공유

DESAKAN IBLIS BETINA

작가: Kak Upe
last update 최신 업데이트: 2025-08-10 12:30:20

Bumi menghela napas panjang, lalu berdiri di tengah kerumunan staf yang sudah seperti arena bisik-bisik nasional. Suaranya datar tapi tegas.

“Cukup. Semua kembali ke pekerjaan masing-masing. Sekarang.”

Nada itu tidak meninggi, tapi cukup untuk memotong semua gumaman dan tawa tertahan. Kursi-kursi berdecit pelan saat orang-orang mulai berpura-pura kembali sibuk di depan komputer, walau mata mereka masih curi pandang ke arah Maria.

Bumi melangkah cepat ke arah Maria, meraih tongkat kayu yang disandarkan di lengan perempuan itu, lalu dengan nada hampir tak terdengar, berkata, “Ikut aku.”

Tanpa menunggu jawaban, dia memandu Maria ke ruangannya. Langkah mereka menyisakan keheningan aneh di kantor, seperti badai yang baru saja berlalu tapi meninggalkan langit mendung.

Gilea hanya bisa menatap punggung mereka dari kejauhan. Tangannya yang memegang pulpen terasa dingin.

Dalam hatinya, ia sadar—tidak ada satu pun orang di ruangan ini yang tahu siapa dirinya sebenarnya bagi Bumi. Semua orang me
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   LIMA BELAS MENIT SAJA?

    Langkah Gilea tergesa, menyusuri lorong hotel yang sepi. Hiasan bunga di sisi dinding yang tadi indah, kini terasa seperti pagar yang mengekang geraknya. Nafasnya terengah, matanya terus melirik ke belakang. Nalurinya berteriak: Cari tempat bersembunyi. Sekarang.Entah mengapa, dia terlalu takut dirinya ketahuan oleh Bumi. Entah itu murni sebuah ketakutan yang tidak mendasar? Atau memang alarm hatinya yang me-warning dirinya. Sebab sejak saling beradu tatap tadi, sebelum ia sempat kabur, ada sesuatu di mata pria itu—tajam, namun penuh tanda tanya. "Sebaiknya aku sembunyi di sana saja?" bantin Gilea saat ia menemukan sebuah lorong kecil di dekat area pelayanan katering. Tanpa pikir panjang, ia masuk dan membungkuk di balik meja besar yang ditutupi kain panjang. Ruang itu cukup remang, bau campuran bunga segar dan parfum mewah masih menempel di udara.Belum sempat ia menarik napas lega, sebuah suara terdengar dari arah pintu masuk lorong.“Gilea…?” sapa seseorang yang suaranya tidak as

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BUKA MASKERMU!

    Langkah Gilea tergesa-gesa menyusuri lorong hotel mewah yang dipenuhi hiasan bunga segar. Napasnya memburu, jantungnya berdebar tak karuan. Ia hanya ingin keluar dari tempat itu sebelum semuanya menjadi terlalu rumit. Tapi saat berbelok di sudut ballroom, tubuhnya menabrak seseorang dengan cukup keras."Aduh!" suara nyaring itu terdengar, diikuti dentingan gelas yang pecah di lantai.Gilea terhuyung, hampir jatuh, tapi berhasil menahan diri. Ia menunduk, berusaha menghindari tatapan orang yang ditabraknya."Hei! Kau tidak lihat jalan, ya?" suara tajam itu menghardik, penuh amarah.Perlahan, Gilea menegakkan tubuhnya. Di depannya berdiri Maria, mengenakan gaun merah marun yang membalut tubuhnya dengan anggun. Wajah cantiknya kini dipenuhi kemarahan. Di sekeliling mereka, beberapa tamu mulai memperhatikan.Maria menatap Gilea dari ujung kepala hingga kaki. "Kau dari vendor bunga, ya? Astaga, bahkan untuk acara sebesar ini, mereka mengirim orang yang tidak tahu sopan santun!" sindirnya t

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   HAMPIR KETAHUAN

    Sudah dua bulan sejak pertunangan Bumi dan Maria diumumkan ke publik. Di mata dunia, mereka adalah pasangan sempurna—pewaris bisnis besar dan sosialita cerdas yang selalu tampil memukau. Tapi di balik pintu kamar mewah mereka, kenyataan jauh dari sempurna.Maria duduk di tepi ranjang, mengenakan lingerie satin merah yang ia beli khusus dari butik Paris. Rambutnya digerai, bibirnya dipulas merah tua, dan aroma parfum mahal memenuhi ruangan. Ia sudah mencoba segalanya—makan malam romantis, pijatan lembut, bahkan mengajak Bumi berlibur ke Bali. Tapi malam ini, seperti malam-malam sebelumnya, Bumi hanya duduk di sofa, menatap lantai dengan mata kosong.“Bee,” panggil Maria lembut, mendekatinya. “Kau tidak lelah menolak aku terus?”Bumi menoleh, mencoba tersenyum. “Maaf. Aku hanya... tidak siap.”Maria duduk di pangkuannya, tangannya menyentuh wajah Bumi. “Kau sudah bertunangan denganku. Kita akan menikah. Apa yang kau tunggu?”Bumi menunduk. “Aku hanya lelah, Maria. Ada banyak sekali peke

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   PILIHAN

    Beberapa hari berlalu sejak Gilea meninggalkan mansion Wicaksono. Dunia terus berjalan, tapi bagi Gilea, waktu seolah melambat. Ia kini bekerja di sebuah toko bunga kecil di pinggiran kota, tempat yang jauh dari hiruk-pikuk bisnis dan sorotan media.Di sana, ia menemukan ketenangan dalam merangkai bunga, menyusun warna dan aroma menjadi harmoni yang tak pernah ia temukan dalam hidupnya bersama Bumi.Toko itu sederhana, berdinding kayu dengan jendela besar yang menghadap ke jalan kecil.Di pagi hari, sinar matahari masuk dengan lembut, menyinari kelopak mawar dan lili yang tertata rapi.Gilea mengenakan apron hijau, rambutnya diikat longgar, dan wajahnya mulai menunjukkan ketenangan yang baru—meski masih menyimpan luka,Namun ketenangan itu tidak bertahan lama.Di sudut toko, sebuah televisi kecil menyala, menampilkan acara infotainment pagi. Gilea tidak pernah benar-benar memperhatikannya, tapi hari itu, suara pembawa acara terdengar lebih nyaring dari biasanya.“Dan inilah momen yang

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   HATI YANG MENGERAS KARENA SALAH PAHAM

    Langkah kaki Bumi bergema pelan di lorong panjang mansion keluarga Wicaksono.Sepi.Tidak ada suara langkah ringan Gilea, tidak ada aroma teh melati yang biasa ia siapkan setiap pagi. Hanya dingin yang menyelimuti ruangan, dan bayangan yang menggantung di dinding seperti kenangan yang enggan pergi.Ia membuka pintu ruang tamu. Damian dan Vino berdiri di sana, wajah mereka tegang. Di tangan Vino, selembar kertas terlipat rapi— Dan itu adalah surat cerai.Bumi berhenti. Matanya menatap surat itu, tapi tidak ada perubahan di wajahnya.Tidak ada keterkejutan, tidak ada amarah, tidak ada kesedihan yang terlihat. Ia hanya mendekat, mengambil surat itu dari tangan Vino, lalu duduk di sofa tanpa berkata sepatah kata pun.Damian melangkah maju. “Kau bahkan tidak bertanya ke mana dia pergi?” tanya pelan tapi sarat tekanan."Dia yang ingin pergi. Kenapa aku harus mencarinya." Jawabnya datar, sambil membuka surat cerai itu, membaca sekilas, lalu meletakkannya di meja. “Dia sudah membuat keputusa

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   PERGI~

    Langit malam itu tampak kelabu, seolah ikut merasakan badai yang sedang berkecamuk di hati Bumi. Ia duduk di bar lantai atas sebuah klub eksklusif, dasinya sudah dilepas, kemeja putihnya terbuka dua kancing, dan gelas di tangannya sudah kosong untuk ketiga kalinya.Maria duduk di sampingnya, mengenakan gaun hitam satin yang membalut tubuhnya dengan elegan. Tidak lupa tongkat yang merupakan alat penunjang sandiwara palsunya selalu ada di sampingnya.Bibirnya merah menyala, matanya berbinar—bukan karena alkohol, tapi karena kemenangan kecil yang mulai terasa.“Bee, kau yakin tidak ingin pulang?” tanyanya dengan nada lembut, tangannya menyentuh lengan Bumi dengan gerakan yang terlalu akrab untuk seorang mantan tunangan.Bumi menatap gelasnya, lalu mengangguk pelan. “Aku tidak bisa melihat wajahnya sekarang."Maria tersenyum samar. “Kadang, orang yang kita pikir kita kenal... ternyata menyimpan sisi yang tidak kita duga.”Bumi tertawa pahit. “Lucu ya. Aku yang selalu ada untuk menyelamatk

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status