Share

Berpindah Posisi

"Apa terjadi hal besar setelah peluru mengenaiku?" tanya Carlos lalu menatap sekeliling yang tampak remang-remang di matanya.

"Kenapa semuanya terlihat kusam dan buram," lanjut Carlos lalu menatap ke arah kursi di sampingnya.

"Itu karena racun menyebar ke seluruh sel tubuhmu, tak terkecuali matamu," jelas Edward membuat Carlos berdecak kesal.

Kesabaran Carlos benar-benar habis, nyatanya orang yang ia rampok tahun lalu kini mencari celah untuk membunuhnya dengan cara berkomplot.

"Apa dia Alice? lalu di mana George?" tanya Carlos lagi.

" Ya itu Alice. George berada di kota Nakhaba, dia bersama dengan yang lainnya terluka dan sedang dalam penanganan, kami sempat bertarung namun kami beruntung tidak terkena peluru," jelas Edward setelah melirik sekilas ke arah Alice yang masih pingsan.

"Apa yang dia lakukan di sini?" Seketika wajah Carlos berubah masam.

Kehadiran Alice membuat pikirannya kembali kacau, jika Alice masih bersama mereka maka kelompok yang Carlos pimpin akan lemah karena Alice begitu mudah terpengaruh dan ikut bersama pemberontak lainnya.

"Dia mengkhawatirkan kamu," ucap Edward ragu, padahal Alice datang untuk membuat perhitungan dengan Edward dan mengambil Carlos untuk menjadi pesuruhnya karena sekarang Carlos lemah.

"Bos tenang saja, Alice akan segera pergi setelah dia siuman namun kita harus pergi terlebih dahulu agar kita aman, Bos. Di tempat ini sudah di masuki oleh polisi," jelas Edward.

Tampak jelas kekhawatiran di wajah Edward saat ia menyebut polisi, ia khawatir saat ini karena tubuh Carlos masih begitu lemah.

"Kalau begitu siapkan mobil," ujar Carlos lalu bangkit dari tidurnya, punggungnya yang terasa sakit membuat Carlos sedikit kesulitan untuk bergerak.

"Apa bos jauh lebih baik sekarang?" tanya Edward sambil membenarkan posisi Carlos.

Mata Carlos yang sedikit mengabur tadinya kini berlahan remang-remang dan terlihat jelas hanya saja Carlos saat ini masih sedikit pusing dan mual.

Secepat mungkin Edward turun ke lantai bawah dan mengeluarkan mobil yang mereka simpan di lantai bawah tanah, mobil sport seharga ratusan juta tersimpan rapi di sana tanpa bisa di amankan oleh polisi.

"Barnard, apa kau terluka?" tanya Carlos membuat mata Barnard membola sempurna.

Bagaimana bisa seorang bos menghawatirkan dirinya saat ini, Barnard tak mempercayai apa yang diucapkan oleh bosnya saat ini.

"A-aku baik," jawab Carlos terbata-bata.

"Bagaimana bisa aku tidak bisa menghindari peluru. Aku nyaris mati," gumam Carlos sambil membenarkan pakaiannya lalu mencabut selang infus di tangannya.

Jika bukan karena anggotanya yang baik mungkin Carlos saat ini tidak bisa lagi menghirup udara segar, mungkin saja saat ini Carlos berada di dunia lain atau di kantor polisi.

Tak lama Edward kembali menemui Carlos, ia membantu Carlos berdiri setelah mengumpulkan beberapa berkas dan uang. Carlos tersenyum sinis menatap wajah Alice yang akan ia tinggalkan seorang diri di ruangan yang begitu luas namun tak ada orang satu pun setelah mereka pergi dari sini.

Bukan Carlos tak tega membunuh Alice tapi Carlos lebih ingin mencari informasi dari Alice, saat mereka meninggalkan Alice di sini dan ia akan berteriak meminta tolong maka akan datang polisi untuk memeriksa, saat polisi telah menangkap Alice di situ akan terbuka semua informasi di mana letak keberadaan komplotan pemberontak lainnya yang bekerja sama dengan Alice.

Cukup sederhana, polisi tidak akan menemukan pemberontak namun Carlos punya seribu cara untuk membuat mereka bertekuk lutut di hadapan Carlos dan menyerahkan permata berkilau yang sebelumnya telah mereka curi melalui Alice.

"Apa dia akan baik-baik saja setelah ini?" tanya Edward setelah mereka tiba di lantai bawah dan menuju halaman belakang gedung.

Walaupun halaman belakang tapi jalan begitu rapi dan dapat menuju ke jalan raya.

"Dia akan baik-baik saja," gumam Carlos.

Mereka bertiga masuk ke dalam mobil lalu melajukan mobil menuju rumah baru mereka, nasib sial benar-benar menimpa mereka saat ini. Carlos sendiri tak menyangka kalau pemberontak kembali datang untuk merebut kekayaan yang telah Carlos ambil padahal permata telah mereka dapatkan dari Alice.

.

Beberapa saat dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di halaman rumah berlantai empat, Carlos selalu menginginkan rumah atau gedung berlantai empat bahkan lebih karena Carlos bisa dengan mudah menghindari serangan dan kepungan dari musuhnya.

"Apa ini sesuai seleramu, Bos?" tanya Edward.

Pandangan ketiganya terus menatap bangunan yang samasekali tidak usang, masih ada tanda-tanda kehidupan di sana, itu tandanya seseorang baru saja pergi dari sini.

"Apa sebelumnya ada orang yang tinggal di sini?" tanya Carlos khawatir.

Tempat mereka tinggal saat ini sedikit sepi dan tertutup, demi kesembuhan Carlos rela menepi dan berdiam diri sejenak untuk menjauh dari polisi.

"Ya. Aku membayar mereka tiga kali lipat agar mereka mengosongkan rumah tanpa membawa peralatan apapun dari rumah," jelas Edward gugup.

Jujur saja saat ini Edward takut kalau Carlos akan marah padanya karena mengambil keputusan dengan ceroboh tanpa bertanya padanya terlebih dahulu, tapi ini keadaan genting, mau tidak mau Carlos harus menerima apa pun konsekwensinya nanti.

"Kau tidak melupakan dokter kita kan?" Carlos khawatir dengan kondisi tubuhnya saat ini, ia merasakan tubuhnya sangat lemah dan napasnya berbau karena racun yang masih tersisa.

"Tenang saja, ia akan segera tiba di dini sebentar lagi, dia akan memeriksakan kondisimu, Bos."

Sementara Barnard hanya terdiam, ia begitu silau melihat kekayaan Carlos. Sedikit ada rasa ingin menguasai harta yang mereka usahakan tapi Barnard sadar diri saat ini ia bukanlah manusia kuat seperti Carlos.

"Ayo!" Mereka memasuki rumah mewah berlantai empat, Edward melepaskan pajangan yang tertempel di dinding lalu memasukkan ke dalam gudang sementara Barnard membantu Carlos masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.

"Kau tahu, Barnard. Saat seseorang melihat kamu sukses maka semakin ingin orang itu menghancurkan dirimu," ujar Carlos setelah menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dan bersandar.

Seolah kini Carlos sedang mengatakan kalau Barnard ingin merebut harta dan kekuasaan yang ada pada Carlos.

"Apa dia bisa membaca pikiranku tadi," gumam Barnard sambil mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Jadi biar kuberitahukan padamu, kami bukan pebisnis tapi penipu dan perampok ... terutama kami begitu tertarik merampok seseorang yang memenangkan judi karena melihat uang banyak begitu menyenangkan." Carlos menatap tubuh Barnard yang menatap ke arah lain.

Carlos paham ada rasa kecewa yang mendalam pada diri Barnard karena telah ikut dengan organisasi yang Carlos pimpin saat ini.

"Kau juga begitu tertarik pada uang, kan?" lanjut Carlos.

"Ya. Untuk membalaskan dendamku padanya," kata Barnard.

Saat ini Barnard ingin menjadi seperti Carlos, memiliki segalanya dan orang-orang bawahannya begitu bergantung padanya. Barnard mengayunkan langkah kakinya lalu meninggalkan Carlos agar ia bisa beristirahat.

Barnard mengeluarkan senjata milik Alice yang ia ambil sebelumnya, termasuk peluru milik Alice saat gadis itu pingsan Barnard mengambilnya.

"Kau mengambil milik Alice?" tanya Edward yang baru saja di ruang tamu.

"A-aku berniat memberikannya kepadamu." Jelas saat ini Barnard berdusta.

"Berikan!" Edward secepatnya merampasnya senjata yang ada di tangan Barnard, ia takut jika nanti akan ada banyak masalah dengan senjata milik Alice karena Alice tipe wanita brutal yang suka membunuh orang lain jika sedikit saja menyenggolnya.

Barnard menatap tajam Edward, ia juga tidak ingin kena masalah nantinya karena jika dirinya di buang dari kelompok maka polisi akan segera menangkapnya karena wajah-wajah orang dalam kelompok yang dipimpin oleh Carlos sudah menjadi incaran polisi.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
🌹azizahaisyah🌹n
tetap semangat untuk berkarya dan sehat selalu abang biru lanjut ............
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
terabg2an bnget Carlos ke Barnard low mereka tuh perampok n penipu tp harus gmn lg nasib Barnard dah Ada ditangan Carlos n komplotannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status