Share

138

Author: sidonsky
last update Last Updated: 2025-10-20 22:51:45

Gelap gulita di kamar itu tak cukup membantu Nora menemukan tidurnya. Berulang kali ia memejamkan mata, memaksa otaknya yang berputar kencang untuk berhenti, tetapi usahanya sia-sia.

Ini adalah malam pertamanya tidur sendirian, tanpa kehadiran Dirga di sampingnya. Tanpa napasnya yang menenangkan di lehernya, tanpa lengan yang secara refleks menariknya lebih dekat.

Nora melirik jam digital di nakas. Angka merahnya menunjukkan pukul lima pagi. Kantuk memang membelalakkan matanya, tetapi kegelisahan jauh lebih kuat. Dengan gerakan yang terasa berat, ia menyungkur dari kasur.

Suhu lantai marmer yang dingin membuatnya menggigil sejenak. Ia berdiri di bawah shower air hangat, berharap semburan air bisa membersihkan rasa cemas yang melekat di kulit, tetapi yang ia rasakan hanyalah kesepian yang semakin menghimpit.

Setelah mandi, ia kembali ke kasur dengan harapan baru, tetapi kekosongan di sampingnya kembali mengingatkan pada kenyataan. Akhirnya, setelah berperang melawan rasa gelisah yang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   142

    Pagi itu, Nora tidak tahu apa yang sedang dipersiapkan Dirga. Satu-satunya instruksi yang diterimanya adalah untuk berdandan rapi dan bersiap. Jadi, di sinilah ia sekarang, berdiri di bawah kubah megah gedung Ardawijaya Group, dengan Dirgantara, sosok yang telah mengubah hidupnya, berdiri tepat di sisinya.Sebuah blazer tanpa lengan dengan aksen monogram dari Louis Vuitton dan celana panjang berwarna nude terasa aneh di tubuhnya. Ini adalah salah satu dari banyak pakaian mewah yang Dirga belikan, sebuah pakaian yang harganya hampir setara dengan gajinya selama setahun. Nora merasakan kain halus itu menyentuh kulitnya, sebuah pengingat konstan akan betapa jauh ia telah melangkah dari blus putih murah dengan kancing yang menguning yang dulu menjadi seragamnya.Di sampingnya, Dirga berdiri dengan kacamata hitam yang menutupi ekspresinya, menampilkan aurat otoritas yang tak tergoyahkan. Sebelum melangkah, ia melempar sekilas pandangan ke arah Nora, sebuah penilaian cepat, lalu ia berjal

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   141

    Suasana di apartemen Nora jauh berbeda dengan rumah mewah Dirga yang megah dan seringkali terasa dingin. Di sinilah, di antara dinding-dinding yang lebih kecil dan perabotan yang ia pilih sendiri, Nora merasa memiliki sedikit kendali. Hari itu, ia memilih untuk berada di sini, mencari ketenangan di dapurnya yang kecil. Aroma daging asam manis yang sedang ia masak mulai menyebar, sebuah upaya untuk mengisi perut yang keroncongan dan mungkin, mengisi kekosongan di hatinya.Ketukan keras di pintu apartemen mengusir kesunyian, membuatnya sedikit terlonjak. Nora menghentikan aktivitasnya, mematikan api kompor sejenak. Ia tahu siapa yang akan berada di balik pintu itu. Dengan napas yang dihela pelan, ia berjalan membukanya.Benar saja. Dirga berdiri di sana, sosoknya yang tinggi tegap memenuhi ambang pintu. Wajahnya keras, tanpa senyuman."Saya sudah bilang untuk pulang ke rumah," kata Dirga, suaranya dingin dan berwibawa, seperti seorang atasan yang memberi perintah.Nora hanya memandangn

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   140

    Pintu mobil Porsche baby pink tertutup dengan bunyi thump yang tegas, mengunci Nora di dalam kapsul privat yang terasa dingin dan asing. Sebelum pintu benar-benar menutup, tangan Dirga muncul di ambang jendela. Jarang-jarannya lembut menyapu puncak kepala Nora, sebuah sentuhan yang bertentangan dengan kekerasan di matanya."Saya akan pulang nanti," katanya, suaranya rendah dan penuh penekanan, sebuah perintah yang tersamar sebagai permohonan. "Dan saya mohon, tetap di rumah."Nora tidak menjawab. Ia hanya menatap lurus ke depan, pandangannya kosong melihat lobi kaca yang megah. Dirga menarik tangannya, dan dengan gerakan yang cepat, pintu itu tertutup sepenuhnya, memisahkan mereka.Lelaki itu berbalik. Saat ia memutar tubuh, bahunya yang tadianya sedikit lunglai karena kelelahan kembali tegak. Wajahnya kembali menjadi topeng dingin sang CEO, tanpa celah, tanpa ampun. Setiap langkahnya kembali ke ruangan itu terasa berat, namun penuh tekad.Di dalam, Ravindra sudah bersantai di sofa t

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   139

    "Ravindra?"Nama itu meluncur dari bibir Dirga bukan sebagai pertanyaan, melainkan sebagai sebuah desahan yang sarat akan kelelahan dan amarah yang tertahan. Alisnya yang hitam pekat bertaut, matanya yang semula sayu karena kurang tidur kini melebar, waspada mengamati sepupu satu-satunya itu yang melangkah masuk dengan angkuh bak seorang raja yang memasuki wilayahnya.Pandangan Ravin tak segera bertemu dengan Dirga. Sebaliknya, ia menyapu Nora dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan tatapan tajam yang penuh penilaian, sebuah tatapan tak suka yang tak ia usahakan untuk sembunyikan. Lalu, dengan langkah terukur yang menunjukkan kepercayaan diri berlebih, ia berjalan mendekat.Insting Dirga langsung memicu alarm bahaya. Dengan gerakan cepat dan reflek, ia melangkah maju, menempatkan tubuhnya sebagai tembok kokoh di depan Nora. Tangannya yang tadi mengendurkan dasi kini mengepal, siaga. "Cukup," kata Dirga, suaranya rendah, berat, dan penuh peringatan yang tak bisa disangkal.Tindaka

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   138

    Gelap gulita di kamar itu tak cukup membantu Nora menemukan tidurnya. Berulang kali ia memejamkan mata, memaksa otaknya yang berputar kencang untuk berhenti, tetapi usahanya sia-sia. Ini adalah malam pertamanya tidur sendirian, tanpa kehadiran Dirga di sampingnya. Tanpa napasnya yang menenangkan di lehernya, tanpa lengan yang secara refleks menariknya lebih dekat.Nora melirik jam digital di nakas. Angka merahnya menunjukkan pukul lima pagi. Kantuk memang membelalakkan matanya, tetapi kegelisahan jauh lebih kuat. Dengan gerakan yang terasa berat, ia menyungkur dari kasur. Suhu lantai marmer yang dingin membuatnya menggigil sejenak. Ia berdiri di bawah shower air hangat, berharap semburan air bisa membersihkan rasa cemas yang melekat di kulit, tetapi yang ia rasakan hanyalah kesepian yang semakin menghimpit.Setelah mandi, ia kembali ke kasur dengan harapan baru, tetapi kekosongan di sampingnya kembali mengingatkan pada kenyataan. Akhirnya, setelah berperang melawan rasa gelisah yang

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   137

    Rumah itu terlalu besar, terlalu hening. Keheningan yang hanya pecah oleh click-clack ritmis keyboard Nora dan suara berdesir dari televisi yang ia biarkan menyala di ruang tengah, sebuah upaya sia-sia untuk mengisi kekosongan. Beruntung, hari ini aliran kata-kata di kepalanya lancar, seolah otaknya memberinya jeda dari kekacauan hatinya, memungkinkannya untuk tenggelam dalam naskah yang menjadi satu-satunya tempat pelarian.Namun di luar dunianya, badai masih mengamuk. Media belum redup, bahkan kabar simpang siur tentang pertarungan internal keluarga Ardawijaya kini semakin liar. Beberapa menuduh Nora sebagai mata-mata, yang lain menyebutnya sebagai keluarga korban yang manipulatif. Ia mencoba mengabaikannya, tapi bayangan-bayangan itu merayap masuk melalui cahaya biru dari layar laptopnya.Nora menahan perutnya yang tiba-tiba keroncongan tajam. Ia sesekali melirik ke arah partisi kaca yang memisahkan dapur dan ruang tengah. Entahlah, akhir-akhir ini ia menjadi cepat sekali lapar,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status