“Kiri, kanan, kiri, kiri, naik, turun. Oke, tadi itu kiri. Berarti, ini kanan.” kata Angel, sembari terus berlari.
“Hei! Berhenti!” bentak 3 orang pria, yang tiba-tiba muncul dari depan Angel, sembari mengacungkan pistol kearah Angel.
“Merunduk, nona!”
“Huwaaaaaaa!!!” teriak Angel, sembari merunduk, dan menutup kedua telinganya.
Dooor, Dooor!
Dooor, Dooor!
Dooor, Dooor!
Gubrak!
Ketiga pria itu, langsung tergeletak seketika.
“Ayo, nona! Kita tidak punya banyak waktu!” bentak petugas keamanan itu, sembari menarik tangannya Angel.
Mendengar itu, Angel langsung berdiri kembali, dan langsung berlari, dengan kondisi jantungnya yang tengah berdegup sangat kencang.
“Oke, kiri … Kanan … Ah, ini kiri.” kata Angel, yang sempat menghentikan langkahnya, karena sempat merasa bingung.
Kemudian, Angel melanjutkan kembali pelarianny
“Jadi begini, Will. Tadi malam, aku bermimpi aneh.”“Bermimpi aneh? Aneh bagaimana, kak?”“Nah, di dalam mimpiku itu, aku dan …”Angel menceritakan, sebuah kejadian yang terjadi, di dalam mimpinya. Sampai sekitar hampir 30 menit, Angel selesai bercerita.“Hah? Hahaha … Ah, kakak mimpi, nih …” kata William, sembari tertawa pada Angel.“Lah? Kan, aku memang sedang bercerita, tentang apa yang ku alami, di dalam mimpiku, Will? Kan, sudah ku katakan, kalau aku sedang bermimpi tadi malam.”“Eh, bukan begitu maksudku, kak. Kakak mengatakan, kalau kakak bermimpi, kakak di culik oleh seorang pria, mengenakan jubah hitam, dengan sebuah topeng yang terpasang di wajahnya. Dan, kakak mengatakan, kalau aku akan pulang hari ini, berpamitan dengan kakak dan juga yang lain, kemudian, Helikopterku meledak. Helikopterku meledak, itu adalah ulah dari pria berjubah hitam itu?
Kejadian demi kejadian, yang hampir, atau bahkan sama persis, dengan kejadian yang terjadi di mimpinya Angel, terjadi juga di dunia nyata. Mulai dari penjaga gerbang, yang tiba-tiba datang menghampiri William, Joe dan Samuel, mengatakan kalau, tadi malam, ada sebuah mobil mencurigakan di depan rumah Angel. Kemudian, Angel dan Chelsea pergi ke rumah Jordi, untuk meminta roti panggang, lalu kembali lagi ke rumah. Kemudian, setelah roti panggang yang dibawa Angel habis, William, Joe dan Samuel, pulang dengan membawa sarapan. Intinya, semua kejadian yang terjadi di rumah itu sebagaimana, kejadian yang ada di mimpinya Angel, terjadi juga di kehidupan nyatanya Angel. Lalu,“Ah, saya mengantuk, nih. Kak, aku ke kamar kakak, ya. Mau tidur dulu, hehe”William, langsung berlari naik ke lantai 3, dan langsung masuk ke kamar Angel, meninggalkan Angel dan yang lain.‘Tuh, kan. Kejadiannya, bahkan sama persis, loh? Kebetulan? Atau, memang ini pertanda?&rsquo
“Ah, kita masih disini kan, ya? Aku ingin ke toilet, nih. Sayang, temenin yuk.” kata Fanny.“Ah, aku juga ikut Fan. Sayang, kamu tidak ikut?” kata Chelsea, sembari bertanya kepada Joe.“Emm … Tidak deh, kalian saja, sayang. Aku disini saja, menemani nona Angel dan Cassey. Kamu dan Fanny, biar di temani oleh Samuel saja.” Jawab Joe.“Ah, yasudah. Ayo, Fan”Kemudian, Fanny, Samuel dan Chelsea, berjalan bersama, menuju toilet, yang ada di Hotel Mendez.Beberapa saat kemudian, baru saja mereka tiba di pintu keluar Hotel yang mengarah ke pantai, tiba-tiba,“Joe? Cassey? Eh, sayang, itu Joe dan Chelsea, bukan?” tanya Samuel pada Fanny, sembari menunjuk kearah pantai.“Eh? Iya loh, sayang. Itu Joe dan Cassey. Tapi, mengapa mereka tiduran di atas pasir seperti itu, ya?” jawab Fanny.“Eh, sepertinya sih, mereka bukan hanya sekedar tiduran di atas
“Eh? Aku, ada dimana? Dan … Eh? Kok, tanganku diikat begini? Tunggu dulu … Perasaan, di dalam mimpiku kemarin, Aku di culik, dan di letakan di sebuah ruangan yang sangat gelap, dengan tangan diikat dalam posisi berdiri, juga tak berbusana. Terus, mengapa sekarang, aku berada di sebuah gedung, dengan posisi tangan diikat, duduk di kursi, tapi masih memakai pakaianku? Kok beda?” tanya Angel, yang baru saja terbangun, di sebuah gedung rusak, kosong, sepi, dan sedikit kotor.Tap … tap … tap“Suara langkah kaki? Siapa?” bisik Angel, sembari memandang kearah depan.“Ah, ternyata kamu sudah bangun, Ngel. Bagaimana? Sudah puas tidurnya?” tanya seorang pria, memakai jubah hitam, dan juga memakai topeng, dengan 3 pria berbadan kekar, yang tengah berdiri di belakangnya.“Ace!? Kamu Ace, kan!? Apa yang kamu inginkan! Cepat lepaskan, aku!” bentak Angel pada pria itu.“Wow …
“Hah? Aku? Cemburu pada Camille? Dan, aku menyukaimu? Hahaha … Najis bagiku, menyukai pria brengsek sepertimu!!! Dan, bagaimana ceritanya, aku menjebloskan kamu ke penjara, hanya gara-gara hal sepele seperti itu? Hahaha … Ace-Ace … Kalau kamu ingin membela diri, setidaknya, berfikirlah terlebih dahulu, supaya bisa, mencari sebuah alasan, yang membuat semua orang, berpaling padamu.” kata Angel.“Ayah, Mike, kalian boleh pergi, sekarang! Tinggalkan aku berdua disini, bersama dengan Angel.” kata Ace.Mendengar itu, tuan Ford dan Mike, hanya bisa menganggukkan kepala mereka, dan menuruti perkataan Ace.Kemudian, setelah Ayah dan Mike, pergi meninggalkan Ace dan Angel, lalu,“Pfffttt … Hahaha … Angel … Kamu itu, memang gadis yang sangat cerdik. Selain kaya, kamu juga pandai dalam berkata-kata. Selain itu, aku tidak tahu ya, mengapa kamu bisa mengendalikan dirimu, dalam keadaan mabuk. Dan y
Beberapa saat, sebelum kejadian, di pagi hari …Cittt!Taksi berhenti, tepat di depan gedung rumah sakit.“Nih, pak, uangnya. Terima kasih.” kata William, sembari memberikan uang untuk supir taksi itu.“Tidak, tuan William. Saya lah, yang harusnya berterima kasih kepada anda.” kata supir taksi itu.Mendengar itu, William awalnya sedikit merasa kaget. Namun, dia tak mengambil pusing, karena, ada yang lebih penting, daripada perkataan supir taksi itu. Lalu, William, bersama dengan Komandan Bradley, keluar dari taksi itu, dan langsung bergegas masuk ke dalam rumah sakit.Sesampainya di dalam rumah sakit, William dan Komandan Bradley, awalnya kesulitan, untuk mencari ruangan Joe dan Cassey. Namun, setelah mencari-cari sekitar 3 menit lamanya, akhirnya, William dan Komandan Bradley, berhasil menemukan ruangan mereka.Jeglek!Pintu ruangan, baru saja di buka oleh William. Lalu, William langsung bergegas
Langkah Fanny, seketika terhenti. Lalu, Fanny menoleh kearah belakang, dan ternyata, orang yang ada di belakangnya, adalah Samuel.“Sayang, kamu mau pergi kemana?” tanya Samuel, yang tadi sempat menguping pembicaraan Fanny.“Aku ingin pergi ke Bank, sayang. Ada hal yang harus aku selesaikan, sekarang. Aku duluan, ya.” jawab Fanny.“Tunggu, kita pergi bersama.”“Ah, tidak perlu, sayang. Aku bisa pergi sendirian. Lagipula, tidak enak dengan tuan William, dan yang lain, kalau kamu pergi bersamaku, sedangkan mereka, sedang pusing, memikirkan caranya, menyelamatkan Angel. Iya, kan?”“Nggak tuh. Yasudah, ayo kita berangkat. Nanti, aku bisa mengirimkan pesan ke tuan William, kalau aku pergi bersama dengan kamu sebentar.”Mendengar itu, Fanny menganggukkan kepala, dan mengiyakan perkataan Samuel, tanpa berkata sepatah katapun. Beberapa menit kemudian, taksi tiba di hadapan mereka. Lalu, Sam
Mendengar itu, Samuel langsung memalingkan pandangannya, kembali ke Fanny.“Maaf ya, sayang, hehe” kata Samuel, sembari mengelus-elus rambutnya Fanny.“Hikss … Iya, sayang, tidak apa-apa, kok…”“Nah, sampai dimana kita tadi?”“Hikss … Ha? Apanya, sayang?” tanya Fanny, dengan raut wajah yang masih sedih, bercampur bingung.“Itu tadi loh, sayang. Kita tadi bahas tentang apa, sebelum mereka ini datang, loh …”“Emm … Tadi itu, emm … Tidak ada, kamu hanya menyuruhku nangis, sambil teriak-teriak. Udah, itu doang.”“Oh iya, aku lupa, hehe … Jadi bagaimana? Mau di ulang teriak-teriaknya, atau bagaimana?”“Hah? Di ulang? Maksudnya gimana, sayang?”“Ya … Itu deh pokoknya, hihi …” kata Samuel, sembari menggaruk kepalanya.“Apaan sih, sayang … A