Home / Romansa / Pemuas Nafsu Sang CEO / Bab 11 Terpaksa Berbohong

Share

Bab 11 Terpaksa Berbohong

Author: Lia Safitri
last update Last Updated: 2023-12-01 15:19:52

Vira menghirup udara sebanyak-banyaknya begitu ia tiba diluar sambil bersandar sejenak di pintu ruangan Nathan sambil memejamkan matanya.

"Vira!" ujar seseorang yang langsung membuat Vira terkesiap.

"A-ana, kau mengagetkanku saja," gerutu Vira.

"Kenapa? Kenapa wajahmu tegang begitu? Apa Pak Nathan memarahimu?" tanya Ana.

"Tidak! Bukan seperti itu. Dia tidak memarahiku, hanya saja dia memberiku banyak sekali pekerjaan karena aku sudah libur terlalu lama," sahut Vira berbohong sambil berjalan menuju meja tempatnya bekerja.

"Oh, syukurlah! Aku kira dia memarahimu," ucap Ana yang mengikuti langkah Vira.

"Vira, aku ingin bertanya padamu."

"Apa? Katakan saja!" sahut Vira sambil berkutat dengan komputer yang ada dihadapannya.

"Darimana kamu mendapat uang untuk membayar biaya operasi ibumu? Apa Andi yang memberikannya?" tanya Ana.

Vira terdiam, ia menghela nafasnya berat saat Ana menyebut nama bajingan itu. Vira masih sakit hati saat dia mengingat penghianatan yang dilakukan oleh lelaki itu. Vira bahkan tidak sudi hanya untuk menyebut nama lelaki itu.

"Bukan," sahut Vira singkat.

"Bukan? Lalu siapa yang memberimu uang? Aku kira Andi yang membantumu," ucap Ana.

"Ana, bisa tidak jangan menyebut namanya lagi di hadapanku?" tanya Vira dengan nada jengkel.

"Kenapa Vira? Ada apa sebenarnya? Kenapa kamu marah?" tanya Ana yang merasa bingung dengan sikap Vira.

Vira menghela nafasnya.

"Maaf An, bukannya aku marah. Hanya saja aku tidak sudi untuk mendengar nama laki-laki itu lagi," jawab Vira.

Dahi Ana berkerut seakan bertanya.

"Aku sudah mengakhiri hubunganku dengannya," ucap Vira dengan suara pelan.

"Apa? Tapi kenapa? Kenapa tiba-tiba kau mengakhiri hubungan dengannya? Apa dia sudah membuat kesalahan?" Beberapa rentetan pertanyaan pun keluar dari mulut Ana.

"Ternyata dia sudah bermain gila dibelakangku, An."

"Apa maksudmu?" tanya Ana lagi.

"Kau tahu, An? Waktu itu aku datang ke apartemennya untuk meminta bantuan, tetapi kau tahu apa yang aku dapatkan?" tanya Vira. Ana pun terdiam.

"Dia sedang bermain gila dengan wanita lain disana," ucap Vira.

Ana terhenyak tidak menyangka dengan apa yang dikatakan oleh Vira.

"Vira, apa kamu serius? Dasar bajingan itu! Aku tidak menyangka dia akan tega berbuat seperti itu dibelakangmu," ucap Ana terdengar geram.

"Mungkin kedengarannya sulit dipercaya, tetapi aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, An!" ucap Vira.

"Vira, kami pasti benar-benar merasa kecewa dan sakit hati atas perbuatan laki-laki itu," ucap Ana merasa iba.

Vira tersenyum getir. Ya, siapa yang tidak sakit hati saat melihat kekasih yang ia cintai dan begitu ia percaya dengan tega menghianatinya.

"Iya, tapi aku bersyukur karena aku sudah melihatnya. Aku sangat bersyukur karena aku bisa mengetahuinya lebih awal bahwa dia itu bukan lelaki yang baik. Aku akan lebih sakit hati jika aku mengetahuinya disaat kami sudah saling terikat," ucap Vira.

"Sabar ya, Vira! Aku yakin diluar sana masih banyak laki-laki yang lebih baik dari sampah itu," ucap Ana sambil mengusap bahu Vira.

"Iya, kau benar, Ana. Untuk saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan terlebih dahulu, aku hanya ingin fokus dengan kesembuhan ibuku dulu," ucap Vira.

"Iya, Vira. Oh iya, kamu belum memberitahuku. Jika bukan Andi, lalu siapa yang memberimu uang?" tanya Ana lagi.

"Itu..." Vira menggantung ucapannya.

"Sebenarnya..."

"Cepat katakan, Vira! Siapa? Jangan menutupinya dariku! Apa kamu pinjam uang pada rentenir?" tanya Ana mendesak Vira.

"Ya enggaklah. Sebenarnya... Pak Nathan yang membantuku."

"Apa? Pak Nathan. Apa kau serius?" tanya Ana seakan tidak percaya.

"Aku serius, An. Dua rius malah," sahut Vira yakin.

"Wah, aku tidak menyangka Pak Nathan bisa bermurah hati seperti itu," ucap Ana.

"Murah hati katanya? Dia itu juga sama saja seperti lelaki lainnya. Dia hanya memanfaatkan keadaanku saja," batin Vira merasa miris. Ditambah lagi saat dia membayangkan apa yang akan terjadi padanya malam nanti, Vira pun bergidik.

"Tapi bagaimana bisa Pak Nathan mau membantumu? Apa yang kau lakukan? Apa kau merayunya?" tanya Ana.

Vira mendelik tajam.

"Cih, yang benar saja! Apa aku terlihat seperti seorang wanita penggoda?" tanya Vira, dan Ana pun menggeleng pelan.

"Lalu?" ucap Ana lagi.

Ana memang sahabatnya, namun Vira juga masih berpikir dua kali untuk memberitahukan kepada Ana tentang bayaran yang harus ia berikan kepada Nathan sebagai ganti biaya operasi ibunya.

Entah apa yang akan dipikirkan oleh Ana jika dia sampai tahu bahwa Vira menukar harga dirinya dengan sejumlah uang.

"Entahlah An, mungkin itu hanya karena aku sedang beruntung. Mungkin saat itu suasa hati Pak Nathan sedang bagus jadi dia mau membantuku," sahut Vira berbohong, Ana pun mengangguk pelan.

"Ya sudah An, aku akan menyelesaikan pekerjaanku dulu. Jangan sampai Pak Nathan marah padaku," ucap Vira.

"Iya kau benar. Aku juga masih banyak pekerjaan," ucap Ana lalu kembali ke meja kerjanya.

"Maafkan aku Ana, aku belum bisa berterus terang padamu," gumam Vira lirih.

***

Malam ini Vira benar-benar gugup, dia tampak mondar-mandir di kamarnya bak setrikaan.

Kedua tangannya tampak berkeringat, ingin sekali rasanya waktu berhenti saat ini juga agar Vira tidak perlu datang ke apartemen milik Nathan.

"Vira, tenangkan dirimu!" ucap Vira sembari mengatur nafasnya.

"Kau tidak bisa lari, Vira. Jadi mari kita lakukan supaya semuanya cepat berakhir," gumamnya lagi.

Vira mengambil tasnya lalu keluar dari kamarnya untuk pergi ke apartemen Nathan.

Ceklek! Vira membuka dan menutup kembali pintu kamarnya.

Vira mendapati ibu dan adiknya sedang duduk di ruang tamu.

"Vira, kamu mau kemana, Nak? Tidak biasanya kamu dandan rapi malam-malam begini?" tanya Ningrum.

"Iya, kakak terlihat rapi dan cantik sekali. Apa kakak akan bertemu dengan pacar kakak?" goda Panji.

"Ssst! Diam anak kecil!" sentak Vira sedikit kesal.

"Bu, aku izin pergi ke tempat Ana ya, malam ini aku akan menginap disana," ucap Vira berbohong.

"Iya Vira, pergilah! Titipkan salam ibu pada Ana," ucap Ningrum.

Vira mengangguk sambil tersenyum masam. Dia merasa bersalah karena telah membohongi ibunya. Namun, apa boleh buat, tidak mungkin juga Vira berterus terang.

Vira pergi menuju ke alamat apartemen Nathan. Dengan membawa kartu akses yang sudah diberikan oleh Nathan, Vira pun berjalan ke unit milik Nathan.

Unit nomor delapan puluh delapan, jantung Vira semakin berdebar saat ia melihat pintu apartemen atasannya itu. Kini Vira berdiri sambil menatap pintu yang masih tertutup itu dan kartu akses yang ada di tangannya secara bergantian.

Hati Vira benar-benar merasa ragu untuk masuk ke dalam sana. Namun, Vira harus tetap melakukannya.

Dengan tangan yang bergetar, Vira memegang kartu akses tersebut lalu menempelkannya disana untuk membuka pintu apartemen Nathan. Pintu apartemen itu langsung terbuka begitu Vira menempelkan kartu tersebut.

Melangkah dengan begitu ragu-ragu, Vira masuk ke dalam apartemen milik Nathan.

Brak! Vira menutup kembali pintu apartemen itu, kemudian ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan yang begitu luas tersebut.

Ruangan bernuansa abu-abu yang tertata dengan begitu rapi. Ruangan tersebut sangat mencerminkan kepribadian pemiliknya, harus Vira akui bahwa Nathan itu adalah orang yang sangat cinta dengan kebersihan.

Namun, Vira merasa ada yang sedikit aneh karena sejauh matanya menelisik, dia tidak melihat sosok Nathan disana.

"Dimana dia?" tanya Vira didalam hati.

"Apa yang kau lihat?" Terdengar suara nyaring yang langsung membuat Vira menoleh.

Dia mendapati Nathan yang baru saja muncul dari arah balkon sambil menatap dan berjalan ke arah Vira dengan segelas wine di tangannya.

"Apa kau sedang mencariku?" tanya Nathan sembari menatap lekuk tubuh Vira yang terlihat begitu sempurna bahkan saat masih mengenakan pakaian yang lengkap.

--

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 33 Harga Diri yang Terkoyak

    "Vira, aku tahu kau di dalam! Berhentilah main-main!" Teriak Nathan dari luar. Sementara itu di dalam bilik sempit itu, situasi mencekam. Andi terus memaksa mendekat, membuat Vira tak henti berusaha menghindar. Ia bergerak memutar, menyamping, bahkan menabrak wastafel demi menjaga jarak dengan pria itu. Ruangan yang sempit membuat gerakannya terbatas. Rambutnya mulai kusut, dan bajunya tampak berantakan akibat usahanya melawan. Nafasnya memburu, matanya terus mencari celah untuk melarikan diri. "Andi, hentikan! Kau sudah kelewatan!" pekik Vira dengan suara bergetar namun penuh penolakan. "Sampai kapan kau ingin terus bermain kucing-kucingan denganku, Vira?" tanya Andi, nadanya datar namun penuh tekanan. Tanpa aba-aba, ia meraih pinggang Vira dengan satu tangan, menarik tubuh gadis itu mendekat. Tangan lainnya terangkat, menyibakkan rambut Vira yang berantakan ke belakang telinganya. "Vira, kau tidak bisa ke mana-mana sekarang," desis Andi seraya mendekat. "Jadi diamlah… dan

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 32 Lepaskan Aku!

    Andi menunduk, wajahnya seperti kehilangan warna. Ia tak menyangka rahasianya terbongkar."Vira… aku bisa jelaskan," ucap Andi ingin menjelaskan. "Sudah cukup!" potong Vira cepat. "Penjelasanmu sudah kedaluwarsa sejak malam itu!""Vira, kamu salah paham! Kamu tahu kan kalau aku sangat mencintaimu?" tanya Andi, masih menggenggam pergelangan tangan Vira.Vira mendengus sinis."Cih! Salah paham?" matanya menatap tajam. "Bagaimana bisa kamu sebut itu salah paham, sementara aku lihat sendiri pengkhianatan yang kamu lakukan... dengan mata kepalaku sendiri!""Aku datang malam itu, Andi! Aku berdiri di depan pintu kamarmu dan melihat kalian berdua bermesraan, berpelukan, seolah tak pernah ada aku dihidupmu!" lanjutnya, suaranya mulai bergetar menahan emosi.Andi tercekat. Ia belum sempat bicara saat Vira kembali bersuara, lebih tegas."Sekarang, lepaskan tanganku!" Vira berusaha menarik pergelangannya, namun Andi tak bergeming."Lepaskan, Andi!" Suara Vira datar, tapi tajam."Kau bukan bagia

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 31 Ke Mana Gadis Itu?

    "Bagaimana kalau kita makan dulu? Aku yakin kau pasti lapar, kan?" tanya Nathan, suaranya lebih tenang kali ini, membuyarkan keheningan yang sejak tadi menggantung di antara mereka."Iya, Pak. Aku rasa itu ide yang sangat bagus," sahut Vira, mencoba tersenyum.Sebenarnya, Vira memang sudah lapar sejak tadi. Bagaimana tidak? Terakhir kali ia makan adalah semalam, sesaat setelah ia tiba di apartemen Nathan.Setelah itu tenaganya habis terkuras oleh pria itu semalam, dan pagi harinya ia bahkan tak sempat sarapan. Dari pagi hingga menjelang siang, ia masih harus terus menjadi pelampiasan hasrat Nathan. Tak heran tubuhnya kini terasa begitu lemas. "Heh, apa kau sangat kelaparan?" tanya Nathan dengan nada menggoda, sudut bibirnya terangkat samar.Vira mendengus pelan. "Hem, Anda masih sempat bertanya? Padahal Anda sendiri pasti sudah tahu jawabannya," balas Vira sambil mencibir kecil."Hahaha... baiklah, maafkan aku!" Nathan terkekeh. "Sebagai gantinya, nanti kau boleh pesan makanan apa p

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 30 Meeting dengan Klien

    Tanpa memberi waktu bagi Vira untuk bertanya, ia mendekat dan mengecup bibir Vira dengan lembut, tak tergesa namun cukup dalam untuk menyampaikan semua yang tak bisa ia ucapkan. Kejutan itu membuat Vira terpaku, tubuhnya melemah dalam pelukan pria itu. Nathan mulai membuka satu persatu kancing baju Vira. Vira refleks menarik diri, napasnya tersengal. "Nathan, kita bisa terlambat..." ucapnya dengan suara bergetar, mencoba tetap berpikir jernih di tengah gejolak yang menghentak.Namun Nathan hanya tersenyum miring."Waktu seolah berhenti saat aku bersamamu,Vira," gumamnya sambil mendekat lagi. Ia membelai pipi Vira, lalu tanpa tergesa menarik tubuhnya hingga bersandar di meja rias.Vira mengalihkan pandangan, berusaha mengatur debar di dadanya yang tak karuan."Tapi, kita harus berangkat sekarang, Pak. Kalau tidak, pasti klien sudah menunggu," kata Vira pelan. Nathan menarik napas dalam, lalu akhirnya mengangguk pelan."Baiklah... Ayo kita pergi, sebelum aku berubah pikiran!"Namun,

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 29 Luka Memar

    Nathan kembali menyentuh wajah Vira, kali ini lebih lama, seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Sentuhan itu membuat Vira terusik, kelopak matanya perlahan terbuka.Begitu matanya terbuka sepenuhnya, Vira terperanjat mendapati Nathan duduk begitu dekat, menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan."M-maaf, Pak… eh, maksudku, Nathan. Aku tidak tahu kalau kau sudah bangun," ujar Vira gugup. "Tak masalah," jawab Nathan singkat, suaranya terdengar tenang.Vira menunduk sejenak sebelum melanjutkan, "Dan maaf… aku tertidur di sebelahmu. Semalam kau terus menggenggam tanganku sambil mengigau jadi, aku… tidak bisa pergi.""Apa kamu bermimpi buruk? Kamu sempat mengigau sampai ingin menangis," tanya Vira pelan, menatap wajah Nathan penuh empati. "Aku lihat ada luka yang dalam di balik raut wajahmu."Nathan terdiam sejenak. Tatapannya kosong, seolah pikirannya melayang jauh ke masa lalu, lalu ia menggeleng perlahan. "Tidak, aku tidak bermimpi. Mungkin hanya karena terlalu kelelahan,

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 28 Flashback

    Flashback — 17 tahun yang lalu...Di sebuah taman bermain kecil yang dikelilingi pagar kayu warna-warni, tampak seorang anak perempuan berusia enam tahun duduk di ayunan, matanya terus menatap ke arah gerbang taman.Setiap sore, ia akan datang ke tempat itu—duduk menanti sosok yang selalu ia rindukan: seorang bocah laki-laki berseragam SD yang baru saja pulang sekolah.Dan seperti biasa, bocah itu datang dengan langkah cepat—seolah takut membuat gadis kecil itu menunggu terlalu lama. Nafasnya sedikit terengah, tapi senyumnya tetap terjaga. Ada semangat yang tak bisa dijelaskan tiap kali matanya menemukan sosok kecil yang duduk menunggunya di sana."Kak Adit!" seru anak perempuan itu, suaranya lantang dan penuh semangat, seperti nyanyian kecil yang menggema di antara gemericik tawa anak-anak di taman sore itu.Adit, bocah laki-laki yang baru saja naik ke kelas 2 SD, menoleh dan tersenyum lebar. Seragamnya sedikit kusut, tasnya menggantung miring di pundak, dan keringat masih membasahi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status