Share

bab 64:

Penulis: Bang JM
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-12 07:00:40

Tergesa-gesa Yara menyusul, lututnya gemetar namun matanya masih menyala penuh semangat. “Lalu apa selanjutnya?”

Lian Tian menatap mereka—mata yang kini seperti menyimpan cahaya dari dua dunia

Langit di utara menjingga. Awan-awan tebal berputar perlahan, seolah menghindari sesuatu yang tak kasat mata. Di balik puncak-puncak karang merah, benteng raksasa muncul dari kabut seperti hantu masa lalu—Benteng Langit Merah, tempat para bayangan pertama kali dibentuk dan disebar ke dunia manusia.

Langkah kaki Lian Tian berat, meski luka di tubuhnya telah dijahit oleh mantra pemulih. Sorot matanya kosong, namun dalam—seolah sedang bertarung dengan kenangan yang ingin ia kubur selamanya. berhasil tetapi ada beban tersendiri.

“Kau yakin tempat ini masih berdiri?” tanya Jin Wu, matanya menyapu dinding benteng yang sudah retak dan tumbuh jamur merah di sela-selanya.

Lian Tian mengangguk pelan. “Tempat ini… tak pernah sepenuhn
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 64:

    Tergesa-gesa Yara menyusul, lututnya gemetar namun matanya masih menyala penuh semangat. “Lalu apa selanjutnya?”Lian Tian menatap mereka—mata yang kini seperti menyimpan cahaya dari dua duniaLangit di utara menjingga. Awan-awan tebal berputar perlahan, seolah menghindari sesuatu yang tak kasat mata. Di balik puncak-puncak karang merah, benteng raksasa muncul dari kabut seperti hantu masa lalu—Benteng Langit Merah, tempat para bayangan pertama kali dibentuk dan disebar ke dunia manusia.Langkah kaki Lian Tian berat, meski luka di tubuhnya telah dijahit oleh mantra pemulih. Sorot matanya kosong, namun dalam—seolah sedang bertarung dengan kenangan yang ingin ia kubur selamanya. berhasil tetapi ada beban tersendiri. “Kau yakin tempat ini masih berdiri?” tanya Jin Wu, matanya menyapu dinding benteng yang sudah retak dan tumbuh jamur merah di sela-selanya. Lian Tian mengangguk pelan. “Tempat ini… tak pernah sepenuhn

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 63:

    Jin Wu menarik napas cepat. “Apa rencanamu?”Lian Tian menggulung lengan bajunya, memperlihatkan tato rumit berbentuk mata yang kini mulai bersinar merah.“Aku akan memanggil Roh Penjaga terakhir. Tapi sebagai gantinya, kalian harus melindungiku sampai ritual selesai. Satu gangguan saja... maka jiwaku akan terhisap bersama mereka.”Yara dan Jin Wu saling pandang. Tak ada waktu untuk ragu.Jin Wu mencabut pedangnya. “Baik. Kau lakukan ritusnya. Kami yang jaga.”Kabut menebal. Dari bawah altar, bayangan-bayangan mulai merangkak keluar, sosok-sosok hitam pekat tanpa mata dan mulut, hanya tubuh yang dipenuhi niat membunuh. Mereka mengepung.Lian Tian duduk bersila, menaruh fragmen kitab di atas tanah. Ia mulai melantunkan mantra, suaranya dalam, penuh gema.Yara menghunus belatinya, menoleh ke Jin Wu. “Kita bertarung sampai titik darah penghabisan, ya?”Jin Wu menyeringai, meski darah dingin

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 62:

    Namun, bayangan itu tidak menyerang mereka secara langsung. Alih-alih itu, ia menyatu dengan tubuh Yara, mengendalikan pikirannya. Yara terjatuh ke lantai, tubuhnya menggeliat, matanya kosong, dan suaranya terdengar seperti berbisik dalam bahasa yang tak dimengerti.Jin Wu berlari menghampiri Yara, mencoba mengeluarkannya dari kendali bayangan itu. “Yara, kau harus bertahan! Ingat siapa dirimu!” serunya, suaranya penuh kekhawatiran.Yara, meski tubuhnya terguncang, berusaha untuk melawan. Perlahan, suara dalam dirinya mulai berubah, dari yang semula penuh ketakutan menjadi penuh tekad. “Aku... Aku tidak akan menyerah!” serunya, matanya terbuka, penuh kebebasan. “Aku... aku adalah diriku sendiri. Aku bukan milik kegelapan itu!”Dalam sekejap, bayangan gelap itu menghilang, dan Yara bangkit, tubuhnya gemetar. Jin Wu membantu mengangkatnya.“Kau berhasil,” kata Jin Wu, suara penuh kelegaan, meski dia tahu ujian

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 61:

    Malam semakin pekat saat Yara dan Jin Wu melangkah lebih dalam ke hutan. Suasana di sekitar mereka seolah berubah, seakan alam ini menginginkan mereka untuk berhenti. Dedaunan bergemerisik, dan meskipun angin sepoi-sepoi, ada sesuatu yang terasa berat, seperti bayang-bayang yang bergerak perlahan di antara pepohonan."Aku bisa merasakannya... sesuatu yang gelap," bisik Yara, suaranya tegang, matanya terus mengawasi sekitar.Jin Wu menatapnya, ekspresinya penuh waspada. "Itu bukan hanya perasaanmu. Sejak kita masuk hutan ini, aku juga merasakannya. Semakin dalam kita melangkah, semakin kuat aku merasakan ada yang mengawasi kita."Tiba-tiba, sebuah cahaya samar muncul di depan mereka, menembus kegelapan. Tidak terang, namun cukup untuk menerangi jalan yang terbentang di depan. Di sana, di antara pepohonan besar, terlihat sebuah kuil kuno. Bangunannya tampak seperti terbuat dari batu yang sudah dimakan usia, penuh dengan lumut dan tanaman merambat y

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 60:

    Yara memandang pria itu dengan serius, menilai setiap kata yang keluar dari bibirnya. "Temui orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang kekuatan purba... tempat-tempat terlupakan... Kekuatan seperti apa yang Anda maksud?" tanyanya, penuh keingintahuan yang mendalam.Pria itu menarik napas panjang, seakan hendak menyampaikan sesuatu yang sangat penting. "Ada banyak dunia dalam dunia ini yang tak kalian ketahui. Dunia-dunia yang tersembunyi dalam bayang-bayang sejarah, terkubur oleh waktu. Kekuatan yang kalian hadapi bukan sekadar gelapnya malam, namun sesuatu yang lebih kuno, lebih dalam. Dan untuk melawannya, kalian perlu menemukan kunci yang dapat membuka jalan menuju pengetahuan itu."Jin Wu yang sejak tadi mendengarkan dengan seksama, berdehem kecil. "Kunci... Apakah itu berarti sebuah objek? Atau sesuatu yang lebih abstrak?""Lebih dari itu," jawab pria tua itu dengan suara berat, namun penuh kebijaksanaan. "Kunci yang dimaksud bukanlah sesuatu

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 59:

    Yara tidak langsung menjawab. Ia menatap ke bawah, memikirkan setiap kata yang baru saja ia ucapkan. Tubuhnya masih lelah, tetapi pikirannya terus berputar. Jika ada satu hal yang ia pelajari dari pertempuran ini, itu adalah bahwa kegelapan tidak pernah benar-benar menghilang. Selalu ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh kekuatan itu untuk kembali bangkit. “Mungkin tidak ada jawaban yang pasti, Jin Wu,” kata Yara akhirnya. “Tapi kita harus bersiap. Untuk diri kita, untuk dunia ini.”Jin Wu mengangguk pelan, kemudian menoleh ke Yara. “Kita berdua akan berjalan bersama-sama, kan?”Yara tersenyum tipis, wajahnya masih terlihat lelah, namun ada ketenangan yang kini mengisi matanya. “Tentu. Kita sudah melewati banyak hal bersama. Dan perjalanan kita masih panjang.”Suasana menjadi hening lagi, hanya angin yang terdengar. Namun, dalam keheningan itu, ada semangat yang menyala dalam diri keduanya. Kegelapan mungkin tidak pernah benar-bena

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 58:

    Namun, Yara tidak goyah. Ia merasakan bahwa inilah saat yang menentukan, saat di mana segala perjuangan, segala pengorbanan yang telah ia lakukan, akan diuji. Menguatkan niatnya, ia menatap ke depan dengan mata yang penuh tekad.Yara memusatkan energi dalam dirinya, tubuhnya mulai memancarkan aura yang lebih besar, lebih kuat, menyinari kegelapan yang mengelilinginya. Cahaya itu semakin intens, menyorot dengan kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.Tiba-tiba, dengan kecepatan luar biasa, bayangan itu meluncur ke arah Yara. Namun, Yara sudah siap. Ia mengangkat kedua tangannya, memusatkan energi dengan kuat, dan mengarahkan cahaya yang begitu terang menuju bayangan yang mengarah padanya. Dalam sekejap, cahaya itu bertabrakan dengan bayangan tersebut, menghasilkan ledakan energi yang mengguncang seluruh gunung.Jin Wu memejamkan mata, merasakan getaran yang begitu hebat, hampir membuat tubuhnya terhempas. Ketika ia membuka mata, yang terlihat

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 57:

    “Aku adalah bagian dari bayangan yang tidak bisa kau hancurkan. Kau sudah menutup satu jalan, tapi yang lainnya sudah terbuka. Dan kini, kau akan merasakannya.”Jin Wu mengangkat tombaknya, siap untuk menyerang, tetapi tubuhnya terasa terikat oleh kekuatan tak terlihat yang mengalir dari sosok itu. Ia berusaha bergerak, namun seolah terhimpit oleh kekuatan yang jauh lebih besar.“Jin Wu… jaga dirimu,” kata Yara dengan tegas, meskipun suaranya terdengar lemah. “Kita harus menghadapinya bersama.”Sosok itu melangkah maju, tubuhnya melayang di atas tanah seperti bayangan yang hidup. Saat ia bergerak, langit semakin gelap, dan angin berputar lebih kencang, menciptakan tornado mini di sekitar altar. “Kau masih belum mengerti, Yara,” suara itu semakin jelas dan menembus pikiran mereka. “Kau bukan hanya berhadapan dengan bayangan yang kau kenal. Kau sedang berhadapan dengan takdir yang lebih besar. Dan takdirmu… adalah menjadi

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 56:

    Bayangan itu meraung, melangkah maju, dan tiap pijakan membuat tanah pecah. Jin Wu segera berdiri di antara altar dan makhluk itu, mengangkat tombaknya. “Kalau kau adalah sisi gelap Tian… maka aku yang harus menghentikanmu. Demi dia. Demi kami.”Bayangan mengangkat tangan besar dan mencengkeram udara. Dari kehampaan, sebuah pedang gelap muncul, berkilat seperti obsidian cair.Jin Wu menelan ludah, lalu melompat—dua bayangan bertabrakan. Tombak dan pedang beradu, menimbulkan gelombang kejut yang mengguncang seluruh puncak gunung. Batu-batu runtuh dari tebing, namun Yara tetap fokus, menggumamkan tiap bait mantra dengan mata tertutup. “Jiwa yang tercerai... terang yang tersimpan dalam gelap... kembalilah…”Darah mengucur dari lengan Jin Wu. Pedang bayangan itu membelah udara seperti kilat, melukai tubuhnya tanpa ampun. Tapi ia terus menyerang, dengan seluruh kekuatan dan tekad yang Lei Tian wariskan padanya.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status