“Hah? Serius? Perasaan kemarin saya baru saja terbang ke Venezuela di jam yang sama. Kenapa tidak bisa?” “Maaf, Nona, cuaca sedang tidak bagus dan … terdapat beberapa masalah di unit pesawat yang akan terbang kesana. Jika berkenan, anda bisa datang lagi besok pagi,” “Besok? Apakah tidak bisa hari ini, Tuan? Tolong dong, saya sangat terburu – buru sekali ini … saya harus hadir di acara pemakaman Ibu saya,” “Saya mengerti, Nona, tetapi memang begitu adanya. Tidak ada unit lagi yang akan terbang kesana hari ini dan terakhir, baru saja terbang beberapa jam yang lalu ….”Seketika, William dan Sonia beserta Aaron langsung menoleh kearah wanita yang tengah berdebat dengan Airline Ground Staff, seorang pria yang bertugas menyampaikan informasi tentang jadwal penerbangan, penjualan tiket dan lain – lain. “Jadi bagaimana? Masa’ saya harus menunggu sampai besok? Tolong dong, coba kalau kamu berada di posisi saya … bagaimana perasaan kamu?” “Iya, Nona, saya tahu perasaan anda bagai
“Hufffttt … kenapa anda tak mengatakan ini sejak dari tadi, Tuan? Saya lelah menghubungi Chelsea sambil mengelilingi kota seharian dan … ternyata ponselnya sudah dijual? Hadehh …,”Terlihat raut wajah Joe yang sudah lesu dengan nada bicara yang sudah terlamat melambat. Tak sedikitpun wajahnya menoleh kearah Michael saking terempasnya. “Yee … mana saya tahu! Nona Angel dan teman – temannya yang lain juga tak memberitahu saya. Yah sudah, kalau semisal kita berkeliling sekali lagi bagaimana? Harap – harap kita bisa menemukan Chelsea,” kata Michael mencoba member semangat pada Joe. “Harap – harap bisa menemukan Chelsea? Kalau … tidak ketemu juga, Tuan? Bagaimana?” tanya Joe dengan nada pelan sambil termenung menatap kearah luar mobil. “Saya akan menghubungi Nona Angel untuk mempertanyakan itu. Lagi pula, sampai saat ini mereka masih terus mencari Chelsea,” jawab Michael. “Hufffttt … yah sudah, saya ikut saja. Lalu, kemana kita akan pergi sekarang, Tuan?” “Kita coba telus
“Yah, Bu, aku ke toilet sebentar ya,” “Hmm? Yah sudah, tapi jangan lama – lama loh … makanannya keburu dingin nanti,” “Iya, sebentar doing kok …,” “Kak Elena, aku ikut ya …,” “Hmm? Ayo!”Terlihat seorang wanita cantik berkulit putih tinggi dengan rambut kuning kecoklatan menjuntai mengenakan setelah Shift-Dress hitam. Ia bernama Elena Heaven Haward, bersama dengan keluarganya tengah menikmati makanan di restoran itu sembari menunggu jadwal penerbangan. “Kak, itu apa!?” tanya adik perempuan Elena, bernama Cheryl Nicole Haward, sambil menunjuk kearah pintu dapur. “Hmm?”Baru saja Elena dan Cheryl keluar dari toilet, tiba – tiba Cheryl melihat kerumunan orang dari arah sebelah kanan. Sontak, Elena langsung menoleh kearah kerumunan itu. Lalu, Elena mengercitkan keningnya sembari terus melihat, “Aaron, bukan?” “Aaron? Aaron siapa, Kak?” “Ah, teman kakak, Cher … hmm, bagaimana kalau kita kesana sebentar?”Tak tahu apa yang terjadi, Cheryl hanya diam dan menganggu
“Eh! Kamu yang bener aja!” “Benar, Nona … sepertinya saya tahu dimana Chelsea, tapi … ini masih berdasarkan tebakan saya. Jika anda ingin menyusul, saya akan mengirimkan lokasinya. Saya sedang dalam perjalanan menuju kesana,” “Y – yah sudah, kirim sekarang,” “Baik, Nona.”Tepat pukul enam sore menjelang malam, tiba – tiba saja Michael menghubungi Angel. Dia mengatakan kalau dirinya mengetahui lokasi keberadaan Chelsea. “Ada apa, Ngel?” tanya Cassey, yang sejak dari tadi memperhatikan dan mendengarkan Angel. “Michael mengatakan kalau dia tahu, dimana Chelsea,” jawab Angel dengan sedikit terlihat santai. “Loh! Lalu bagaimana? Dimana dia sekarang, Ngel?” tanya Fanny, meneruskan perkataan Cassey. “Hmm …, ngga tahu. Michael akan mengirimkan lokasinya padaku, Cass,” kata Angel, masih terlihat santai. “Lalu? Mengapa kamu terlihat santai sekali, Ngel?” tanya Samuel dari arah depan. “Lah? Terus? Aku harus apa? Panik?” “Hah? Ya setidaknya bahagia begitu?” “L
“Eh, kamu serius … hmm, siapa tadi? Elena?” “Lah, iya dong, Tuan … malah saya juga sudah banyak berbicara dengannya tadi ….”William terkejut setengah mati, mendengar apa yang dikatakan Aaron. Akan tetapi, dia masih belum sepenuhnya percaya dan bertanya kembali pada Elena dan saat Elena mengiyakannya, “Sial! Kenapa kalian tidak bilang dari tadi!” bentak William. “Saya sudah berusaha memberitahu kamu sejak tadi William … tapi kalian malah asik berkenalan!” kesal Aaron. “Ck! Hmm … ba … hmm … bagaimana? Hmm … ah! Aaron, bagaimana kalau kamu perintahkan untuk membatalkan penerbangan pesawat itu?” “Hmm … sepertinya tidak bisa, Will. Kalau lima menit sebelum persiapan untuk lepas landas, kemungkinan bisa. Sepertinya, pesawat sudah siap – siap untuk lepas landas, atau mungkin sudah lepas landas …,” “Ck! Hissssh! Kemana rute penerbangannya!?” “Ve …,” “Eh, tunggu – tunggu! Sebenarnya ini ada apa sih!?”Sejak tadi, Sonia hanya diam sembari memandangi William dan Aaron
“Aaarrrggghhh, tolooong!” “Tolooong!” “Mohon perhatian, semuanya langsung berlari ke pintu darurat!” “Aaarrrgggh!” “Hmm?” Jegeeer! Duaaarrr! Bip … bip … bip … “Eh!? Ada apa ini!?”Suasana hening nan tenang diiringi suara tipis mesin pesawat dan cahaya yang sedikit redup, kiri berubah menjadi menegangkan dan memerah. Chelsea yang awalnya tengah tertidur dalam kondisi duduk, seketika terbangun dan melihat kalau semua orang sedang berlarian kesana – kemari dengan alarm bahaya berbunyi dan lampu berwarna merah berkedip beberapa kali, menandakan kalau kondisi pesawat sedang tidak baik – baik saja. “Eh, hmm … maaf, Nona, i – ini ada apa, ya?” tanya Chelsea, berdiri dari tempat duduknya dan menghentikan seorang wanita paruh baya yang tengah berlari kearahnya. “Baling – baling pesawat tersambar petir! Cepat selamatkan di …,” Duaaarrr!!! “Aaarrrggghhh!” “Aaarrrggghhh!” “Aaarrrggghhh!” “Hmm? Eh, Nona, anda kenapa?” “Eh? Ah, ng – nggak apa – apa, Nyo
“Huaaahh, hmm ….”Chelsea terbangun dari tidur karena sempat bermimpi aneh. Ia termenung sambil menatap kearah luar jendela tepat disampingnya, memandangi awan – awan. “Permisi, Nona …,”Ditengah renungan itu, tiba – tiba seorang pramugari menghampiri sembari membawa beberapa roti dan minuman yang diletakkan diatas tray. Spontan, Chelsea langsung berbalik dan langsung menyapa balik, “Iya, ada ap … eh, Lyodra!?” “Hmm? Iya, Nona? Kok …?”Graabb!!!Tanpa banyak berbicara, Chelsea langsung memeluk Pramugari itu dengan erat. Namun, si Pramugari itu terlihat kebingungan dan langsung mendorong pelan tubuh Chelsea, menjauh darinya. “Maaf, Nona, anda siapa!?” kesal Pramugari itu bertanya pada Chelsea. “Eh? Kamu tidak ingat padaku?” tanya Chelsea, terkejut mendengar perkataan Pramugari itu. “Maaf sekali lagi, Nona, saya tidak mengenal anda. Memangnya anda siapa, ya?” tanya Pramugari itu sambil mengernyitkan keningnya. “Ini aku, Lyodra … ini aku, Chelsea! Masa’ kamu tidak
“Yah, mungkin seperti itu kejadiannya dan …,” “Lyodra, ayo,” “Eh, iya. Hmm, Chel, aku pergi dulu ya. Lain kali, kita ngobrol lagi. Nomorku disimpan saja,” “Iya, Lyodra.”Tepat pada pukul Sembilan malam, si Pramugari itu dipanggil oleh salah seorang temannya. Baru bertemu beberapa menit setelah sekian tahun tidak bertemu, akhirnya mereka berpisah kembali. Lyodra yang merupakan seorang Pramugari pesawat itu ternyata sahabat Chelsea saat kecil. Chelsea bertemu dengan Lyodra, saat Lyodra bermain di salah sebuah taman bermain di Venezuela bersama dengan kedua orang tuanya. Saat itu, banyak sekali anak ditemani oleh orang tuanya tengah bermain di taman bermain itu. Namun, ada seorang anak perempuan kecil berpakaian sedikit kusam yang tengah berdiri sendiri diluar taman bermain. Ia sedang memperhatikan anak – anak lain yang sedang bermain disana dengan perasaan bahagia. Tiba – tiba, Lyodra kecil yang tengah bermain di sebuah ayunan seketika menghentikan ayunannya dan matanya tertuju