaan Ellena?" Abi yang saat itu sedang sibuk dengan pekerjaannya menyempatkan diri untuk menerima panggilan telepon dari Danu, sahabat orang tua dari Ellena sekaligus orang tua angkatnya."Saya kurang tahu, Pak. Pasalnya beberapa hari El tidak pernah lagi menghubungi saya." Rasa tidak enak mulai menyergap dalam hati Abimanyu. "Ellena sudah dua hari tidak masuk kantor dan juga tidak ada di rumahnya. Kata orang rumah terakhir melihat El, ketika El akan berangkat kerja dua hari yang lalu." Di seberang sana Danu dan istrinya sedang mencemaskan kondisi dan keberadaan dari puteri angkat mereka."Baik, Pak. Saya akan coba cari dan lacak keberadaan El. Bapak jangan terlalu khawatir. Jika ada titik terang, saya akan segera memberitahu pada pak Danu."Abi segera mengakhiri rapat yang ia pimpin dan ia serahkan pada orang kepercayaannya. Pria tersebut segera meninggalkan ruang rapat. Ia buru-buru menuju ke arah tempat mobilnya di parkir. Mobil jenis Rubicon yang