Malam yang dingin menyelimuti Lan Tian Gōng ketika sosok berambut perak melayang turun dari langit gelap. Salju yang jatuh perlahan menari di sekitar tubuh Huànyǐng, menciptakan pemandangan yang indah tetapi menyeramkan. Mata ungunya bersinar tajam dalam kegelapan, memancarkan auranya yang dingin dan mencekam.
Para Bìxiāo Tiěwēi yang berjaga di gerbang utama langsung panik ketika melihat sosok yang mereka kenal sebagai Mofa Shi mendarat dengan anggun di pelataran istana. Mereka saling bertukar pandang gugup sebelum akhirnya salah seorang di antara mereka berani berteriak."Itu Mofa Shi! Tangkap dia!"Suara perintah itu bergema di seluruh kompleks istana, membuat para prajurit dan kultivator berlarian dari berbagai arah untuk mengepung Huànyǐng. Namun pemuda berambut perak itu sama sekali tidak bergerak. Dia hanya berdiri diam, matanya menatap lurus ke arah menara tertinggi Lan Tian Gōng.Di sana, di puncak menara yang menjulangKaisar Yǔhàn tertegun menyaksikan kerusakan yang ditimbulkan serangan Huànyǐng. Pilar-pilar marmer yang kokoh retak seperti ranting kering, lantai giok putih hancur berkeping-keping, dan ratusan kultivator terpampang tidak berdaya di seluruh aula. Debu dan serpihan batu beterbangan di udara, menciptakan kabut tipis yang menyelimuti medan pertempuran."Bing Yang Shān memang hebat, tetapi tidak mungkin satu serangan saja sedestruktif ini," gumam sang kaisar dalam hati, merasakan kegelisahan yang semakin mencengkeram dadanya.Dia perlahan bangkit dari singgasananya, mata tajamnya menatap sosok Huànyǐng yang berdiri tegak di tengah kehancuran. Energi empat elemen mulai berkumpul di sekitar tubuh Kaisar Yǔhàn—api, air, tanah, dan udara berputar membentuk spiral kekuatan yang mengerikan."Jiàn Yi Huànyǐng!" serunya dengan suara yang bergemuruh. "Kau akan merasakan akibat dari keangkuhanmu!"Dengan gerakan yang eksplosif, Kaisar Yǔhàn meluncurkan pukulan
Malam yang dingin menyelimuti Lan Tian Gōng ketika sosok berambut perak melayang turun dari langit gelap. Salju yang jatuh perlahan menari di sekitar tubuh Huànyǐng, menciptakan pemandangan yang indah tetapi menyeramkan. Mata ungunya bersinar tajam dalam kegelapan, memancarkan auranya yang dingin dan mencekam.Para Bìxiāo Tiěwēi yang berjaga di gerbang utama langsung panik ketika melihat sosok yang mereka kenal sebagai Mofa Shi mendarat dengan anggun di pelataran istana. Mereka saling bertukar pandang gugup sebelum akhirnya salah seorang di antara mereka berani berteriak."Itu Mofa Shi! Tangkap dia!"Suara perintah itu bergema di seluruh kompleks istana, membuat para prajurit dan kultivator berlarian dari berbagai arah untuk mengepung Huànyǐng. Namun pemuda berambut perak itu sama sekali tidak bergerak. Dia hanya berdiri diam, matanya menatap lurus ke arah menara tertinggi Lan Tian Gōng.Di sana, di puncak menara yang menjulang
Huànyǐng terbangun ketika langit sudah mulai gelap. Matanya yang masih berat perlahan terbuka, menatap langit-langit kamar yang familiar. Dia berada di Zǐténg Lan, tempat yang telah menjadi rumahnya bersama Tiānyin selama beberapa bulan terakhir.Sesuatu yang hangat dan berbulu melingkar di kakinya. Yu Shi, kucing spiritual putihnya, berbaring dengan tenang sambil sesekali menggerakkan ekornya. Mata keemasan kucing itu menatap wajah tuannya dengan penuh perhatian."Yu Shi..." Huànyǐng menyentuh bulu halus kucing itu dengan lembut, merasakan kehangatan yang sedikit menenangkan hatinya yang masih terluka."Kau sudah sadar?" Yu Shi menggeliat dan mengeong pelan, suaranya terdengar lembut namun penuh kekhawatiran.Huànyǐng mengangguk pelan. Kepalanya masih terasa berat dan dadanya sesak ketika mengingat kejadian kemarin. Bi Hai Wan yang hancur, keluarganya yang terbaring tak bernyawa, dan Jiàn Shui yang menyegel tempat kelahirannya untuk selamanya.
Tiānyin perlahan membawa Huànyǐng kembali ke tempat Jiàn Shui terbaring. Tubuh pemuda bermata ungu itu bergetar hebat, masih belum bisa menerima kenyataan pahit yang menimpanya. Matanya menatap kosong pada kakak ketiganya yang terbaring lemah dengan napas yang semakin pendek."A Ying," panggil Jiàn Shui dengan suara yang hampir seperti bisikan angin. Tangannya yang dingin berusaha meraih pipi adiknya yang basah oleh air mata. "Aku harus menyegel Bi Hai Wan.""Jangan, San Gē!" Huànyǐng langsung memeluk tubuh tak berdaya kakak ketiganya itu dengan erat, takut kehilangan satu-satunya keluarga yang masih tersisa. "Jangan tinggalkan aku! Kumohon!"Jiàn Shui tersenyum lemah, membelai rambut hitam Huànyǐng dengan gerakan yang sangat lembut. Matanya yang mulai redup menatap wajah adik bungsunya dengan penuh kasih sayang."A Ying, jaga dirimu baik-baik! Adikku sayang!" bisiknya sambil terus membelai pipi Huànyǐng. Kemudian dia mulai merapal mantra dengan s
Sosok yang muncul dari balik pintu yang hancur bukanlah musuh, melainkan Líng Zhì bersama orang-orang Sekte Aliran Roh Suci. Jubah putih mereka ternoda darah dan debu, menandakan bahwa mereka juga baru saja mengalami pertarungan sengit."Yuè Èr Gōngzǐ, maafkan aku. Kami terlambat!" Líng Zhì berkata dengan napas tersengal-sengal, matanya yang biasanya tenang kini penuh penyesalan.Tetapi dia seketika jatuh terduduk ketika menyadari situasi mengerikan di sekitarnya. Matanya menyapu seluruh aula, mengenali satu per satu wajah-wajah yang tergeletak tidak bernyawa."Tiānyù Jiànzhàn," gumamnya ketika mengenali salah satu tubuh yang tergeletak di aula, dipenuhi luka dan darah yang mengering.Líng Zhì merangkak mendekati tubuh sahabatnya itu dan memeluknya dengan erat, air mata mengalir deras membasahi pipinya yang kotor."A Wei, A Wei," panggilnya sambil mengguncang tubuh yang sudah dingin itu, berharap ada keajaiba
Kota Shuifeng tampak seperti pemukiman hantu ketika Huànyǐng dan Tiānyin mendarat di ujung jalan utama. Jalanan yang biasanya ramai dengan pedagang dan kultivator kini sunyi senyap, hanya terdengar desiran angin dingin yang membawa serpihan salju. Rumah-rumah penduduk tertutup rapat, tidak ada satu pun cahaya yang menerangi jendela-jendela mereka. "Mereka semua bersembunyi," gumam Tiānyin sambil memindai sekeliling dengan mata biru esnya yang tajam. Huànyǐng tidak menjawab. Dadanya terasa sesak, dan insting kultivatornya memberikan peringatan bahwa sesuatu yang mengerikan telah terjadi di tempat ini. Tanpa menunggu, mereka bergegas menuju Bi Hai Wan yang berada di ujung kota. Semakin dekat mereka dengan kediaman Sekte Pemecah Langit, semakin jelas terlihat bahwa situasi telah berubah drastis. Pintu gerbang besar yang biasanya terbuka lebar untuk menyambut tamu kini tertutup rapat. Dua bilah pedang