Di Hēiyǐng Shān, Huànyǐng masih bergulung di tempat tidur membelakangi Qing Yǔjiā. Selimut ditarik hingga menutupi separuh kepalanya, hanya menyisakan rambut hitam yang berantakan."Sampai kapan kau akan merajuk seperti itu, Huànyǐng?" tanya Qing Yǔjiā jengkel.Gadis cantik itu, meski kini berpakaian jauh lebih sederhana tanpa aksesoris mewah yang biasa dipakainya, berkacak pinggang di depan tempat tidur. Wajahnya menunjukkan ketidaksabaran menghadapi drama pagi ini.Qing Héng Zhì, yang menyaksikan dari sudut ruangan sambil mengayun-ayunkan kakinya di kursi, akhirnya berusaha menengahi."Jiě, jangan begitu," tegurnya pelan, merasa tidak enak hati melihat Huànyǐng yang terus-menerus diam sejak bangun tidur.Namun, Qing Yǔjiā tidak terpengaruh."Biarkan saja!" sahutnya galak, lalu menoleh pada adiknya. "Héng Zhì, kau pergi saja ke pasar. Beli beberapa bahan makanan dan bibit tanaman yang sudah habis."Qing Héng Zhì, meski
Fajar menyingsing dengan cahaya yang redup di atas Hēiyǐng Shān. Tiānyīn berdiri di teras dengan guqinnya tergantung di punggung, bersiap untuk pergi. Huànyǐng masih tidur di dalam rumah bersama kedua bocah kecil yang memeluknya erat seperti anak kucing yang takut kehilangan induknya.Qing Yǔjiā berjalan mendekati Tiānyīn, tatapannya tertuju pada pemuda bermata biru itu dengan kekhawatiran."Yuè Èr Gōngzǐ, apakah tidak menunggu Huànyǐng bangun dan berpamitan padanya?"Tiānyīn menggelengkan kepalanya pelan.Qing Yǔjiā terdiam sejenak, lalu bertanya lagi dengan hati-hati, "Apakah Yuè Èr Gōngzǐ tidak ingin membawa Huànyǐng kembali ke Kediaman Aroma Wisteria?""Tidak sekarang," jawab Tiānyīn singkat dan tenang seperti biasanya..Tanpa banyak kata, ia melangkah meninggalkan Hēiyǐng Shān menuju Bi Hai Wan. Meninggalkan Qing Yǔjiā yang mengantarkannya hingga ke pintu gerba
Tiānyīn dan Huànyǐng duduk berhadapan di teras sebuah bangunan sederhana di puncak Hēiyǐng Shān. Di atas meja terhidang tumis sayuran hijau dengan daging, acar lobak, nasi hangat, ikan kukus, serta arak dan teh yang mengepulkan uap hangat ke udara malam.Suasana makan malam yang tenang ini berbeda dengan keributan di siang hari. Kedua bocah kecil telah tertidur lelap di dalam rumah, diurus oleh Nenek Qing dan beberapa perempuan lain dari klan Qing.Huànyǐng, tanpa diminta, mulai menjelaskan sambil mengambil sepotong daging dengan sumpitnya."Mereka adalah orang-orang dari klan Qing, klan Wu, dan sekte kecil lainnya yang melarikan diri saat diserang Bìxiāo Tiěwēi setahun lalu."Tiānyīn mengangguk, tatapannya beralih pada orang-orang yang tengah berkerumun di bangunan terbesar di bukit, menikmati makan bersama sambil bercanda dan berbincang. Meski hidup dalam kesederhanaan, wajah mereka tampak damai dan p
Setelah perjalanan yang dipenuhi tawa dan keributan kecil, Tiānyīn, Huànyǐng, dan Qing Yǔjiā akhirnya tiba di kediaman mereka di puncak Hēiyǐng Shān, disambut dengan senang hati oleh para penghuni bukit.Nenek Qing berlari tergopoh-gopoh dan langsung membungkukkan tubuh rentanya di hadapan Tiānyīn dan Huànyǐng, menunjukkan penghormatan yang tinggi meski napasnya masih terengah-engah."Jian Wu Gōngzǐ, Yuè Èr Gōngzǐ, maafkan A Jun!" ucapnya dengan sangat sopan. Meski jauh lebih tua, Nenek Qing yang hanya orang biasa di klan Qing harus bersikap hormat kepada para tuan muda dari klan besar.Tiānyīn hanya mengangguk dengan sikap tenang seperti biasanya, sementara Huànyǐng tertawa santai sambil menggoyangkan Xiǎo Bai yang mulai tertidur di gendongannya."Ah, tidak perlu segan begitu, Nek. Tidak apa-apa, sesekali membuat Dewa Musik Lanyin kerepotan mengurus bocah nakal seperti A Jun."Tiānyīn melirik Huànyǐng dengan tatapan datar yang familiar,
Setelah keributan kecil di tengah kota, Qing Yǔjiā dengan sopan mengundang Tiānyīn untuk mampir ke kediaman mereka. Meski terlihat tenang seperti biasa, Tiānyīn mengangguk setuju. Sesuatu dalam dirinya penasaran dengan kehidupan baru Huànyǐng di tempat yang mustahil ini."Yuè Èr Gōngzǐ, silakan ikut kami. Aku akan menyiapkan hidangan yang layak untuk tamu terhormat," ucap Qing Yǔjiā sambil membungkukkan badan.Huànyǐng tertawa. "Yǜjiā, jangan terlalu formal! Chénxī tidak suka diperlakukan seperti bangsawan."Mereka beranjak menuju Hēiyǐng Shān, Bukit Bayangan Hitam yang dikenal sebagai pusat kegelapan sejak kota ini diliputi aura misterius. Di perjalanan, Qing Yǔjiā mampir ke berbagai pedagang untuk berbelanja daging, sayuran, bahan-bahan makanan lain, dan tentu saja arak."Mofa Shi memang paling suka arak! Beli yang mahal sekalian!" Goda seorang pedagang sambil tertawa."Diamlah! Aku hanya ingin menyambut tamu dengan baik," sahut Huànyǐn
Melihat Tiānyīn yang berdiri di hadapannya setelah berbulan-bulan berpisah, Huànyǐng tidak mampu menahan diri. Tanpa pikir panjang, ia langsung berlari dan melompat ke dalam pelukan Tiānyīn dengan kekuatan penuh."Chénxī! Benarkah kau mencariku?" seru Huànyǐng dengan riang, kedua tangannya melingkar erat di leher Tiānyīn.Tiānyīn yang sama sekali tidak siap dengan serangan mendadak ini terhuyung mundur. Beban tubuh Huànyǐng yang tiba-tiba menimpanya membuat keseimbangan pemuda bermata biru itu terganggu, dan mereka berdua akhirnya terjatuh ke tanah dengan keras.Namun, sebelum mereka sempat mengucapkan sepatah kata pun, tiba-tiba terdengar jeritan dan tangisan dari arah kaki Tiānyīn."Huànyǐng Gēge!"Huànyǐng dan Tiānyīn menoleh bersamaan ke arah suara itu. Xiang Jun yang masih bersembunyi di balik jubah Tiānyīn kini hampir tertindih akibat kejadian tadi, wajah mungilnya memerah menahan tangis.