Alea seketika membeku kala menyadari perbuatan suami dari majikannya itu. Belum lagi napas panas yang Adrian yang menggelitik tepat di tengkuknya, membuat Alea mulai merasa gerah.
“Apa maksud Anda, Tuan?!” tanyanya, memutar tubuhnya agar bisa mendorong Adrian. Namun, apa yang terjadi berikutnya benar-benari di luar dugaan Alea. Tiba-tiba, ia merasakan sesuatu yang lembut dan basah bertemu dengan bibirnya. Adrian, suami dari majikannya, menciumnya! Ciuman panas tak terelakkan, Adrian memaksa Alea untuk menerima ciumannya sementara Alea berusaha sekuat tenaga mendorong tubuh Adrian. “Jaga sikap anda, Tuan!” Teriaknya. Teriakan Alea, serta tatapan matanya yang sulit diartikan itu membuat Adrian menjauh dengan sendirinya. Melihat Alea yang mulai menitikkan air mata, Adrian pun memerintahkan Alea untuk keluar, sementara dirinya mengusap rambutnya dengan kasar, mengutuki diri sendiri karena bertingkah tanpa berpikir. Memang, karena kebutuhan biologis Adrian yang jarang terpenuhi membuatnya sering bermain sendiri. Bahkan, tak jarang dia harus menahan hasratnya sendiri. Setelah kejadian itu, Alea menjauh, mencoba menghindari Adrian, hingga suatu hari, Alea tiba-tiba mendapat telepon dari Rian yang meminta ia menanggung penalti atas kesalahan perusahaan setahun lalu. “Tidak! Aku tidak mau. Bukankah perusahaan sudah kamu kuasai sekarang? Mengapa meminta aku menanggung penalti setahun yang lalu?” Alea menolak dengan tegas. “Ada tanda tangan kamu di surat perjanjian, jadi kamu bertanggung jawab.” Rian tak menyerah. Alea tak peduli, lagi pula dari mana uang untuk menanggung kerugian itu. “Baiklah jika kamu tidak mau, siap-siap dilaporkan dan membusuk di penjara!” Mendengar itu, mata Alea berkaca-kaca, merasa tak percaya ada orang setega Rian. Semua hartanya sudah dikuasai, bahkan cek peninggalan orang tuanya juga sudah dicairkan, tapi mengapa penalty juga harus dia yang tanggung? “Biadab kamu, Mas!” caci Alea. “Aku tunggu sampai minggu depan. Jika tidak ada uangnya, siapkan dirimu jadi narapidana.” Alea terduduk lemas setelah menutup teleponnya. Dari mana ia bisa dapat uang sebanyak itu dalam waktu seminggu? Jangankan lima ratus juta, lima juta pun iatak punya. Alea terus merenungkan masalah itu semalaman hingga tak bisa tidur, hingga ia memutuskan bahwa dokter Gina adalah satu-satunya harapan Alea. “Nyonya, saya ingin bicara.” Kata Alea dengan wajah tak nyaman. “Ada apa Alea?” tanya Gina sambil memainkan ponselnya. “Saya ingin pinjam uang Nyonya.” jawab Alea dengan gugup. Gina menatap Alea, tetapi sebelum menjawab, ponselnya berbunyi. Dokter itu menerima panggilan telepon yang masuk dan mengabaikan Alea yang berharap pertolongan. Beberapa saat kemudian, telepon selesai tepat ketika Adrian muncul. “Aku buru-buru. Kamu ngomong saja sama Mas Adrian berapa yang kamu butuhkan.” kata Gina sambil mengambil tas kerjanya. “Mau pinjam uang? Memangnya berapa yang kamu butuhkan?” tanya Adrian kepada Alea setelah Gina pergi. “Lima ratus, Tuan.” Tubuh Alea bergetar hebat karena takut. Awalnya, Adrian mengira nomial yang disebut Alea adalah lima ratus ribu, sehingga pria itu langsung mengeluarkan lima lembar uang merah dan meletakkannya di meja. Melihat hal itu, Alea menggeleng, “Bukan Tuan, saya perlu lima ratus juta.” Mata Adrian membulat, terkejut bagaimana bisa seorang ART meminjam uang sebanyak itu pada majikannya. “Gila, kamu sadar dengan ucapanmu? Memangnya uang sebanyak itu kamu bisa mengembalikannya?” Alea terdiam, tubuhnya masih bergetar karena takut dan panik. “Anda bisa memotong gaji saya, Tuan.” jawab Alea dengan suara gemetar. Adrian tertawa keras mendengar perkataan Alea. “Butuh berapa puluh tahun untuk melunaskan hutang sebanyak itu, Alea?” Adrian menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan jawaban Alea. “Saya mohon Tuan, bila perlu, saya bisa mengabdi ke keluarga ini untuk seumur hidup saya …” ucap wanita itu memohon, berharap tuannya berbaik hati padanya. Lagipula, Alea juga tahu, bagi Adrian uang sebanyak itu mungkin bukanlah apa-apa. “Baiklah, tapi ada syaratnya.” ucap Adrian. Alea merasa secercah harapan muncul saat mendengar jawaban dari suami majikannya, berpikir setidaknya ada jalan keluar. “Apa syaratnya, Tuan?” tanyanya dengan penuh harap. “Gampang. Kamu tinggal jadi pemuas nafsuku!"Kehidupan mereka benar-benar bahagia, dicintai suami, disayang mertua dan kehidupan ekonomi yang bagus membuat mereka hidup nyaman di dunia ini. Tak terasa sudah tiga bulan mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang menyenangkan dan pagi itu tiba-tiba Melati merasakan mual yang tak tertahankan. Dia menutup mulutnya kala pelayan menyajikan sup ikan di atas meja makan. “Sayang kamu kenapa?” tanya Arya yang panik dengan keadaan sang istri. “Nggak papa Mas mungkin karena mandi tengah malam jadi aku masuk angin.” Jawab Melati. Mendengar jawaban Melati Aira pun menggelengkan kepala. “Arya larang istrimu mandi tengah malam kalau habis bercinta lebih baik mandinya besok pagi saja.” Ujar sang Mama. Arya menggaruk kepalanya yang tak tidak gatal, dia sedikit malu karena aibnya semalam terbongkar. “Baik Ma.” Sahut Arya. Grey tertawa lalu dia turut menimpali perkataan kakaknya.“Kata Kak Arya sensasinya berbeda Ma kalau bercinta di ranjang sama di bathup.” Grey menahan tawanya. Sontak
Di dalam kamarnya Alea senyum-senyum sendiri, hal ini mengundang perhatian Adrian yang kini tengah mengecek laporan. “Kamu kenapa sayang? senyum-senyum sendiri,” tanya Adrian menatap sang istri dari tempat dia berada. “Azalea dan Grey kan baru saja pulang bulan madu otomatis sebentar lagi kita akan memiliki cucu Mas,” jawab Alea. Pikiran wanita itu terbang melayang membayangkan kalau dia akan segera menggendong cucu. Sudah lama sekali rumahnya sepi, tak ada tangis tawa seorang bayi. Sementara itu Adrian justru tertawa, masalah cucu dia tidak terlalu terburu-buru lagi pula Azalea dan grey baru menikah, jadi biar saja mereka menikmati masa-masa pacaran. “Jangan terburu-buru Sayang, mereka baru menikah kalau langsung punya anak nggak seru.” Cicit Adrian. Alea melempar tatapannya kepada sang suami dia begitu kesal karena Adrian malah berpikiran seperti itu. “Kalau terlalu lama ditunda takutnya bakal lama memiliki anak Mas.” Ucap Alea ketus. Adrian kemudian bangkit dari tempat dud
“Kamu kuat sekali sih Kak seperti Om Aiden.” Ujar Azalea saat Grey menuntaskan percintaan mereka. Grey tertawa geli mendengar ucapan sang istri, “Pasti dulu kamu seeing mengintip papa,” Pria itu masih tertawa geli Aiden menatap Azalea. “Sembarangan, siapa juga yang mengintipm Aku tuh suka denger Tante Aira mengeluh kecapean.” Jelas Azalea. Sungguh istrinya benar-benar menggemaskan membuat Grey ingin memakannya lagi. “Kalau melihat kamu yang menggemaskan begini aku enggan keluar.” Ucap Grey yang tiba-tiba malas keluar. Sontak Azalea menatap Grey, dia buru-buru memakai pakaiannya takut kalau sang kakak menggagahinya lagi. “Kak cepat keluarlah, kasian klien kamu pasti sudah menunggu.” Kata Azalea sambil mendorong tubuh kekar suaminya. Terlihat pria itu lemas, dia tak sabar kembali agar bisa bersama istrinya. Setelah bertemu klien Grey raut wajah Grey berubah, dia memasang raut wajah garam dan dingin kembali, sungguh berbeda saat dia bersama Azalea. Wajah lembut dan hang
Di dalam kamarnya Azalea membantu Grey untuk bersiap. Wanita itu terdengar menghela nafas sehingga membuat suaminya bertanya. “Ada apa Sayang? aku perhatikan kamu nampak muram.” Sambil mengelus kepala sang istri. Aku tuh nggak enak sama Melati, Kak Arya lebih perhatian padaku daripada sama istrinya.” Azalea mengungkap semua kepada Grey. “Kamu kan adiknya wajar saja kalau Kak Arya perhatian padamu.” Sahut Grey mencoba menenangkan Azalea. Azalea menggeleng meskipun dia adalah adik Arya tapi beberapa waktu lalu mereka sempat akan ditunangkan.“Perasaan wanita itu lebih sensitif Kak berbeda dengan Pria. Meskipun aku adalah adiknya tapi bukan adik kandung jadi wajar kalau Melati agak cemburu padaku.” Jelas Azalea. “Lalu bagaimana?” tanya Grey kemudian. Azalea kembali menggeleng, ini adalah momen bulan madu, tentu dia tidak ingin mengganggu kebahagiaan Arya dan Melati tapi dia juga bingung harus bagaimana karena Arya memperhatikan dirinya. “Apa kamu ikut aku saja?” tanya Grey menat
Azalea merasa tidak enak pada Melati memang Arya dari dulu begitu perhatian padanya sama halnya dengan Grey tapi kini kakaknya telah memiliki pasangan apalagi sebelumnya dia dan Arya sempat akan bertunangan. Azalea merangkul Melati dia menjelaskan kalau jangan berpikiran yang tidak tidak dengan hubungan mereka.“Dari aku masih bayi sampai dewasa Kak Arya lah yang menemaniku jadi kamu jangan berpikiran yang tidak tidak tentang kami.” Bisik Azalea sambil menatap Melati. Mendengar itu Melati turut menatap Azalea ternyata adik iparnya tahu apa yang dia pikirkan. “Bukan begitu Azalea, aku hanya…” Melati menggantung ucapannya. Wanita itu tersenyum, “Aku kalau berada di posisimu pasti akan bersikap seperti ini juga.” Katanya. Selain menenangkan Melati, Azalea meminta Arya untuk lebih memperhatikan Melati. “Kak aku ini istri Kak Grey sedangkan Melati adalah istri kamu jadi perhatiannya harus banyak ke Melati ya.” Ujar Azalea. Arya mengangguk lalu dia menggandeng tangan Melati dan Azal
Hari ini adalah hari dimana para pengantin baru akan bulan madu ke luar negeri. Rencananya mereka berangkat ke Eropa dulu baru kemudian pergi ke Amerika. Mereka juga difasilitasi jet pribadi agar mereka bisa mudah berkunjung dari satu negara ke negara lain. Bagi Grey, Arya maupun Azalea naik jet pribadi adalah hal yang biasa tapi bagi Melati ini adalah pengalaman pertamanya. Jangankan zat pribadi pesawat kelas ekonomi saja dia tidak pernah naik. “Sayang kamu kenapa?” tanya Arya saat melihat sang istri terdiam. “Aku agak takut Mas. Inilah pertama kali aku naik pesawat.” Ucapnya. Arya tersenyum lalu dia memeluk erat istrinya. Setelah lebih dari 10 jam berada di pesawat kini Mereka mendarat di negara tujuan pertama. Melati sangat bahagia karena inilah kali pertama kakinya menapak di negara orang. “Mas ini beneran di Inggris kan?” Ujar Melati sangat senang. “Iya kita berada di Inggris,” sahut Arya. Sementara Azalea dan grey menatap Kakak dan kakak iparnya di depan mereka deng