Vid, sudah kamu bereskan semuanya? Bereskan jangan sampai ada yang tersisa. Mereka semuanya sudah pergi." El sedang berbicara dengan seseorang di seberang sana.
Sementara suami dan keluarganya serta gundiknya bersenang-senang dan menikmati uang perusahaan milik keluarganya. El berserta tim nya sedang bekerja keras untuk membereskan para benalu yang tidak tahu diri tersebut."Kamu serahkan semuanya sama aku. Aku juga sudah konfirmasi sama om Danu perihal masalah yang tengah kamu hadapi ini.""Terserah kamu, Vid. Semoga om Danu tidak keberatan karena kamu tahu sendiri pernikahan ku dan juga Bara atas perantara nya karena om Danu sangat menaruh harapan pada pria brengsek itu. Tapi syukurlah kalau kamu mau membantu untuk membuka kedok siapa sebenarnya Bara dan keluarganya itu."Di tempat lain. Tujuan awal Bara dan keluarganya adalah tempat kelahiran Keysa. Di sana mereka sedang menggelar acara pernikahan yang sedang mereka sembunyikan dari El."Alhamdulillah sekarang kita sudah sah jadi suami istri mas." Keysa menggelayut manja pada lengan Bara yang baru beberapa menit lalu sah menjadi suaminya."Kamu senang sekarang?""Tentu saja. Aku sangat senang bisa menjadi sebagian dari hidup kamu. Dan setelah ini kita akan bekerja sama untuk menyingkirkan El dan mengambil kepercayaan penuh dan pak Danu agar menyerahkan perusahaan itu sepenuhnya ke kamu, Mas.""Iya, sayang. Aku tidak sia-sia memilih kamu perempuan yang cerdas untuk menjadi pendamping ku."Usai acara pernikahan. Bara dan Keysa berencana untuk berbulan madu ke Barcelona sementara ibu dan saudaranya ingin berlibur ke Pulau Dewata. Keluarga tersebut akan berpisah di bandara dengan tujuannya masing-masing.Widya, Tamara dan kevin telah sampai terlebih dahulu di tempat tujuan mereka.Usai dari bandara, tujuan pertama mereka adalah hotel berbintang lima. Mereka tidak mau fasilitas liburan yang nanggung."Vin, nanti kalau sudah di hotel kita cari makan dulu, ya. Mama sudah lapar ini.""Iya, Ma. Tamara juga sudah lapar."Masalah pembayaran hotel sudah mereka lunasi saat membooking hotel tempat mereka menginap untuk beberapa hari.Usai membersihan diri di kamar mereka masing-masing. Kevin dsn Tamara segera menyusul ke kamar ibunya. Mereka berniat untuk mencari makan malam sambil menikmati sunset dari tepian laut.Ketiga sudah sampai di tempat tujuan karena tempat makan yang mereka tuju tidak jauh dari hotel tempat mereka menginap.Widya beserta anak dan menantunya segera memesan beberapa menu makanan yang cukup mewah dan mahal yang disediakan di tempat tersebut."Ma, banyak banget pesanannya," tegur Tamara pada ibunya karena Widya sengaja memesan beberapa menu makanan yang tidak akan habis untuk mereka bertiga."Kamu kampungan banget, Ra. Lagian uang juga bukan uang kamu. Ini mau mama foto-foto dan pajang di sosial media milik mama biar teman-teman mama tahu kalau kita sedang makan di tempat mewah dengan menu spesialnya."Widya segera mengeluarkan benda pipih milikinya dan segera mengarahkan sorot kameranya di atas meja makan. Tak lupa pemandangan di sekitarnya itu ia abadikan juga di sosial media yang ia unduh di ponsel pribadinya.Dari tempat lain. El sedang mengawasi gerak-gerik keluarga benalunya. Sengaja dengan mengunakan akun palsu El mengirimkan pertemanan dan akhirnya ia menjadi teman dunia maya dari keluarga suaminya itu. "Dasar kampungan. Tikus got nggak tahu diri. Seperti ini cara kalian menghabiskan uang perusahaan milik orang tuaku," kesal El saat memandangi satu persatu hasil jepretan yang sudah diambil baik oleh ibu mertua maupun saudara iparnya."Silahkan nikmati saja detik-detik terakhir kalian. Setelah ini aku yakin kalian akan bersiap untuk meratapi nasib!" gumam yang tersenyum miring melihat setiap slide foto tersebut sambil meremas ponsel miliknya.Di restoran tepi pantai tempat Widya dan anak menantunya sedang nikmati makan malam mereka sambil ditemani deburan ombak dan kelap kelip bintang yang bertaburan di angkasa."Mas!" Tamara memberikan kode pada suaminya karena seorang pramusaji menghampiri meja mereka dengan membawa serta nota pembayaran beserta mesin ATM mini."Maaf, mungkin ada kartu lain?" Ketiganya mengerutkan kening dan menoleh ke arah pramusaji tersebut."Coba pakai ini." Widya mengeluarkan ATM miliknya dan memberikannya pada pria tersebut."Maaf, Ibu. Kartu ibu juga tidak bisa dipakai. Mungkin ada kartu yang lain atau bisa uang tunai.""Masa nggak ada yang bisa? Mesinnya mungkin yang rusak!" protes Widya karena tidak terima."Maaf, Ibu, tapi mesin kami normal semua karena hampir semua pelanggan yang datang ke tempat kami bertransisi dengan kartu mereka menggunakan mesin ATM ini.""Terus bagaimana kalau semua kartu kita nggak ada yang bisa dipakai. Kita semua kan nggak bawa uang cash. Tas kita juga kita tinggal di hotel. Apa bisa kami ambil uang di hotel tempat kami menginap tidak jauh dari sini," sela Tamara ingin mencari alasan."Maaf tidak bisa, Mbak. Semua pelanggan bisa keluar dari tempat kami setelah selesai melunasi seharga nota makanan yang sudah dipesan."Wajah ketiganya dibuat pucat. Bagaimana tidak jumlah tagihan makanan mereka makan itu tidak main-main. Hampir 4 juta hanya untuk makanan yang tidak semua mereka habiskan.Di belakang bumi lain. Pesawat yang membawa Bara dan istri barunya itu baru saja mendarat. Setelah keduanya memesan taksi untuk mengantarkan mereka menuju hotel tempat mereka menginap untuk beberapa waktu.Mobil yang membawa keduanya menuju hotel telah sampai. Setelah melakukan pembayaran. Supir taksi membantu mereka untuk menurunkan barang barang keduanya."Akhirnya kita sampai juga, Mas. Aku nggak sabar pengen cepat-cepat rebahan di kamar mana sudah lapar lagi.""Aku juga sudah penat banget. Buruan kita pesan kamar," ajak Bara pada Keysa untuk segera masuk dan menuju ke meja resepsionis.Air muka keduanya tiba-tiba berubah setelah Bara mengeluarkan beberapa kartu ATM miliknya untuk melakukan pembayaran namun nihil tidak ada satu dari kartunnya itu bisa dipakai."Ma, coba mama hubungi nomer Bara. Siapa tahu Bara bisa bantuin kita dari pada kita disuruh cuci piring semalaman. Nggak banget dan pasti bikin kita hilang muka." Tamara meminta pada ibunya menghubungi nomer adik bungsunya."Iya, Ma. Benar kata Tamara. Coba mama telepon nomer Bara.""Iya iya sebentar mama mau hubungi ke nomer Bara." Widya segera mencari kontak milik putra semata wayangnya. Setelah menemukan nomer tersebut dari deretan nomer yang tersimpan di aplikasi kontak miliknya.Sudah beberapa kali Widya mencoba untuk menghubungi nomer tersebut namun nihil tidak ada balasan dari seberang."Bagaimana, Ma?" tanya Tamara dengan raut cemasnya karena sedari tadi ia melihat ekspresi ibunya yang berdecak kesal.Widya menggelengkan kepalanya. "Belum nyambung. Apa mungkin pesawat mereka belum sampai atau ponsel mereka masih mati."Tamara terlihat gusar. "Terus nasib kita bagaimana ini? Bagaimana ceritanya kartu ATM mama dan milik mas Kevin barengan nggak bisa dipakai?" Tamara mulai menaru
El sengaja pulang lebih awal karena dirasa semua urusannya telah usai. El sudah mengetahui perihal kepulangan dari ibu mertuanya tinggal suami dan juga madunya yang masih menjadi gelandangan di negeri orang. El tahu semua tentang keluarganya itu karena orang sewaannya yang senantiasa memata-matai suami dan juga keluarganya."El, sepertinya nenek sihir sudah sampai di rumah." Taksi online yang El dan Rara tumpangi sudah memasuki pelataran rumah El."Sepertinya.""Kira-kira mereka bakal curiga kamu datang seperti ini apa tidak? Atau sekalian saja kamu balik ke rumah ini nunggu si ulet bulu dan suami tidak tahu dirimu itu pulang dulu." Rara memberikan pertimbangan pada sahabatnya."Ada benarnya juga. Kurang spesial kalau aku langsung datang seperti ini. Pasti nanti mereka keenakan lagi menghabiskan uangku. Kalau seperti ini kita masih bisa mengerjai mereka.""Aku ada ide." Rara membisikkan sesuatu ke telinga sahabatnya.El mengangguk mengerti apa ide yang diberikan oleh Rara.El segera
Keysa segera berlari keluar kamar. Ia segera mencari Bara yang sedang berada di kamarnya."Mas buka pintunya!" seru Keysa sambil mengetuk pintu kamar tersebut. Wanita itu nekat karena tahu jika El sedang tidak berada di rumahnya."Mas ini, Aku. Cepat buka pintunya!" Keysa yang sudah panik tidak bisa mengontrol emosinya."Kamu ini kenapa sih Key?" desis Bara sambil menoleh ke kiri dan ke kanan. Pria itu khawatir jika El tiba-tiba saja datang dan memergoki mereka."Kamu itu, Mas! Lihat ini!" Keysa segera mendorong tubuh Bara untuk masuk ke dalam kamar dan segera menunjukkan ponsel miliknya pada pria tersebut."Kamu dapat foto ini dari mana?" "Bukan cuma itu. Tapi, lihat ini juga!" Keysa menunjukkan foto yang lain selain foto mereka berdua.Mata Bara membola sama halnya saat Keysa pertama kali melihatnya. "Ini bukannya foto mama dan juga mbak Tamara? Kenapa mereka bisa seperti ini?""Aku juga mana tahu. Bukan hanya foto tapi ada juga videonya. Video kita juga mama kamu." Bara menatap Ke
Pagi hari di rumah Ellena. Keadaan masih sama. Rumah akan tetep kotor dan berantakan jika bukan dirinya sendiri yang bergerak untuk membersihkannya. Ibu mertuanya hanya ongkang-ongkang kaki di rumah tersebut tanpa ingin sedikit pun membantu menantunya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaan rumah tersebut. Sebelumnya, El memperkenalkan dua orang asisten rumah tangga. Tetapi setelah kedatangan Widya, perempuan itu bertindak seolah dialah penguasa di rumah tersebut. Dua asisten rumah tangga yang dipekerjakan oleh El dipecatnya tanpa izin dari Ellena. Ellena tidak keberatan pikirnya ia ingin tulus berbakti untuk melayani suami dan juga ibu mertuanya sebelum dirinya mengetahui belang dari keluarga suaminya tersebut."El kenapa meja makan masih kosong? Kamu juga pagi-pagi sekali sudah rapi. Mau pergi lagi, Kamu?" sungut Widya karena kesal di saat perutnya kosong. Dirinya tidak menemukan satu apa pun di atas meja makan."El sibuk, Ma. Ada urusan penting.""Kamu jangan sok-sokan deh, El.
Bara dan Keysa sudah dalam perjalanan menuju tempat kerja mereka. Keysa bersikap manja pada Bara selama mereka dalam perjalanan. Tangannya tidak mau lepas dari lengan pria yang sekarang menjadi suaminya.Berbeda dengan Keysa. Bara justru pikirannya sedang tidak pada tempatnya. Meskipun raganya bersama dengan Keysa. Pikiran pria tersebut sibuk memikirkan tentang sikap istrinya yang mulai berubah dan seolah berusaha untuk menghindari dirinya. Bara merasa jika ada yang sengaja disembunyikan oleh Ellena."Mas, kira-kira nanti kita akan bulan madu kemana?" Keysa masih bergelayut manja sambil menatap nakal ke arah Bara yang fokus kemudikan kendaraannya. "Aku nanti juga mau ganti mobil baru pokoknya. Oh iya, Mas. Kamu habis beliin El tas baru lagi? Aku baru tas baru yang dipakai El tadi pagi. Itu tas mahal loh, Mas. Kenapa kamu beliin tas untuk El tapi tidak beli untuk aku juga." Keysa mulai protes dan merajuk. Pagi tadi Keysa memang sempat memperhatikan penampilan El yang berubah dari pad
"El ...?" Raut wajah Bara berubah tegang."Kamu nggak usah kaget kaya gitu, Mas. Biasa saja toh kalian juga sudah lama mengkhianati aku. Kalian menikmati hubungan kalian di belakangku." El masih menatap miring ke arah suami dan sahabatnya."Kamu, Key. Tidak sia-sia juga kan usahamu untuk bisa mendekati suamiku. Selamat kamu sudah berhasil dan aku akui kekalahan ku. Kamu menang telak atas suamiku. Dan aku akan serahkan mas Bara sepenuhnya buat kamu. Aku tidak ingin memperjuangkan pasangan yang memang tidak layak untuk diperjuangkan."Bara menatap kalut pada istrinya. "Maksud kamu apa, El?"El segera menepis tangan Bara yang ingin menyentuhnya. "Seperti yang kalian inginkan. Aku akan memilih mundur. Lebih baik kalian berdua siap-siap untuk menghadap ke Om Danu karena beliau sudah menunggu kedatangan kalian."El segera meninggalkan kedua. "El mau kemana kamu?" El tidak lagi mempedulikan suara suaminya. "Mas, jadi selama ini El sudah mengetahui hubungan kita." Keysa menghampiri Bara ya
Mas mau ditaruh mana muka kita, ini. Masa iya seorang direktur tiba-tiba jadi OB!" gerutu Keysa saat mereka keluar dari ruangan Danu."Mau bagaimana lagi. Kamu mau kita masuk penjara? Tapi kita tidak boleh menyerah. Kita harus bisa menyakinkan Ellena agar Om nya itu mau percaya lagi sama aku. Untuk sementara kita jalani saja dulu." Keysa terus memasang wajah masamnya."Wah, ada pegawai baru rupanya," celetuk karyawan yang biasanya bekerja menjadi bawahan Bara juga Keysa."Iya, baru dipecat dari atasan atau baru menjabat sebagai OB maksudnya." "Pasangan serasi juga, Ya.""Itu lah kalau manusia tidak bersyukur dan tidak punya rasa terimakasih.""Benar. Tangan Tuhan langsung bekerja memberikan balasan dengan membuka kedoknya."Bara dan Keysa baru saja muncul dengan seragam baru dan juga pekerjaan yang baru pula. Sementara Bara dengan timba dan tongkat pel di tangannya. Keysa dengan kain lap dan juga sabun pembersih yang menjadi alat tempurnya dalam melaksanakan kewajibannya sebagai kar
Ya ampun kasihan banget. Niat mau pamer dan senang-senang malah jadi gembel.""Iya, kasihan banget, tapi syukur in juga salah sendiri senang-senang di atas penderitaan orang lain.""Karma dibayar tunai nggak sih? Karena pakai uang haram makanya Tuhan saja tidak ridho.""Seru banget plus malu banget kalau aku jadi orang. Lihat story' nya pas naik pesawat nggak sih. Tapi sayang, story yang ngembel kenapa nggak dipajang.""Ha ... ha ... ha ..."Foto dan video Keysa serta Bara beserta keluarganya telah tersebar di jagat dunia maya dan kini telah sampai pada orang-orang kantor tempat di mana mereka bekerja.Keysa yang sedang mengepel lantai sontak langsung menghentikan gerakannya. Ia melemparkan gagang pel tersebut di atas lantai. Tentu saja karena telinganya terasa panas dan ia merasa dirinya lah yang menjadi bahan gunjingan mereka. Ia menetap tajam ke arah sekumpulan perempuan yang sedang bergosip di meja yang saling berhadapan satu sama lain tersebut."Eh, lihat ada yang marah!" seru pe