Vroom – vroom … “Nah, sekarang … kita akan pergi kemana?”Selesai makan, Angel dan teman – temannya langsung kembali ke mobil dengan Samuel sebagai supirnya. Davin sebagai supir cadangan, duduk tepat disamping Samuel. Kemudian, Cassey dan Fanny berada di kursi tengah, dan Angel berada di kursi paling belakang seorang diri. “Hmm … sebentar,” kata Angel.Bergegas, Angel mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tas. Lalu, ia pun melihat kearah ponselnya. “Hmm, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Tiga jam lagi, kita harus sudah tiba di bandara. Kalau seandainya kita mencari Chelsea sekitar satu atau satu setengah jam lagi, apakah mungkin, Vin?” tanya Angel, menoleh kearah Davin. “Hmm … maaf kalau saya lancang, Nona, tapi … sepertinya itu tidak mungkin. Begini, target awal kita untuk sampai ke Venezuela itu tepat di pukul enam sore. Yah, memang jarak kita sekarang menuju bandara hanya memakan waktu dua jam saja. Akan tetapi …,” “Hmm …, Benar juga. Ini sudah pukul tiga
Perlahan, Michael menceritakan tentang pertemuannya dengan Chelsea, sampai akhirnya dia berpisah. Joe mencoba fokus mendengarkan cerita Michael dengan raut wajah yang serius dan tak berpaling sedikitpun. “Nah, jadi seperti itu, Joe. Chelsea tidak ingin kalau Nona Angel termasuk kamu, mengetahui kalau saya bertemu dengannya beberapa jam yang lalu. Dia juga …,” “Lalu, bagaimana, Tuan!? Apakah dia baik – baik saja!? Kemana dia akan pergi, Tuan!? Ayo kita berangkat sekarang, Tu …,” “Eitttsss … ssttt! Sebentar dulu, kamu ini main potong – potong saja! Saya belum selesai bicara, lho!” kesal Michael. “Maaf, Tuan, saya terbawa suasana tadi,” sahut Joe, menundukkan kepalanya. “Hadeh … sabar dulu, saya belum selesai bicara! Nah, jadi … Chelsea dalam keadaan baik. Yah, walaupun sempat hampir ditabrak oleh mobil, tapi berhasil di …,” “Apa?! Jadi bagaimana kondisinya, Tuan!? Apakah ada yang luka atau ba …,” “Ck! Hei! Bisa tidak, kalau saya sedang berbicara, kamu dengarkan te
“Hah? Serius? Perasaan kemarin saya baru saja terbang ke Venezuela di jam yang sama. Kenapa tidak bisa?” “Maaf, Nona, cuaca sedang tidak bagus dan … terdapat beberapa masalah di unit pesawat yang akan terbang kesana. Jika berkenan, anda bisa datang lagi besok pagi,” “Besok? Apakah tidak bisa hari ini, Tuan? Tolong dong, saya sangat terburu – buru sekali ini … saya harus hadir di acara pemakaman Ibu saya,” “Saya mengerti, Nona, tetapi memang begitu adanya. Tidak ada unit lagi yang akan terbang kesana hari ini dan terakhir, baru saja terbang beberapa jam yang lalu ….”Seketika, William dan Sonia beserta Aaron langsung menoleh kearah wanita yang tengah berdebat dengan Airline Ground Staff, seorang pria yang bertugas menyampaikan informasi tentang jadwal penerbangan, penjualan tiket dan lain – lain. “Jadi bagaimana? Masa’ saya harus menunggu sampai besok? Tolong dong, coba kalau kamu berada di posisi saya … bagaimana perasaan kamu?” “Iya, Nona, saya tahu perasaan anda bagai
“Hufffttt … kenapa anda tak mengatakan ini sejak dari tadi, Tuan? Saya lelah menghubungi Chelsea sambil mengelilingi kota seharian dan … ternyata ponselnya sudah dijual? Hadehh …,”Terlihat raut wajah Joe yang sudah lesu dengan nada bicara yang sudah terlamat melambat. Tak sedikitpun wajahnya menoleh kearah Michael saking terempasnya. “Yee … mana saya tahu! Nona Angel dan teman – temannya yang lain juga tak memberitahu saya. Yah sudah, kalau semisal kita berkeliling sekali lagi bagaimana? Harap – harap kita bisa menemukan Chelsea,” kata Michael mencoba member semangat pada Joe. “Harap – harap bisa menemukan Chelsea? Kalau … tidak ketemu juga, Tuan? Bagaimana?” tanya Joe dengan nada pelan sambil termenung menatap kearah luar mobil. “Saya akan menghubungi Nona Angel untuk mempertanyakan itu. Lagi pula, sampai saat ini mereka masih terus mencari Chelsea,” jawab Michael. “Hufffttt … yah sudah, saya ikut saja. Lalu, kemana kita akan pergi sekarang, Tuan?” “Kita coba telus
“Yah, Bu, aku ke toilet sebentar ya,” “Hmm? Yah sudah, tapi jangan lama – lama loh … makanannya keburu dingin nanti,” “Iya, sebentar doing kok …,” “Kak Elena, aku ikut ya …,” “Hmm? Ayo!”Terlihat seorang wanita cantik berkulit putih tinggi dengan rambut kuning kecoklatan menjuntai mengenakan setelah Shift-Dress hitam. Ia bernama Elena Heaven Haward, bersama dengan keluarganya tengah menikmati makanan di restoran itu sembari menunggu jadwal penerbangan. “Kak, itu apa!?” tanya adik perempuan Elena, bernama Cheryl Nicole Haward, sambil menunjuk kearah pintu dapur. “Hmm?”Baru saja Elena dan Cheryl keluar dari toilet, tiba – tiba Cheryl melihat kerumunan orang dari arah sebelah kanan. Sontak, Elena langsung menoleh kearah kerumunan itu. Lalu, Elena mengercitkan keningnya sembari terus melihat, “Aaron, bukan?” “Aaron? Aaron siapa, Kak?” “Ah, teman kakak, Cher … hmm, bagaimana kalau kita kesana sebentar?”Tak tahu apa yang terjadi, Cheryl hanya diam dan menganggu
“Eh! Kamu yang bener aja!” “Benar, Nona … sepertinya saya tahu dimana Chelsea, tapi … ini masih berdasarkan tebakan saya. Jika anda ingin menyusul, saya akan mengirimkan lokasinya. Saya sedang dalam perjalanan menuju kesana,” “Y – yah sudah, kirim sekarang,” “Baik, Nona.”Tepat pukul enam sore menjelang malam, tiba – tiba saja Michael menghubungi Angel. Dia mengatakan kalau dirinya mengetahui lokasi keberadaan Chelsea. “Ada apa, Ngel?” tanya Cassey, yang sejak dari tadi memperhatikan dan mendengarkan Angel. “Michael mengatakan kalau dia tahu, dimana Chelsea,” jawab Angel dengan sedikit terlihat santai. “Loh! Lalu bagaimana? Dimana dia sekarang, Ngel?” tanya Fanny, meneruskan perkataan Cassey. “Hmm …, ngga tahu. Michael akan mengirimkan lokasinya padaku, Cass,” kata Angel, masih terlihat santai. “Lalu? Mengapa kamu terlihat santai sekali, Ngel?” tanya Samuel dari arah depan. “Lah? Terus? Aku harus apa? Panik?” “Hah? Ya setidaknya bahagia begitu?” “L
“Eh, kamu serius … hmm, siapa tadi? Elena?” “Lah, iya dong, Tuan … malah saya juga sudah banyak berbicara dengannya tadi ….”William terkejut setengah mati, mendengar apa yang dikatakan Aaron. Akan tetapi, dia masih belum sepenuhnya percaya dan bertanya kembali pada Elena dan saat Elena mengiyakannya, “Sial! Kenapa kalian tidak bilang dari tadi!” bentak William. “Saya sudah berusaha memberitahu kamu sejak tadi William … tapi kalian malah asik berkenalan!” kesal Aaron. “Ck! Hmm … ba … hmm … bagaimana? Hmm … ah! Aaron, bagaimana kalau kamu perintahkan untuk membatalkan penerbangan pesawat itu?” “Hmm … sepertinya tidak bisa, Will. Kalau lima menit sebelum persiapan untuk lepas landas, kemungkinan bisa. Sepertinya, pesawat sudah siap – siap untuk lepas landas, atau mungkin sudah lepas landas …,” “Ck! Hissssh! Kemana rute penerbangannya!?” “Ve …,” “Eh, tunggu – tunggu! Sebenarnya ini ada apa sih!?”Sejak tadi, Sonia hanya diam sembari memandangi William dan Aaron
“Aaarrrggghhh, tolooong!” “Tolooong!” “Mohon perhatian, semuanya langsung berlari ke pintu darurat!” “Aaarrrgggh!” “Hmm?” Jegeeer! Duaaarrr! Bip … bip … bip … “Eh!? Ada apa ini!?”Suasana hening nan tenang diiringi suara tipis mesin pesawat dan cahaya yang sedikit redup, kiri berubah menjadi menegangkan dan memerah. Chelsea yang awalnya tengah tertidur dalam kondisi duduk, seketika terbangun dan melihat kalau semua orang sedang berlarian kesana – kemari dengan alarm bahaya berbunyi dan lampu berwarna merah berkedip beberapa kali, menandakan kalau kondisi pesawat sedang tidak baik – baik saja. “Eh, hmm … maaf, Nona, i – ini ada apa, ya?” tanya Chelsea, berdiri dari tempat duduknya dan menghentikan seorang wanita paruh baya yang tengah berlari kearahnya. “Baling – baling pesawat tersambar petir! Cepat selamatkan di …,” Duaaarrr!!! “Aaarrrggghhh!” “Aaarrrggghhh!” “Aaarrrggghhh!” “Hmm? Eh, Nona, anda kenapa?” “Eh? Ah, ng – nggak apa – apa, Nyo