Share

5. Tamu Kejutan untuk Nyonya Al-Ghifary

“Kita akan menikah, bukan bermain drama.”

Syafa yang tadinya merasa percaya diri dengan rencananya kini terdiam. Perlahan semua keberaniannya memudar, saat melihat bagaimana calon suaminya itu bersikap. 

Di satu sisi pria itu tenang dan datar, tetapi dia tegas dan mengintimidasi dalam waktu yang bersamaan.

"Aku sudah tanda tangan, sekarang apa masih ada lagi syarat yang ingin kau ajukan?" tanya Syarif sambil meletakkan kembali map dan pena di meja.

"Tidak," jawab Syafa singkat.

"Kalau begitu, aku akan kembali ke hotel," ucap Syarif sambil berdiri. “Asalamualaikum.”

"Wa alaikumsalam," jawab Syafa pelan, masih tetap duduk di tempatnya.

Membiarkan Syarif melangkah menuju pintu, dan memutar kunci. Pria itu keluar dari ruang perpustakaan dengan diam. Meninggalkan Syafa yang masih tak bergeming ditempatnya.

Setelah beberapa saat, gadis itu baru bisa kembali tenang. Perlahan dia membuka map berisi perjanjian pranikah yang dia siapkan tadi. Syarif telah menandatangani tepat di atas materinya. 

Namun, ada sesuatu yang membuat Syafa merasa sesak karena Syarif menambahkan beberapa poin di sana. Sebaris kalimat yang membuat hatinya hancur berkeping-keping. 

[Tidak boleh ada perselingkuhan dan perceraian.]

***

Hari pernikahan pun tiba.

Sejak pagi, Syafa sudah melalui serangkaian upacara akad. Suasana meriah tampak sangat mendominasi. Seluruh anggota keluarganya, terutama sang ibu, tampak bahagia dan penuh haru.

Berbeda dengan Syafa yang seperti tidak punya pilihan lain berada di sana.

“Bagaimana para saksi? Sah?”

“Sah.”

Dengan ini, dia telah resmi menjadi tawanan sang billionaire. Menjadi boneka yang akan terus dimainkan sesuka hatinya oleh sang suami. Menjadi bagian dari sebuah kekuasaan yang tampak menyilaukan, bagi sebagian besar orang di luar sana.

Ingatan Syafa kembali pada beberapa hari lalu, ketika dirinya mengajukan perjanjian pranikah pada Syarif. Pria itu mencoret bagian yang memintanya untuk tidak menyentuh dirinya tanpa izin, dan mengganti dengan kalimat lain. 'tidak boleh ada perselingkuhan' sebelum menandatangani dokumen tersebut. 

Karena Syafa sendiri telah lebih dulu menandatangani perjanjian itu, maka secara otomatis, dirinya terjebak pada perjanjian yang dibuatnya sendiri.

Pria itu menoleh pada Syafa, menatap gadis itu dengan sorot mata teduh dan menenangkan. 

Sesungguhnya sosok tinggi tegap itu memang tidak dapat ditolak pesonanya. Balutan jas pengantin yang terlihat sangat cocok d itubuh Syarif, dibalut dengan ketampanan yang begitu menyita perhatian. 

Namun, bagi Syafa semua itu hanyalah sebuah sampul yang menyembunyikan kebenaran gelap dan menyakitkan.

Perlahan Syafa menerima uluran tangan Syarif padanya. Membiarkan pria berdarah Arab-Turki-Jawa itu mencium lembut puncak kepalanya. 

Jemari Syarif mengusap lembut air mata di pipi Syafa, dengan senyum prihatin. 

Pria itu tahu, istrinya sedang tidak bahagia, tetapi dalam hati sang CEO telah berjanji. Bahwa air mata Syafa hari ini, akan berganti menjadi kebahagiaan yang tidak akan pernah dia lupakan.

***

"Pakai ini, hadiah dari Ummi untukmu. Malam ini, kau harus terlihat bersinar." 

Syafa menerima satu kotak perhiasan berlogo Bulgary dari ibu mertuanya sesaat sebelum acara resepsi dimulai. Wanita berusia 60 tahun tersebut menunggu Syafa membuka hadiah darinya.

Dengan sedikit gemetar Syafa membuka membuka kotak tersebut, dan terdiam memandang perhiasan yang ada di hadapannya saat ini. 

Sebuah set perhiasan emas putih yang bertahtakan berlian berwarna zamrud. Tanpa harus berpikir, semua orang pasti tahu betapa mahalnya perhiasan tersebut.

"Ummi, ini berlebihan. Saya tidak bisa menerimanya," ucap Syafa terbata, seumur hidup ini adalah pertama kalinya dia mendapat hadiah mahal.

"Jika kau tidak menerimanya, maka Ummi akan sangat kecewa. Ini adalah tradisi, Nak. Setiap menantu perempuan yang masuk dalam keluarga kami, harus di beri hadiah. Termasuk dirimu." Ny. Annisa menyentuh dagu Syafa pelan dan tersenyum.

"Biar Ummi yang memakaikan untukmu," kata wanita itu, sambil mengambil kalung berlian tersebut.

Wanita yang masih tampak segar dan awet muda itu, memakaikan perhiasan tersebut ke leher Syafa yang tertutup hijab. Kemudian membantu menantunya memakai anting, gelang dan juga cincinnya. Istri dari salah satu orang terkaya di Asia tersebut, tersenyum puas melihat menantunya tampak sangat cocok mengenakan perhiasan itu.

"Kau boleh melepas semua setelah acara dan menyimpannya lagi, tapi kau tidak boleh mengembalikannya pada Ummi. Mengerti?"

Syafa tersenyum dan mengangguk ragu, entah rasa syukur atau rasa takut yang harus dia rasakan saat ini. Menjadi bagian dari keluarga super kaya, mungkin terdengar sangat menyenangkan. Namun, selalu ada dua sisi dalam setiap hal, dan Syafa meyakini itu.

Acara resepsi pun, akhirnya dimulai. Syafa dan Syarif memasuki ruangan, dengan diiringi oleh keluarga. Mereka berjalan bergandengan tangan, menuju pelaminan. Semua mata tertuju pada kedua mempelai, yang tampak sangat serasi. Berbalut gaun warna baby pink yang lembut, Syafa tampak begitu anggun dan cantik.

Pesta resepsi yang dihadiri oleh keluarga dan sebagian besar rekan bisnis Al-Hassan Group tersebut berlangsung dengan megah dan meriah. Semua tamu menikmati seluruh sajian dan hiburan yang disuguhkan oleh tuan rumah. 

Sampai pada sesi foto dan bersalaman dengan mempelai, sesuatu bagaikan menghantam tubuh Syafa. Membuatnya seketika berduri mematung, tanpa mambu bersuara, bahkan hampir lupa untuk bernafas.

“P-pria itu–”

Di sana, tepat beberapa meter dari tempatnya berdiri menyalami para tamunya, tampak sesosok pria tinggi berwajah Inggris-Melayu berjalan menghampirinya dengan tatapan yang sulit diartikan. 

Pria yang sebulan terakhir ini coba dihindari oleh Syafa. Tersenyum menghampiri gadis itu  dengan penuh percaya diri.

Ben tersenyum. Pria itu sama sekali tidak menoleh pada suami Syafa sedikit pun. Pandangannya lurus ke gadis yang beberapa minggu lalu nyaris ia nikahi

“Selamat malam, Dokter Syafa.”

"Selamat, Dokter Syafa. Semoga bahagia," ucap Ben senyum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status