“Maaf, tadi Chelsea berpesan kalau dia sedang mengunjungi salah satu teman lamanya, Tu ... ah, Pak,” sahut Joe.Angel yang tadinya sedang berpikir keras mencari alasan, seketika menatap wajah Joe. Dia merasa sedikit terbantu dengan adanya jawaban dari Joe. “Ah. Iya, Pak, saya hampir saja lupa,” sahut Angel sambil menyeringai dan menggaruk kepalanya. “Ah, begitu ...,” “Oh iya, Pak, sejak awal kami tiba disini, kami belum memperkenalkan diri sebelumnya. Saya Angel dan ...,” “Saya, Cassey, Pak ....” Seluruh teman – teman Angel dan juga William bersama dengan Sonia memperkenalkan diri mereka masing – masing sambil berjabat tangan dengan Ayahnya Chelsea. Lalu, saat giliran Joe untuk memperkenalkan dirinya, “Oh iya, Pak, itu, Joe ... dia adalah kekasihnya Chelsea,” kata Angel. “Ah, iya, Pak, salam kenal ... saya, Steve Joe,” sahut Joe sambil berjabat tangan dengan Ayahnya Chelsea dan sedikit membungkukkan tubuhnya. “Wah ... ternyata Chelsea punya kekasih juga, ya, hah
“Hufffttt ... kira – kira, apa yang bisa dikerjakan untuk menghasilkan uang, ya?”Waktu menunjukkan pukul setengah dua siang. Camille dan teman – temannya masih berada di sebuah cafe yang tak jauh dari rumah Angel setelah puas menemukan rumah Angel. Mereka berkumpul sembari berbicara santai setelah selesai menikmati makan siang. “Ya kerja lah,” sahut Sherly. “Shruuupp! Ck! Ahh ... masalahnya, apa yang mau dikerjakan wahai Nona Sherly yang cantik jelita ...,” kata Camille sambil meminum segelas kopi hangat. “Mungkin, kamu bisa coba bertanya pada took yang ada di seberang kampus. Siapa tahu mereka mencari orang untuk dipekerjakan,” kata Hanny. “Wah, bagus sekali saran kamu. Dengan begitu, aku menjadi junior di took itu ... dengan Chelsea dan Fanny sebagai seniorku? Kamu mau melihat seorang teman kamu menjadi budak disana?” tanya Camille. “Loh, bagus dong!? Dengan begitu, kamu bisa menunjukkan ke mereka, kalau kamu itu sudah berubah dan ... ya, siapa tahu mereka ingin
“Ini, Pak ...,” “Terima kasih, Nona.”Pukul dua siang, Sherly pun tiba di rumahnya menggunakan taksi. Tak disangka, rumah milik Sherly ternyata cukup mewah. Jika dilihat dari jarak gerbang menuju rumahnya sekitar sepuluh meter lebih. Terdapat satu bangunan rumah berwarna putih cerah dengan dua lantai ruangan dan rooftop yang bisa digunakan untuk bersantai. Ada tiga kamar yang ditempatkan pada lantai dua rumah. Dibagian sebelah kiri rumah terdapat garasi dengan kapasistas empat mobil Sport. “Mami, kenapa tiba – tiba datang kesini?”Setibanya Sherly di depan rumahnya, dia pun bergegas masuk ke dalam rumah dan ternyata benar, Ibu dan Ayahnya sudah menunggunya di dalam rumah. “Ah, Lily ... apa kabar?” tanya Ibu Sherly, berdiri dan memeluknya. “Aku baik, kok. Hmm ... ada perlu apa Papi dan Mami datang kesini?” tanya balik Sherly, melepas pelukan Ibunya. “Loh, memangnya tidak boleh kalau Mami ingin melihat putri kecil Mami? Mami sangat rindu sekali padamu, Lily,” kata Ibu S
“Kakak, kita sedang apa di lapangan seperti ini?” “Hmm? Ini bukan lapangan, Lily. Ini adalah lahan kosong yang nantinya akan dibangun sebuah rumah. Nah, kebetulan Kakak merancang bentuk rumah itu dan sedikit memberikan gambaran pada pemiliknya ...,” “Hmm ..., mengapa harus Kakak yang melakukannya? Bukankah disini sudah banyak orang?” “Mereka – mereka itu sudah memiliki tugasnya masing – masing, Lily. Lagi pula, Kalau bukan Kakak yang melakukannya, lalu siapa nanti yang akan membelikanmu Ice-Cream dan permen?”Dua belas tahun yang lalu adalah tahun dimana Sherly masih berusia sembilan tahun. Itu adalah kali pertama dia menyaksikan Kakaknya yang tengah berbincang dengan orang – orang dewasa, membahas mengenai pembangunan rumah dengan Kakak Sherly sebagai perancang bangunan. Sherly dan Alan tinggal bersama Nenek mereka di sebuah kota terpencil setelah kedua Orang tua mereka pergi meninggalkan mereka sejak Sherly masih berusia empat tahun. Nenek mereka mengatakan kalau Orang tu
“Eh, besok kita masuk kuliah, ya?” “Hmm ..., sepertinya begitu, Ngel. Eh, kita ngga ada tugas ‘kan ya?” “Ngga tahu deh.”Setelah berpisah dengan William yang memilih untuk tinggal di Bandara bersama Sonia dan Aaron, Angel dan teman – temannya memilih untuk langsung pulang. Dalam perjalanan pulang, mereka pun berbicara santai untuk mengisi kesunyian saat itu. “Oh iya, Ngel, kalau dipikir – pikir ... bagaimana ceritanya kamu bisa hampir dipukul oleh si Gendut itu?” tanya Cassey. “Hmm? Ngga tahu sih, aku hanya mengatakan kalau dia itu gendut dan ... yah, dia langsung marah dan memukulku. Untung saja ada Samuel-ku sayang, iya ‘kan, Sayang?” tanya Angel pada Samuel sambil tersenyum. “Woi ...,” sahut Fanny menatap sinis kearah Angel. “Hehe, becanda ...,” “Eh, tapi ... kalau berbicara tentang mereka ya, kenapa harus ruangan itu? Kenapa tidak diruangan lain saja begitu?” tanya Chelsea. “Ya ... secara ‘kan mereka itu si ‘Anak’ SANG PEMILIK restoran! Harga diri dooo
Brum brum ... “Pi, Mi, mau pesan apa?”Pukul tujuh malam, Sherly bersama dengan Orang tuanya tiba di sebuah restoran yang sedikit jauh dari rumahnya. Terlihat, restoran itu berada di tepi jalan bersebrangan dengan pantai. “Hmm ..., Mami pesan makanan yang ringan-ringan saja, Ly,” sahut Mami-nya Sherly. “Papi juga sama. Tadi diperjalanan menuju ke rumah kamu, Papi dan Mami sudah makan juga,” kata Papi-nya Sherly. “Hmm, yah sudah, aku pesankan dulu. Oh iya, aku ingin ke toilet sebentar.”Sherly dan Orang tuanya berkumpul di satu meja makan di lantai dua restoran dengan pemandangan langsung mengarah ke pantai dengan sedikit pembatas kaca yang tidak terlalu menghalangi pemandangan. “Hai, Mi, Pi, lagi liatin apaan, sih?”Tak lama kemudian, Sherly kembali dari toilet dan bergabung bersama dengan Orang tuanya dan bersamaan dengan itu, makanan mereka pun tiba. “Hah? Hmm, ng-nggak ... nggak ada kok. Mami sedang menikmati pemandangan saja. Ayo makan, keburu dingin nanti maka
“Vin! Nih ya, aturan di rumah ini. Pertama, kita semua ini sama! Sudah? Kedua, ngga perlu se-formal itu kali! Aku tuh kadang risih tahu kalau kamu memanggilku dengan sebutan NONA begitu! Panggil Angel saja,” kesal Angel. “Tuh, dimarahi atasan ‘kan? Aku bilang juga apa, jangan terlalu formal kalau bicara padanya, Vin, hahaha ...,” sahut Samuel.Davin terbilang seorang Pria yang sangat kaku layaknya seperti ‘Robot’. Dia tipe pekerja yang sangat patuh terhadap peraturan dan sangat menghormati atasan. Terlebih lagi kalau Atasannya itu adalah seorang Wanita. Davin hanya tersenyum dan mengangguk saja mendengar perkataan Angel dan Samuel. “Hmm ..., yah sudah, boleh lah kalau begitu. Kamu bisa mengajak Cassey untuk ...,” “Eh, kenapa aku!?” Cassey yang tadinya baru saja berdiri dari sofa dan ingin pergi ke Dapur untuk mengambil segelas air, seketika berhenti dan menoleh kearah Angel. “Lah, si Davin nggak tahu kali makanan apa yang akan dibeli. Ya ..., kamu ‘kan tahu tuh makanan ya
“Oh iya, kalau Mami tidak salah, kamu tadi bilang kalau kamu kenal dengan Pemilik Hotel Mendez itu ya, Lily?”Setelah selesai menikmati makan malam bersama, Sherly dan Orangtuanya pun kembali ke mobil dan berangkat pulang. Diperjalanan, Mami Sherly penasaran dengan perkataannya tentang Sherly yang mengatakan kalau dia mengenal Angel. “Ya, aku kenal dengan Pemiliknya. Kenapa, Mi?” tanya balik Sherly. “Kira-kira orangnya seperti apa, Ly? Apa dia tampan?” tanya Mami-nya Sherly. “Tampan? Dia Wanita lah, Mami. Dia teman sekelasku di Kampus. Aku nggak tahu bagaimana ceritanya dia bisa membeli Hotel itu,” jawab Sherly. “Loh? Wanita? Teman sekelas kamu, Ly? Ah, yang benar saja kamu! Uang darimana coba anak muda seperti itu,” kata Mami Sherly terkejut. “Nggak tahu. Yang jelas, dia sudah punya rumah sendiri, bahkan lebih besar dan lebih mewah dari rumahku, Mi. Siang tadi, aku baru saja ke rumahnya dan setelah itu, aku dan teman-teman pergi ke Cafe, lalu Mami menelfon,” jelas