Sherly langsung berlari masuk ke dalam kantor itu, diikuti oleh Camille dan Hanny yang masih terlihat bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya.Beberapa langkah mereka masuk ke dalam kantor, mereka melihat seorang pria muda yang mungkin tak asing lagi bagi mereka. Pria itu sesekali mengintip ke dalam sebuah ruangan, lalu memalingkan lagi pandangnya. “Sam! Dimana ruangannya!?” “Eh, ka-kalian kenapa ada disini!?” “Dimana ruangannya! Cepat!!!” “I-ini ....”Sherly pun langsung bergegas membuka pintu ruangan dan kemudian masuk ke dalam. Camille dan Hanny masih terlihat bingung saat itu. “Sam, ada apa sih?” tanya Camille, berbisik pada seorang Pria muda yang ternyata adalah Samuel. “Kalian kenapa ada disini!? Ck!” Samuel langsung terlihat panik melihat mereka. “Nggak tahu, cek ada ke dalam,” lanjutnya.Camille menjadi ragu saat itu setelah melihat orang-orang yang ada di dalam ruangan. Lalu, pandangannya terhenti saat melihat seorang Wanita muda yang sedang ber
Pukul delapan malam. Perlahan, mata Sherly pun terbuka. Samar-samar, tubuhnya merasa dingin dengan pandangannya melihat seperti cahaya putih. “A – aku … d – dimana ini?” “Hmm? Eh, Sherl!? Kamu sudah sadar?”Merasa ada pergerakan dari tempat Sherly, Hanny yang sedang melipat kedua tangannya di tempat tidur Sherly dan menyandarkan kepala sambil memejamkan mata, seketika langsung terbangun. “I – ini dimana, Hann?” tanya Sherly, terbaring di atas tempat tidur. “Ini di rumah sakit. Sini, ku bantu …,” jawab Hanny, berdiri dan membantu Sherly untuk bangkit dan duduk di tempat tidur. “Aaaghhh, sshhhh … a – aduh …,” “Pelan-pelan ….”Hanny mengambilkan sebotol minuman yang terletak di atas meja kecil tepat di samping tempat tidur Sherly, lalu membukanya dan memberikannya pada Sherly. “Ssrrruphh … ck! Ahhh … hmm …, kenapa aku bisa disini?” tanya Sherly, perlahan menutup kembali botol minumannya. “Ah, sini biar aku saja. Tadi itu, kamu tiba-tiba nggak sadarkan
Baru saja Angel ingin berlagak sok di depan Samuel dan lainnya, tiba-tiba saja suara perutnya berbunyi. Joe yang melihat itu langsung tersenyum kecil sambil menepuk keningnya. “Tuh, kamu belum makan, ‘kan? Ini makan dulu, kami beli banyak,” kata Samuel. “Hehehe …, boleh deh, mumpung gratis, hihi ….”Angel pun duduk dan bergabung bersama dengan Samuel dan yang lainnya di lantai dan menikmati makan malam bersama. “Joe, sini makan juga, jangan malu-malu ah!” kata Samuel. “Ah, tidak, Sam, saya sudah makan tadi,” jawab Joe, menarik satu buah kursi dan duduk di samping pintu masuk. “Ah, bohong, Sam! Nyam – nyam … dia juga belum makan tuh!” sahut Angel, sambil mengunyah makannya. “Tuh ‘kan, ini makan, keburu habis loh!” kata Samuel. “Hahaha … ngga, duluan saja. Lagi pula, kalau saya ikut, nanti makanannya habis loh …,” kata Joe. “Lah, ini masih banyak! Ck! Sudah sini!” “Ah, yaudah boleh!” ‘Pfffttt … hahaha … mereka random banget sih ….’ bisik Sh
Pukul sepuluh malam, Angel dan yang lain pun telah selesai makan dan mereka pun hanya berbicara santai malam itu. “Hahaha … iya, mungkin bisa begitu sih. Eh, udah jam sepuluh nih, aku pamit pulang dulu ya, Chelsea dan yang lainnya udah nungguin.”Ditengah pembicaraan, Angel pun memutuskan untuk pulang saat itu karena hari sudah mulai larut. “Oh, yaudah, Ngel, makasih ya udah mau mampir kesini …,” sahut Sherly, duduk di tempat tidur. “Ah, sama-sama, Sherl …,” kata Angel sambil tersenyum. “Oh iya, besok kita masuk ‘kan ya? Hmm, bolos sehari boleh kali ya, Sherly sendirian juga disini ‘kan … ngga ada yang nemenin,” kata Camille. “Boleh kok. Nanti aku kasih tahu kalau misalkan ada tugas ….” Angel berdiri sambil mengangkat tas miliknya dan mengenakann
“Eh, Tuan? Belum tidur, Tuan?” Dua orang timnya yang menjaga pintu kamar Tuan Faena terkejut melihat pintu kamar tiba – tiba terbuka dan yang membuka itu adalah Tuan Faena. “Kalian berdua!” “Ya, Tuan?” Grabbb! Brak!!! “Aaarrrghhh! T – Tuan … a – apa … a – ada apa, T – Tuan!?”Tuan Faena langsung mencekik leher salah seorang timnya dan mendorongnya ke dinding Hotel yang sedang berdiri dihadapannya. Dia terlihat sangat marah sampai matanya memerah. “T – Tuan, a – ada apa, Tuan …,” kata salah seorang timnya yang lain, mencoba melerai Tuan Faena. “Diam kamu! Si Bajingan ini yang sudah mengadu ke anak – anakku sampai mereka terlibat di masalah tadi! Iya, ‘kan!?” benta
Pukul tujuh pagi. Angel dan teman-temannya tiba di kampus. Mereka melakukan aktivitas seperti biasa di kampus sampai selesai. Setelah mata kuliah selesai, Angel dan teman-temannya berpisah di gerbang kampus. Chelsea dan Fanny pergi ke toko yang ada di seberang kampus sebelah kiri, dan Cassey pergi ke Laundry yang ada di seberang kampus sebelah kanan. Seperti biasa, ketika teman-temannya pergi bekerja, tersisa Angel yang tidak tahu ingin pergi kemana dan melakukan apa.Berawal memiliki kesibukan dengan berkeliling kota sambil mencari barang bekas dan menjualnya, lalu uang yang didapat digunakan untuk kebutuhan seperti makan dan lain sebagainya. Sekarang, terbilang Angel sudah memiliki segalanya, seperti rumah mewah, mobil dan uang yang tak tahu batas akhirnya. Tak perlu repot berkeliling kota, hanya dengan menghembuskan napasnya, uang yang sangat banyak akan masuk ke rekening dengan sendirinya. Ditambah dengan adanya Joe. Angel bahkan tidak melakukan apa – apa, karena Jo
Samuel dan Davin kembali dikagetkan dengan perkataan Angel. Berawal saat tahu kalau keluarganya ternyata sangat kaya, Angel menghabiskan banyak uang dengan membeli rumah mewah, beberapa mobil mahal, lalu pakaian dan lain sebagainya. Dia terlihat santai dan tak pernah melontarkan perkataan yang terkesan pasrah. “Ngel, setan mana yang merasukimu? Pulang dari kampus, muka terlihat lemas dan … bosan, lalu kok kayak … ya, orang yang lagi banyak masalah gitu, hahaha … apasih, Ngel,” sahut Samuel sambil tertawa. “Loh, hahaha … yah, benar nggak? Kalau saja aku udah bersyukur dengan apa yang udah aku miliki sekarang, pasti …,” “Eh, bentar dulu! Memang benar, tapi kok … kayak bukan Angel gitu loh, hahaha … mana Angel yang suka menghamburkan uang, beli rumah mewah, mobil mahal dan mentraktir teman-temannya, mana, hahaha …,” kata
Brum brum …Pukul dua belas siang, Angel keluar dari rumahnya menggunakan Hennessey Venom F5 miliknya. Sudah lama dia tak berkeliaran sendirian di jalan sambil mengemudi. “Hufffttt … oke, sekarang … mau kemana?” tanya Angel pada dirinya sendiri sambil mengemudi.Di perjalanan, dia mengemudi dengan tujuan yang masih tak diketahui. Dia sempat berpikir untuk pergi ke Rumah Sakit untuk menjenguk Sherly lagi. Akan tetapi, Dia berpikir lagi dan akhirnya pun dia memutuskan untuk tidak pergi ke Rumah sakit. Karena, tanpa Samuel dan Joe, mungkin saja dia bakal di tanya habis-habisan oleh Camille dan teman-temannya. Terlebih, memang saat itu dia sengaja pergi sendirian tanpa ditemani oleh siapapun. “Bodo’, ah! Kemana aja yang penting ngga bosen,” kata Angel pada dirinya sendiri. Angel pun memutuskan untuk pergi kemanapun yang dibawa oleh stir mobilnya. Dia sudah cukup hafal dengan jalanan di kota itu. Dengan begitu, dia tak perlu takut kalau dirinya akan tersesat nanti. Brum b