Home / Romansa / Penakluk Hati Om Dokter / Part 2-Calon Tumbal

Share

Part 2-Calon Tumbal

Author: eLFa Zara
last update Last Updated: 2021-12-03 11:35:01

Obrolan absurd antara Wina dan Dirga di taman rupanya menarik perhatian Rizal, lelaki yang bekerja di rumah sakit tempat Dirga mengobati pasiennya. Awalnya ia masa bodoh dengan percakapan random tersebut. Tapi mendapati kejadian langka—Dirga meladeni orang asing—membuat Rizal akhirnya sengaja mencuri dengar percakapan mereka.

Melihat hal tersebut, Rizal seakan mendapat jawaban untuk melancarkan misinya.

Misi menghancurkan Dirga tanpa harus menggunakan tangan sendiri. Ya, Rizal akan memanfaatkan Wina untuk melaksanakan aksinya.

Sebenarnya sudah menjadi rahasia umum dikalangan dokter di Rumah Sakit Cipta Medika bahwa hubungan antara Dirga dan Rizal tidak pernah berjalan baik. Mereka selalu berkompetisi dalam segala hal, baik urusan pekerjaan hingga urusan pribadi. Tapi pihak Rumah Sakit tetap membiarkannya, karena bagaimanapun Dirga dan Rizal merupakan keluarga dari pemilik Rumah Sakit tersebut.

Mereka berdua memang seumuran, tapi Dirga kini sedang mengambil spesialisasi sedangkan Rizal baru akan memulai ambil spesialis setelah hampir 2 tahun masa intership-nya.

Dirga memang memulai kuliah kedokterannya 2 tahun lebih dulu daripada Rizal, sehingga tidak heran jika ia akan selesai lebih dulu. Sedangkan Rizal yang awalnya tidak memiliki minat terjun di dunia kedokteran terpaksa harus kuliah kedokteran setelah orangtuanya memaksa kuliah kedokteran agar tidak kalah dari Dirga yang notabene merupakan sepupunya.

Orangtuanya meminta Rizal untuk bisa melampaui Dirga, atau menghalangi mencapaian Dirga agar Rizal tidak tertinggal jauh. Karena selama ini kakeknya, Pak Hermanto, yang memiliki rumah sakit terbesar di Kota Bakpia itu selalu mengunggulkan Dirga daripada Rizal. Rasa sayang kakeknya yang begitu besar pada Dirga membuat orangtua Rizal berambisi untuk menjadikan Rizal seperti Dirga.

Selain orangnya yang sangat tertutup, Dirga yang selalu bersikap cuek membuat Rizal sulit mendekati apalagi menghancurkannya. Namun hari ini ia seakan menemukan celah setelah tadi melihat interaksi Dirga dan Wina.

Kenapa Rizal yakin ingin bekerjasama dengan Wina? Karena setelah Wina kabur dari Dirga, Rizal mengikutinya hingga ia menemukan fakta bahwa Wina bukanlah “anak SMP bolos” seperti yang dituduhkan Dirga.

Awalnya ia juga mengira hal yang sama—baginya Wina yang mungil—seperti Dirga. Namun kini pandangannya berbeda mana kala ia menguntit Wina di kantin rumah sakit. Sesaat setelah perdebatannya dengan Dirga, Wina bertemu dengan temannya di kantin rumah sakit.

Dari celotehannya bersama Edo—teman Wina—Rizal akhirnya tahu bahwa Wina adalah seorang mahasiswi semester akhir. Sedangkan alasan gadis minisize itu ada di rumah sakit karena ayahnya sedang dirawat akibat kecelakaan.

***

Dan disinilah Rizal, diam-diam meminta data pasien bangsal Melati, khususnya data tentang Ayah Wina. Ia membutuhkan informasi agar bisa mengajak Wina untuk bekerjasama mendekati Dirga.

Setelah berhasil merayu pihak administrasi, Rizal tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi. Ia segera menghampiri ruangan dimana Ayah Wina dirawat meski hari sudah malam. Tanpa melepas snelinya, Rizal menghampiri ruang rawat inap ayah Wina.

Namun saat ia menuju ke ruang inap kelas tiga itu, ia melihat si Gadis Minisize berjalan ke arahnya.

“Wina?” Tanpa basa-basi, Rizal langsung menghadang gadis mungil yang mengenakan hoodie oversize dengan celana jeans belel.

Merasa dipanggil, Winapun menoleh.

“Saya, Dok?” Tanyanya heran. Ia heran saja karena laki-laki berjas putih itu tahu namanya dan ia merasa tidak mengenalnya.

“Bisa bicara sebentar?” Ucap Rizal lirih namun tegas.

Suasana lorong Bangsal Melati malam itu memang sudah sepi.  Bahkan suara kecilpun bisa terdengar memenuhi lorong tersebut.

“Tentang ayah saya, Dok?” Sebenarnya Wina tak yakin. Karena dokter berwajah oriental itu bukanlah dokter yang menangani ayahnya.

Rizal diam sejenak, “emm...bukan sih.”

“Saya akan menanggung biaya rumah sakit ayah kamu,” lanjutnya membuat Wina sedikit tertarik dan penasaran.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 119-Lagi Anget-Angetnya

    “Kita mau kemana, Om?” Tanya Wina begitu mereka beranjak dari kawasan rumah sakit. Gadis itu menoleh kanan-kiri karena merasa asing dengan jalanan di sekitarnya. Ini bukan jalan menuju apartemen, rumahnya, atau rumah baru ‘Om Dokternya’ alias pacar barunya.Ehm, Wina jadi tersipu sendiri dengan status baru mereka.“Makan dulu, gimana?”Berbeda dengan Wina yang ekspresif, Dirga memang nampak lebih tenang. Tapi di balik wajah kalemnya, hatinya tengah meletup-letup bahagia. Hatinya yang mulanya berwarna monochrom kini berubah warna-warni.“Oke, mau makan dimana?” Wina bertanya antusias. Sebenarnya makan dimana saja pasti mau, kok. Apalagi disaat kasmaran, makanan apapun juga akan terasa enak.“Delivery Order saja, ya?” Tanya Dirga hati-hati. Ia melirik sekilas pada gadis mungil yang duduk manis di sampingnya. Sedikit was-was saja jika gadis yang baru beberapa menit lalu dipacari akan ngamuk.“Oke, terus mau dimakan dimana?” lagi-lagi Wina bertanya. Ia penasaran saja. Mau dibawa kemana si

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 118-Resmi

    “Wina, gimana kalau mulai hari ini kita pacaran?”Gadis mungil itu menoleh. Menatap horor pada pria di sampingnya yang baru saja melontarkan entah sebuah pertanyaan atau ajakan. Tak mau ke-geeran, Wina bertanya untuk memastikan. Siapa tahu tadi hanya halusinasinya saja.“Maksudnya?”Dirga tersenyum. Wajahnya terlihat sangat tenang. Padahal jantungnya sudah deg-degan heboh. Tangannya bertaut untuk mengurangi kegugupannya. Sungguh ini tidak ada dalam rencananya. Benar-benar dadakan.“Ya, kita pacaran.” Kali ini suaranya lebih mantap dari ajakannya yang pertama tadi.Oke, Dirga memang selama ini belum pernah mengajak gadis manapun kencan. Justru dari dulu ia malah lebih sering mendapatkan surat cinta, pengakuan langsung, dan serba-serbi ajakan kencan lainnya.Dirga juga sadar, kok. Bahwa ajakannya kali ini terdengar sangat tidak niat. Apalagi ‘nembak’ di halter seperti ini. Tanpa bunga, tanpa coklat, tanpa kata-kata manis. Sungguh tidak ada romantis-romantisnya sedikitpun.Seratus persen

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 117-Pacaran, Yuk!

    Wina berjalan lesu menuju kamar inap ayahnya. Langkah ringannya berubah berat setelah mendengar rumor tentang Dirga dan Sheryl. Apalagi banyak perawat yang bilang mereka sangat cocok karena sama-sama dokter spesialis lah, sama-sama orang kaya lah, sama-sama cerdas, dan ‘sama-sama’ lainnya.Ya, memang serasih sih, mereka.Wina menatap pantulannya di cermin yang terpasang di dinding. Lihatlah penampilannya! Ia menoleh ke kanan, membayangkan Dirga berdiri di sampingnya.Ya, memang sangat tidak cocok, sih.Wina yang semoengil itu, Dirga yang segede itu. Si kaya dan si miskin. Si cerdas dan si gak pinter. Si pewaris dan si beban keluarga. Si tampan dan si... si..., si imut! Iya Wina gak jelek, cuma Sheryl aja yang kelewat cantik. Begitulah Wina menghibur diri.Puas memandangi dirinya di cermin, Wina melanjutkan perjalannya ke tujuan awal. Kamar inap ayahnya. Seperti sebelumnya, setiap membuka kamar ayahnya, ia selalu berharap sang ayah akan membuka mata dan menyambutnya. Meski hanya sekeda

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 116-Pacar Dokter Dirga, Katanya

    “Perkenalkan, Tuan Johan. Ini Dirga, PACAR saya!”Pacar? Dirga menoleh horor pada sahabatnya. Seingatnya ia tidak pernah mengajak sahabatnya untuk berpacaran atau diajak berpacaran. Tadi dokter kandungan berparas cantik itu hanya menyuruhnya datang ke ruangannya saat istirahat. Katanya ada hal yang penting.Jadi, apakah ini yang dimaksud penting?Sedangkan Johan, pria itu tak gentar sedikitpun dengan perkenalan Sheryl. Ia maju selangkah ke arah pria berseragam dokter dan mengulurkan tangannya. “Kenalkan, saya Johan. Calon TUNANGAN Sheryl,” ucapnya dengan menekankan kata ‘tunangan’.Oh, jangan lupa senyum ramah yang terpatri di wajah pria berambut cepak itu. Dirga seperti tidak asing dengan ekspresi wajah seperti itu. Aaah, Dirga ingat. Ia biasa melihat itu pada wajah sepupunya, Aldo.Lalu dengan menahan tawa, Dirg pun menyambut uluran tangan tersebut. “Perkenalkan saya dokter Dirga, saya_”Belum selesai Dirga memperkenalkan diri, Sheryl tiba-tiba merapatkan tubuhnya dan menggamit erat

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 115-Calon Suami Datang

    Rumah sakit pada saat menjelang jam istirahat masih sangat ramai. Termasuk pada Poli Obgyn, dimana Sheryl sedang bertugas. Namun, belum waktunya beristirahat asistennya memberitahu bahwa ada orang yang mencarinya. “Siapa? Pasien?” Tanya Sheryl pada wanita berseragam perawat itu. Asistennya menggeleng, “Katanya penting. Orangnya ganteng, Dok.” Seloroh sang asisten dengan senyum menggoda. “Namanya kalau tidak salah Johan,” imbuhnya. Sheryl langsung menegakkan duduknya kala mendengar nama itu. Nama yang akhir-akhir ini membuatnya berantakan dan bertindak tak biasa. Hatinya mendadak tak tenang. Apa sebenarnya tujuan pria itu datang ke tempat kerjanya? Tak cukupkah teror yang selama ini ia berikan pada pria itu? “Suruh nunggu saja, Sus. Nanggung sebentar lagi istirahat,” perintah Sheryl pada sang asisten. Setelah asistennya pergi, buru-buru ia mengirimkan pesan pada sahabatnya untuk segera datang ke poli obgyn saat istirahat. *** Tak perlu menunggu lama, dokter kandungan cantik itu b

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 114-Kata Ibu

    Wina merebahkan tubuhnya di kasurnya yang tak begitu empuk. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. Pikirannya kembali pada pertemuannya dengan Dirga tadi pagi di pemakaman. Ingin rasanya tadi memeluknya atau sekedar menyapa memberi semangat. Tapi ia sadar, tadi bukan waktunya untuk ikut campur. Mungkin lain kali?“Nduk, makan dulu!” Ajak ibunya dari arah dapur. Ya, tadi selesai jam kerjanya di caffe, gadis itu memilih pulang ke rumah. Kangen rumah, kangen keluarga kecilnya juga. Sedikit jenuh juga dengan suasana malam di rumah sakit.“Iya, Bu!” Sahutnya sedikit berteriak. Kemudian ia bangkit. Melepaskan hoodienya yang sedari tadi masih menempel di tubuh mungilnya.Aroma opor ayam yang lezat langsung menyeruak di indra penciumnnya begitu kakinya tiba di dapur. Ibunya sibuk memindahkan hasil masakannya dari panci ke meje makan. Tidak ada meja makan mewah di rumah sederhana itu, hanya meja kecil dengan empat kursi yang sama-sama terbuat dari kayu.“Adek mana, Bu?” Tan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status