Share

Bab 2

Penulis: Charles Fariz
Menyadari reaksi Arif, wajah Melati yang pucat sedikit memerah. Berhubung Kiki sudah berhenti menangis, dia segera mengenakan kembali pakaian dukanya.

Setelah melihat Melati menutup kembali pakaiannya, Arif bertanya secara refleks, "Kak Melati, kamu baru menyusuinya sebentar. Apa Kiki sudah kenyang?"

Melati memelototi Arif dan menjawab, "Kiki sudah kenyang. Kurasa kamu yang belum puas melihatnya."

Wajah Arif seketika memerah setelah mendengarnya.

Jenazah Seno disemayamkan semalam. Saat fajar, Arif memanggil beberapa pemuda desa yang tegap untuk membawa peti mati ke pemakaman. Makamnya pun didirikan.

...

Di ruang duka Keluarga Lukardi, penduduk desa telah bubar. Yang tersisa hanyalah Arif dan Melati. Kiki telah dititipkan ke rumah tetangga sebelah.

Foto Seno sudah tergantung di dinding. Raut wajahnya dalam foto itu begitu hidup, seolah-olah dia masih bernyawa.

Arif menyeka foto Seno dengan handuk, lalu melirik Melati yang duduk diam di atas tempat tidur dan menatapnya sambil termenung. Dia pun bertanya, "Kak Melati, apa yang lagi kamu pikirkan?"

Melati berkedip, lalu bertemu pandang dengan Arif.

"Arif!"

Melati tiba-tiba memeluk Arif dan menangis hebat hingga tubuhnya gemetar. Sentuhan hangat itu langsung membuat Arif bergairah.

Arif membeku dan tidak berani bergerak. "Kak Melati, apa yang kamu lakukan?"

Melati menangis tersedu-sedu. Setelah suaminya meninggal, entah kenapa dia belum meneteskan setetes pun air mata. Kini, dia akhirnya tak kuasa menahannya lagi. Tangisannya dipenuhi kebingungan dan ketakutan akan masa depan.

Melati memeluk Arif dengan sangat erat. Dia bertanya dengan suara tercekat, "Arif, sebelum meninggal, kakak sepupumu bilang, kamu harus menikah denganku. Apa kamu bersedia?"

Melati sebenarnya adalah wanita yang sangat konservatif. Namun, saat ini, dia sudah putus asa. Seno telah meninggal, sedangkan dia punya seorang anak. Tanpa seseorang yang bisa diandalkan, masa depannya akan hancur.

Terutama ketika memikirkan Kiki, nasib anak yang tak memiliki ayah sangatlah menyedihkan. Melati bisa saja menikah lagi, tetapi dia yakin bahwa menikah dengan orang lain tidak akan sebaik menikah dengan Arif. Jadi, saat ini, dia tidak ingin melepaskan Arif.

Melati menangis tersedu-sedu. Tubuhnya yang lembut membuat Arif menegang. Dia tidak menyangka kakak iparnya akan tiba-tiba bertanya seperti itu dan dengan sikap seperti ini!

Arif merasa makin bingung. Seno baru saja meninggal dunia. Jika hal mengenai dirinya yang menikahi istri Seno tersebar, dia akan dicemooh habis-habisan.

Arif secara naluriah meronta dan berusaha melepaskan diri dari pelukan kakak iparnya. Lagi pula, foto Seno ada tepat di depan mereka. Mata bulat itu seakan-akan sedang menatapnya. Dia takut Seno akan kembali untuk menghantuinya karena mereka berpelukan erat seperti ini.

Namun, Melati memeluknya begitu erat. Dia hanya bisa berkata, "Kak Melati, semuanya terjadi terlalu tiba-tiba. Aku butuh waktu untuk berpikir. Tapi jangan khawatir, aku pasti akan menjagamu dan Kiki."

Melati tidak mau melepaskan Arif. Dia menunjuk foto Seno di dinding dan berujar, "Arif, aku nggak bisa tunggu lagi. Aku mau kamu beri aku jawaban yang pasti di depan kakakmu sekarang juga!"

Arif seketika merasa ketakutan. Dia adalah penduduk desa yang sangat menghormati hantu dan sejenisnya. "Kak Melati, jangan ngomong sembarangan. Arwah Kak Seno masih belum meninggalkan kita."

Namun, Melati sangat keras kepala. Dia tidak berhenti menggerakkan tubuhnya. Pelukan itu pun membuat Arif tak kuasa menahan diri lagi. Dia tanpa sadar melingkarkan lengannya di pinggang Melati.

"Arif, asal kamu bersedia menikah denganku, aku akan sepenuhnya mengabdi padamu, juga nggak akan peduli dengan posisi apa pun yang kamu inginkan di atas ranjang. Sekalipun kamu punya simpanan di luar sana, aku akan mendukungmu ...."

Tenggorokan Arif terasa kering setelah mendengar kata-kata itu.

"Kak Melati, aku ...."

Melati menyeka air matanya. Tatapannya beralih ke foto Seno.

"Seno, kamu sudah janji. Jadi, jangan salahkan aku. Aku akan biarkan Kiki tumbuh besar dengan status sebagai putrimu. Kamu sudah bisa beristirahat dengan tenang dan bereinkarnasi. Jangan lupa untuk berkati aku dan Arif dari akhirat, supaya aku bisa lahirkan lebih banyak anak lagi untuknya."

Mata Arif terbelalak. Melati sedang berbicara dengan Seno! Dia pun secara naluriah menoleh ke arah foto.

"Cit!"

Seolah-olah itu adalah tanggapan, foto yang tergantung di dinding tiba-tiba miring! Seno yang ada dalam foto itu terlihat hidup. Matanya menatap tajam ke arah Arif.

Arif langsung merinding dan berseru, "Kak Melati, Kak Seno sepertinya lagi pelototi aku!"

Namun, Melati sama sekali tidak merasa begitu. "Arif, itu persetujuan kakak sepupumu. Dia merestuiku memberimu lebih banyak anak."

Kegelisahan Arif pun meningkat pesat. Seno bahkan belum menyelesaikan masa berkabung tujuh hari, tetapi dia sudah berpelukan dengan Melati. Bagaimana mungkin Seno merestuinya?

"Kak Melati, jangan asal bicara."

Melati menatap mata Arif dengan mata yang masih basah oleh air mata. "Arif, aku sudah putuskan. Setelah kamu menikahiku, kita akan langsung tidur bersama di rumah ini. Dengan restu Seno, aku jamin kita pasti akan punya banyak anak!"

Arif pun ketakutan karena ucapan Melati makin bernyali saja. Dia segera melepaskan Melati. "Kak Melati, aku betulkan foto Kak Seno dulu."

Tanpa menunggu jawaban, Arif berjalan ke arah foto dan membenarkan posisinya sebelum berbalik.

Namun, tepat pada saat ini, mata indah Melati tiba-tiba membelalak. Dia berseru, "Arif, awas!"

Pada detik berikutnya, sebelum Arif sempat bereaksi, terdengar suara "brak". Foto itu menghantam kepalanya dan darah mengucur di dahinya.

Arif jatuh ke lantai dengan bunyi gedebuk. Kepalanya terasa pusing. Seno pasti sedang membalas dendam padanya.

Dalam keadaan linglung, Arif melihat wajah Melati yang cemas. Namun, dia tidak dapat mendengar apa yang dikatakannya. Kepalanya terkulai ke samping dan dia pun pingsan.

"Dik, bangun. Cepat bangun ...."

Dalam keadaan linglung, Arif dibangunkan oleh sebuah suara yang menggoda dan memikat.

Arif membuka matanya dan melihat seorang wanita yang sangat cantik berdiri di hadapannya. Tubuh wanita itu luar biasa seksi dan menggairahkan. Pinggangnya ramping, dadanya montok, sedangkan wajahnya terlihat awet muda. Dia memiliki rambut panjang dan kaki jenjang, juga mengenakan jaket kulit.

"Gluk!"

Mata Arif langsung terbelalak. Dia tanpa sadar menelan ludah. Dalam dua puluh tahun hidupnya, ini pertama kalinya dia melihat seorang wanita dengan sosok yang begitu sempurna! Wanita ini benar-benar sudah mewujudkan makna kata seperti siluman wanita atau wanita penggoda.

Tinggi wanita itu setidaknya 1,75 meter. Dia memiliki wajah dengan dagu lancip dan mata bulat yang menawan. Jaket kulit hitam yang dikenakannya menonjolkan lekuk tubuhnya yang sangat seksi. Kedua aset di bagian depan tubuhnya sangat montok, juga bergoyang-goyang dan nyaris membuat ritsleting jaket itu robek!

Pinggangnya sangat ramping dan masih tidak selebar telapak tangan seorang pria. Bagaimana pinggang ramping itu mampu menahan beban berat dari atas?

Wajahnya begitu cantik hingga bisa menyebabkan tragedi. Bahkan tanpa melakukan apa pun, dia bisa membuat pria ingin melakukan apa saja untuk menyenangkannya! Wanita ini benar-benar luar biasa cantik dan memikat!

Arif menatap wanita bak peri itu tanpa berkedip, lalu bertanya tanpa sadar, "Cantik, apa kamu itu siluman?"

"Aku sudah hampir mencuri jiwamu. Menurutmu, aku ini siluman bukan?"

Begitu wanita cantik itu tersenyum, jantung Arif seketika berdebar kencang.

"Aku ini siluman yang tersembunyi di dalam bingkai foto dan dibangkitkan oleh darahmu. Jadi, berhati-hatilah. Aku bukan cuma mau curi jiwamu, juga mau isap sumsummu. Kamu bersedia?"

Sambil berbicara, wanita cantik itu menjilat bibir merahnya dan berjalan mendekati Arif dengan langkah menggoda. Napas Arif tercekat, tetapi dia segera mundur.

"Dik, lihat betapa takutnya kamu! Kakak cuma bercanda. Aku mau wariskan ilmu langka kepadamu, terimalah!"

Siluman wanita itu tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dengan satu lambaian tangannya, cahaya keemasan menyambar tubuh Arif.

Dalam seketika, energi yang kuat menyebar ke seluruh tubuh Arif. Dia samar-samar mendengar suara siluman wanita itu berbicara.

"Dik, energi spiritual ini adalah sumber segala kehidupan. Dia dapat memperkuat tubuhmu dan buat kamu jadi ahli bela diri, juga bisa sembuhkan penyakit dan bahkan memacu pertumbuhan segala sesuatu. Kamu harus berkultivasi dengan tekun. Jangan kecewakan aku, ya!"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 50

    Beberapa saat kemudian, Rania baru menutup wajah meronanya, lalu bertanya dengan terbata-bata, “Kak Arif, ngapain kamu nonton video itu?”Arif pun tersenyum. Meskipun kakak ipar mengatakan Arif telah menidurinya pada malam pengantin, tetapi Arif telah mabuk dan tidak mengingat apa pun. Seandainya benar ada kejadian seperti itu, dia juga tidak teringat apa-apa dan boleh dikatakan tidak memiliki pengalaman sama sekali.Sekarang, Rini memiliki perasaan terhadap Arif. Dia pun mesti belajar sedikit pengetahuan terlebih dahulu. Setelah Arif berhasil menaklukkan Rini, dia tidak percaya Rini tidak akan memberi tahu kenyataan pada malam pengantin abang sepupunya!“Aku cuma ingin duluan belajar untuk calon istriku nanti?”Rania menunduk. Dia mencubit-cubit jari tangannya dengan gugup, lalu berkata, “Teman sekolahku kirim banyak video kepadaku. Kalau Kak Arif ingin nonton, silakan saja.”Usai berbicara, Rania menambahkan, “Tapi Kak Arif, aku nggak nonton sama sekali. Kamu jangan salah paham ya.”

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 49

    Ketika kepikiran hal ini, Arif pun tersenyum lebar.Pada saat ini, pada penduduk desa sudah mengerumuni Rania. “Rania, cepat daftarkan nama kami.”Rania sungguh merasa gembira. Ini pertama kalinya dia diperlakukan ramah oleh para penduduk desa setelah dia kembali ke desa. Dia segera mengeluarkan kertas dan pena yang sudah dipersiapkan, lalu berkata dengan suara keras, “Semuanya jangan buru-buru. Semuanya akan kebagian kok!”Lima menit kemudian, akhirnya Rania sudah menyelesaikan pendaftaran. Para penduduk desa merasa sangat puas, lalu memujinya, “Rania itu orang pertama di desa yang tamatan universitas, kerjanya cepat dan tangkas!”“Aku ingat waktu kecil dulu, Rania selalu mengekor di belakang Arif, bahkan pernah mengatakan ingin menikah dengan Arif!”“Sampai sekarang Arif belum menikah. Bagaimana kalau Rania jadi istrinya saja?”Wajah Rania spontan merona. “Paman, Bibi, aku berbaik hati membantu kalian mencari pekerjaan, kenapa kalian malah jadikan aku sebagai bahan candaan?”Suara t

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 48

    Begitu ucapan itu dilontarkan, para penduduk desa juga merasa agak ragu. Mereka memang ingin mencari nafkah, tapi mereka juga ingin tetap tinggal di desa.Demi upah 40-60 ribu, mereka benar-benar tidak perlu menyinggung Wawan, apalagi ribut sampai ke pemerintahan setempat.Bahkan Rania juga mulai merasa ragu. Dia yang telah membujuk para penduduk desa untuk menekan Wawan, tapi mengenai berapa upah yang akan diberikan kepada warga, dia tidak berani mengambil keputusan, semua itu mesti menunggu penjelasan Arif.Hanya saja, Rania tetap berkata, “Paman, Bibi, kalian semua melihat Kak Arif dari kecil. Aku percaya Kak Arif nggak akan merugikan kalian!”Wawan melihat para penduduk desa yang mulai goyah. Dia pun menunjukkan senyuman puas. Dia sudah mengelola Desa Sukasari selama bertahun-tahun, apa mungkin dia tidak sanggup menghadapi bocah miskin seperti Arif dan gadis muda seperti Rania?Arif malah berani mengatakan akan membuat Wawan memohon Arif untuk menyewa rumahnya. Sepertinya Arif seda

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 47

    Gambaran ajaib benar-benar terjadi. Energi spiritual berwarna keemasan itu bergabung dengan tanaman herbal dan berputar-putar di dalam ember kayu.Sekitar sepuluh menit kemudian, tanaman herbal dan energi spiritual telah bergabung, membentuk seember cairan spiritual yang berwarna transparan. Cairan itu tidak berwarna dan tidak beraroma, seperti air saja.Arif berkata dengan antusias, “Bagus sekali. Ramuan spiritual mesti diencerkan. Asalkan aku menuang cairan spiritual ke dalam sumur, nggak ada yang akan menemukan rahasia bercocok tanam jamur pinus!”Ketika kepikiran hal ini, rasa penat di hati Arif langsung menghilang. Pada saat ini, langit sudah sepenuhnya gelap. Saking gembiranya, Arif bahkan tidak bisa tidur. Dia pun duduk di atas tempat tidur, lalu memejamkan matanya untuk mulai latihan.…Keesokan paginya, Arif dibangunkan oleh suara ricuh di depan pintu rumah. Dia membuka matanya, lalu mengenakan sepatu sebelum keluar. Pada saat ini, ada belasan penduduk desa sedang berkumpul d

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 46

    Arif terus menatap Rini. Napasnya juga mulai tidak karuan. Dia sedang mencari tahu jati diri Kiki. Riko yang mengetahui kenyataan malah tidak bersedia untuk memberitahunya.Namun Arif sungguh tidak menyangka bahwa Rini juga mengetahui kenyataan pada hari pernikahan abang sepupunya waktu itu!Arif sungguh merasa antusias. Sebelumnya dia mencari ke sana kemari, tetapi tidak menemukan jawabannya. Sekarang tanpa mencari, dia justru menemukan jawabannya tanpa perlu usaha sama sekali. Jika Arif tahu Rini juga mengetahui masalah itu, untuk apa dia bertanya pada Riko!“Kak Rini, masalah ini sangat penting bagi aku. Kamu mesti beri tahu aku!” Mata indah Rini berkilauan. Dia bertanya dengan bingung, “Kamu sendiri jelas dengan apa yang kamu perbuat, untuk apa tanya aku?”Arif sungguh merasa panik. “Kak Rini, waktu itu aku mabuk dan nggak ingat apa-apa lagi. Kamu cepat beri tahu aku, sebenarnya apa yang terjadi waktu itu?”Tatapan Rini kelihatan berkilauan, tetapi dia tidak segera menjawab.Arif

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 45

    Tangan Sari sudah disandarkan ke atas pintu. Asalkan dia membuka pintu, dia pun dapat melihat gambaran Rini berpelukan dengan Arif.Jantung Arif berdebar kencang. Dia bahkan tidak berani bernapas dengan terlalu kencang. “Kak Rini, kamu jangan bandel lagi!”Kalau sampai kepergok oleh Sari, belum pasti Sari akan menghukum Rini, tetapi Sari pasti akan memukul Arif fan mengusirnya keluar dari rumah. Pada saat itu, Arif-lah yang akan dipermalukan.“Kenapa kamu malah takut sama dia?” Rini berusaha untuk menenangkan Arif. Kemudian, terdengar nada bicara tinggi dari luar pintu. “Ibu, aku dan Arif lagi ngomong masalah serius. Kalau kamu ikut campur, bisa jadi malah nggak akan berhasil!”Di luar pintu, Sari sungguh kelihatan galau. Dia merasa Rini dan Arif sedang melakukan hal buruk di dalam kamar. Namun setelah dipikir-pikir, ada dia yang berjaga di depan pintu, mereka berdua seharusnya tidak akan melakukan hal di luar batas. Sari sungguh berharap Rini bisa berhasil mencari tahu cara Arif menca

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status