Brem-brem …
Jeglek!
“Hai, Cass, Fan, Des …” kata Angel, menyapa Cassey, Fanny, dan Desya, yang tengah mengobrol di depan rumahnya Desya.
“Habis darimana, Ngel? Kok, raut wajah kamu, kelihatan bahagia sekali?” tanya Cassey.
“Ah, tidak ada, Cass. Tadi, aku habis berkeliling kota saja. Sekalian, sudah lama kan, mobilku tidak dibawa jalan-jalan. Entar, mobilnya Stress lagi, karena kelamaan di dalam garasi mobil, hahaha …” jawab Angel.
“Memangnya, mobil bisa Stress ya, Ngel?” tanya Fanny dengan polosnya.
“Lah? Ya, ngga lah, isshhh … Kamu, kok … Astaga …”
“Loh? Kenapa, Cass? Memangnya salah, ya?”
“Ngga tahu, ah! Kamu ini, issshhh …”
“Hahaha … Yasudah, aku masuk dulu, ya …”
Angel masuk kedalam rumahnya, meninggalkan Cassey dan Fanny, yang masih berdebat tentang mas
Hotel Mendez, 18:00 sore …Jeglek!“Selamat sore, tuan. Silahkan masuk, anda sudah di tunggu oleh tuan Joe, di ruangan VIP. Mari, saya akan mengantarkan anda, tuan …” kata seorang pria, yang bekerja di Hotel milik Angel.Samuel, yang baru saja keluar dair mobil, langsung mengikuti perkataan pria itu, dan mengikutinya. Kemudian, sesampainya di ruangan VIP,“Joe!” kata Samuel.“Ah, akhirnya kamu sampai juga, Sam …” kata Joe, sambil menuangkan segelas anggur, untuk Samuel.“Akhirnya? Woy! Kan, ketika di telfon tadi, kamu menyuruhku untuk datang ke Hotel, pukul 18:00 sore, kan?” tanya Samuel, sambil berjalan ke meja makan, yang sudah disiapkan oleh Joe.“Ah, benar, sih. Tapi, ini sudah lewat 2 menit, loh, hehe …”“Astaga … 2 menit doang, yaelah … Lagian nih, 2 menit itu, perjalananku dari bawah kesini. Sudah, tidak ada yang l
Jeglek!“Ah, selamat malam, tuan Robert. Wahh … Anda terlihat tampan sekali malam ini.” kata seorang pekerja Hotel, menyambut kedatangan Robert.“Emm … Kekasih saya, sudah tiba disini?” tanya Robert.“Belum, tuan. Sambil menunggu kekasih anda, mari, saya akan tunjukkan ruangan VIPnya, tuan. Anda bisa menunggu, sambil menikmati hidangan pembuka terlebih dahulu, tuan.”“Baik …”Kemudian, pekerja Hotel itu, memimpin jalan menuju ruangan VIP, yang telah disiapkan khusus untuk Robert.Dan ternyata, Robert pergi ke Hotel, tidak seorang diri. Robert tiba di Hotel, menggunakan Limousine hitam, dan, ada sekitar 10 orang Bodyguard berbadan kekar, keluar dari mobil, dan mengikuti kemanapun Robert pergi.Kemudian, sesampainya di ruangan VIP, Robert disambut oleh 5 pramusaji wanita, berpakaian yang sangat menggoda, mempersilahkan Robert untuk duduk. Kemudian, satu persatu pramusa
Robert merangkul Angel, kemudian, berjalan kembali ke meja makan, bersama dengan Angel. Para Bodyguard Robert, kembali ke tempat mereka masing-masing, dan kembali bertugas, menjaga ruangan VIP itu. Lalu,“Hehe … Sudah-sudah, dari pada kamu sedih seperti itu, lebih baik, kamu makan dulu, nih. Sejak kamu tiba disini, kamu sedikitpun, belum menyentuh makanan ini. Ayo, dimakan, dong …” kata Robert, sambil mengambil piring, dan meletakkan beberapa makanan di piringnya, dan kemudian, memakannya.“I-iya, tuan …” kata Angel, dengan perasaan sedikit gerogi pada Robert.‘Ih, apaan sih! Kok, aku jadi gerogi begini? Mana, tanganku gemetar, lagi! Takut? Yaelah, masak kamu harus takut sih, dengan si tua Bangka ini, Ngel?’ gumam Angel, sambil mengambil beberapa makanan, dan meletakkannya di piringnya, dan kemudian, memakannya perlahan-lahan.“Nah, gitu dong, dimakan … Kan, lebih nyaman dilihatnya, heh
“Hahaha … Nah, sekarang, giliran kamu, ya …” kata Robert, sambil menuangkan segelas anggur, ke dalam gelas kosong, dan memberikannya kepada Angel.“Emm … Ini rasanya manis kan, tuan?” tanya Angel, sambil memandang sedikit jijik, kearah anggur itu.“Ngga tahu, tadi aku meminumnya dengan sekali teguk. Kalau penasaran, cob …”Glek … glek … glekBelum sempat Robert selesai dengan perkataannya, Angel langsung menelan habis anggur itu. Satu gelas? Bahkan, sisa anggur yang ada di botol, yang baru saja di tuangkan oleh Robert ke dalam gelas kosong, juga di habiskan oleh Angel.Melihat itu, semua orang yang ada di dalam ruangan itu, tercengang melihat Angel, termasuk Robert. Lalu,“Emm … Eh? Mengapa wajah kalian seperti itu? Aku meminumnya kebanyakan, ya? Aduuhh, maaf-maaf, hahaha …” kata Angel, sambil menoleh ke semua orang, termasuk Robert.
“Wahh … Telfonnya dimatiin. Bagaimana, dong?” kata Joe pada Robert.“Ah, ngga tahu lah, tuan. Saya pusing kalau harus memikirkan itu. Yasudah lah, kalau anda ingin keluar, ya silahkan keluar. Saya ada urusan dengan gadis itu.” kata Robert, sambil berjalan menuju Angel.Tap!Joe, mengacungkan pistolnya, ke kepala belakang Robert, sambil berkata,“Kalau kamu menyentuh gadis itu, saya tarik pelatuk pistol ini!”Seketika, langkah Robert terhenti. Robert hanya terdiam, sambil memandang kearah Angel. Lalu, Robert berjalan lagi kearah Angel,“Saya hitung sampai tiga, kalau kamu masih tetap melanjutkan langkahmu menuju gadis itu, saya tidak segan-segan memecahkan kepala kamu sekarang juga!” kata Joe, sambil membidik kepala Robert, bersiap untuk menembaknya.Namun, Robert tidak menghiraukan perkataan Joe. Robert hanya melangkah maju kearah Angel. Lalu,“Satu … Dua &hell
“Ih? Woy, Joe! Masalah kita belum selesai, woy! Yaelah, anak buah dan atasannya sama aja! Hadehh … Yaudah lah, mending pulang ke rumah, terus tidur …”Setelah itu, Samuel masuk ke dalam mobilnya, dan langsung pulang ke rumahnya.Keesokkan harinya …Tok … tok … tok“Ngel … Bangun, hei … Sudah pagi, nih! Kita kan harus berangkat kuliah …” teriak Fanny, sambil mengetuk pintu kamar Angel.“Eh!? Siapa!” teriak Angel, yang baru saja terbangun dari tidurnya.“Fanny! Ini aku, Fanny, Ngel … Ayo, kita kan hari ini sudah masuk kuliah …” teriak Fanny.Mendengar itu, Angel langsung bangkit, dan berjalan menuju pintu, lalu membukanya,“Ada apa, Fan? Huaaahhhh …” tanya Angel, sambil mengucek kedua matanya, dan sedikit menguap.“Eh, ni anak … Baru bangun kamu, ya?” tanya Fanny.
Kemudian, Ronny masuk ke dalam kampus, dengan suasana sepi, di sekitaran kampus. Lalu, Ronny tiba di lapangan kampus, sambil memandangi gedung kampus itu, dan,“Hei, kamu!” teriak seorang satpam, dari posnya, dan berjalan menghampiri Ronny.Mendengar itu, Ronny menoleh kearah belakang, dan,“Ah, selamat pagi, pak …” kata Ronny, menyapa satpam itu.“Sedang apa kamu disini?” tanya satpam itu, pada Ronny.“Apa benar, ini kampus Massachusetts Institute of Technology, pak?”“Iya, benar.”“Ah, begini, pak … Saya ingin mencari seseorang bernama …”“Tidak ada! Sana, keluar dari kampus ini!” bentak satpam itu, yang langsung memotong perkataan Ronny.Mengapa tidak? Dengan pakaian Ronny yang sedikit kusam walaupun wajahnya tampan, tetap saja, satpam itu mencurigai orang-orang asing, yang tidak pernah dilihatnya. Satpam itupun me
“Jor, bagaimana kemarin? Lancar?” tanya Angel pada Jordi, yang tengah duduk di samping Jordi.“Emm … Apa itu, nona?” tanya balik Jordi, sambil mengemudi mobil.“Ya, itu kemarin, kamu kan, saya perintahkan untuk mengantarkan anak-anak itu, ke rumah Bu Jazlyn. Nah, bagaimana?”“Ah, lancar, nona. Saya juga, sudah membelikan makanan untuk mereka. Jadi, Bu Jaz, sempat bercerita kepada saya, kalau uang yang pernah anda beri kepadanya, sudah habis. Dan, saya juga tidak tahu ya, nona, mengapa uangnya cepat sekali habis. Secara kan, uang yang pernah anda berikan itu, jumlahnya tidak sedikit, loh?” kata Jordi.“Emm … Ya, mungkin saja, uang itu digunakan, untuk kebutuhan sehari-hari mereka, Jor. Ya, kita tahu, kalau anak-anak yang di asuh oleh Bu Jaz, cukup banyak. Dan lagi, mereka juga butuh makan. Iya, kan? Dan juga, sepertinya, sudah berapa lama kita tidak berkunjung ke rumah Bu Jaz.”