Share

Penakluk Hati Gadis Pembangkang
Penakluk Hati Gadis Pembangkang
Penulis: LaraSati

1. Menjadi Gadis Mandiri

"Valen sayang, please dengerin Mommy! Mommy nggak mau kalau sampai kamu kenapa-kenapa, honey. So, please stay di rumah, okay?" Suara lembut Amanda Swind terdengar lirih meminta putrinya untuk tetap tinggal di rumah.

Valentia Swind, gadis manis bahkan dapat dikatakan sangat cantik berusia 19 tahun ini mendongak dan memandang mommy nya.

"Mommy, I know kalau Mommy khawatir. But, please Mom.. Valen udah besar sekarang. Umur udah 19 tahun, loh. Jadi, please Mom, beri Valen kesempatan untuk bisa mandiri," ucap Valen meyakinkan ibunya, tapi Amanda malah menggeleng.

"Honey, kamu tau kan gimana bakal marahnya Daddy kamu kalau tau kamu malah pergi diem-diem dari rumah?"

"Yes, I know. Makanya please banget ya Mommy rahasiakan ini." Telunjuk Valentia mengatup kedua bibirnya, seolah memberi isyarat kepada ibunya bahwa ini adalah sebuah rahasia.

"Oh, My.. Kepala Mommy pusing. Kamu memang selalu membantah Mommy, Valen." Amanda berucap seraya memijat kedua keningnya.

Valentia melihat ibunya berekspresi demikian nampak tidak tega. Tapi, niatnya sudah sangat bulat. Dia tidak bisa lagi memahan diri. Pokoknya hari ini rencananya untuk pergi dari rumah harus terlaksana.

"I'm sorry, Mommy. Valen bener-bener harus pergi. Cuma ini kesempatan yang Valen miliki. Mumpung Daddy lagi perjalanan bisnis keluar negeri," seru Valen mantap.

"Ah, okay Honey kalau memang itu mau kamu. Mommy nggak bisa ngelarang. But, you have to promise satu hal sama Mommy. Kamu nggak boleh menghilang tanpa jejak ataupun kabar. Mommy harus tau kamu tinggal dimana, kerja dimana, dan teman kamu siapa aja!" terang Amanda.

"Ah, itu sih gampang mom! Siap laksanakan! Valen cuma keluar dari rumah dan mencoba hidup mandiri kok Mom, nggak lebih. Jadi, pasti Valen bakalan selalu kasi kabar ke Mommy,"

"Okay, baby! Jangan bikin Mommy khawatir ya. Perhatikan makan dan kesehatanmu. Mommy percaya kamu bisa menjadi pribadi yang sangat-sangat mandiri."

"Uunch, Mommy emang terdebest lah ya. Makasi Mommy. Sekarang aku lanjut prepare ya, mom.. Dan, well, ini Valen kembalikan semua fasilitas Valen selama ini ya Mom.. Kunci mobil, ATM, dan Credit Card. Valen cuma bawa beberapa pakaian aja ya dan juga uang secukupnya. Mommy tenang aja. Valen masih punya tabungan kok dari hasil kerja Valen sebagai author novel remaja." Valen kemudian memeluk ibunya.

Amanda membantu Valen membereskan pakaiannya. Dengan air mata menetes, nampak berat hati Amanda melepas putrinya keluar sana. Ke alam liar yang bahkan tak dapat diprediksi hal-hal apa saja yang akan dialami Valentia. Terlebih Valen hanya ingin menjadi gadis biasa, bukan putri tunggal konglomerat di kota kecilnya tinggal itu, jadi dapat dipastikan tak akan ada bodyguard yang menjaganya seperti biasa.

"Nggak terasa ya, ternyata anak Mommy sudah sebesar ini. Dan, sekarang bahkan mengambil keputusan untuk tinggal sendiri tanpa sokongan dari orang tua." Amanda berucap sembari mengantar kepergian putri kecilnya itu.

"Mommy, tenang aja. Valen akan menjaga diri baik-baik. Dan, masalah kuliah, Valen harap Mommy bisa menyampaikan ke daddy kalau Valen akan mengambil jurusan sesuai dengan minat dan bakat Valen. Pokoknya, Valen nggak bakal ngecewain Mommy sama Daddy."

Valen tersenyum ke arah ibunya, dan tentu saja Amanda membalas senyuman putrinya.

Sambil melambaikan tangan, Valen menaiki taksi yang sudah dipesannya.

"Huh, hari ini adalah hari kebebasanku! Aku harus berjuang! Semangat Valentia Swind!!" teriak Valen dalam taksi yang sontak membuat supir taksi terkejut sampai latah.

"Eh, ayam ayam!" latah si supir taksi.

"Uups, maaf ya, Pak. Saya terlalu bersemangat," kekeh Valen sambil menutup mulutnya dengan kelima jarinya seraya menahan tawa.

"Heleh, jangan diulangi ya non. Bahaya nih, saya lagi menyetir soalnya," seru supir taksi itu lantang. Valen hanya bisa menunjukkan jempolnya sebagai tanda setuju untuk tetap tenang dan diam.

*****

"Amanda! Kenapa kamu malah biarin si Valen keluar dari rumah? Kamu tau nggak sih, putri kita itu masih kecil. Kalau dia kenapa-kenapa gimana coba?" Richard Swind tampak menjambak rambutnya. Tanda bahwa dirinya sedang sangat stres.

"I'm sorry Baby. Kamu tau kan gimana keras kepala dan membangkangnya Valen. Jadi, aku nggak bisa berbuat apa-apa," ucap Amanda menerangkan. Tampak ekspresi bersalah menghiasi wajah cantik mommy Valentia ini.

"Sepertinya anak nakal itu sudah merencanakan ini semua sejak lama. Dia bahkan bisa-bisanya mengambil celah saat aku sedang lengah dan berada di luar negeri."

"Mau bagaimana lagi, you know Valen very well, kan. Dia itu kalau sudah membulatkan tekad, ya susah banget untuk dibelokkan."

"Terus sekarang dia ada dimana, Mom? Padahal aku ingin memberinya kejutan, kalau aku udah mendaftarkan dia kuliah jurusan Managemen Bisnis di kampus terkondang di kota ini."

"Ah, iya. Kalau masalah tempat tinggal. Kamu nggak usah khawatir, Honey. Aku tau dia tinggal dimana. Dan, well untuk masalah kuliah. Mungkin ini juga salah satu pemicu Valen keluar dari rumah. Dia mengatakan kalau dia sudah mengurus semua berkas-berkas pendaftaran kuliah sesuai jurusan yang dia inginkan."

"What?" Mata Richard terbelalak mendengar penjelasan istrinya. Tak disangk bahwa putri kecilnya, bidadarinya kini sudah sedewasa itu sampai bisa memikirkan bahkan membelot dari keinginan sang ayah.

"You see, Honey. Valen kita sudah dewasa. Makanya dia ngotot untuk mandiri. Sementara kita biarkan dulu dia ya. Tapi, tetap kita harus awasi dia, yah meski dari jauh. Dan, oh ya dia mengembalikan semua fasilitas. Mobil, ATM bahkan credit card nya." Amanda lalu meletakkan semua benda-benda itu di atas meja di depan Richard.

Richard hanya melongo melihatnya. Putri tunggalnya yang begitu disayangi hari ini meninggalkan semua fasilitasnya hanya karena ingin merasakan hidup mandiri? Oh My, akal sehat Richat tampak tak bisa menerima hal konyol ini.

"Hah, baiklah. Mau bagaimana lagi. Akan ku suruh bodyguard kita diam-diam mengawasinya. Biar bagaimanapun, Valen harus tetap sehat dan selamat. Banyak bahaya mengincar di luar sana," tutur Richard sambil mengirimkan pesan pada sekretarisnya untuk segera menuju ke ruang kerjanya.

"Iya, Honey. But, please jangan terlalu mencolok dan disadari oleh Valen. Mommy nggak mau nanti dia malah kabur dan pindah-pindah tempat tinggal gara-gara kita ketahuan mengawasinya."

"Tenang aja, Mom. Kita punya bodyguard handal dan terlatih. Jadi mereka bakalan profesional."

Dua orang bodyguard datang dan menghampiri Richard Swind. Setelah menerima instruksi dan mendapatkan alamat tempat tinggal Valen, mereka meninggalkan ruangan itu.

"Valen, anak gadis Daddy yang sangat suka membangkang, daddy akan selalu melindungimu dimanapun kamu berada, nak."

*****

Valen tampak sumringah memasuki kamar kost miliknya. Ukurannya sudah sangat pas untuk dia tinggali seorang diri. Tidak ada perabotan bawaan di kamar itu. Kamar itu hanya kamar kosongan.

Jadi, beberapa hari yang lalu Valen sudah sempat berbelanja dan mengisi tempat tidur, lemari, meja, kursi, peralatan dapur, jemuran, dan juga peralatan mandi. Saat ini dia hanya perlu merapikan sedikit, menyapu dan bisa beristirahat.

Valen merebahkan badannya di kasur kecil yang dia beli. Setelah puas menata kamar kostnya menjadi sangat cantik dan rapi, Valen tersenyum bangga.

'Ah, well. Aku memang terkenal sangat suka membangkang karena Daddy dan Mommy selalu memanjakanku selama ini. But, see! Aku bahkan bisa mandiri sekarang. Aku akan buktikan pada semua yang sudah meremehkanku!' batin Valen.

Valen lantas memeriksa ponselnya. Terlihat ayahnya menelepon sebangak 30 kali. Ah, wow. Walaupun bukan hal luar biasa, tapi Valen tetap saja terkejut.

"Biasanya Daddy bakalan nelpon sampai 100 kali, ini kok baru 30 kali udah nyerah aja?" ucap Valen bermonolog.

"Apa Mommy udah berhasil meyakinkan Daddy, ya? Ah, good job, Mommy. Emang terbaik dah emak gue satu itu," seru Valen bermonolog lagi.

Impian Valen untuk menjadi gadis mandiri sudah di depan mata. Bahkan kini sedang dijalaninya. Dia sendiri tidak tau betapa kejamnya dunia luar, tapi keputusan nekad ini malah tetap diambilnya.

"Tiiitt tuuuutt"

Ponsel Valen berbunyi. Nampak sebuah notifikasi masuk.

Sebuah Email!

Wow, dari Emerald Publishing!

Panggilan interview? Well, done! Aku ada ditahap bisa melangkah ke babak selanjutnya?

Valen bersorak dalam hati. Rupanya perusahaan besar itu memberikannya kesempatan untuk melakukan interview!!!!

*****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
minicroissant
menarik sih ceritanya.. mau follow akun sosmed nya dong kalo boleh?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status