Home / Romansa / Penakluk Wanita / Cassanova sejati

Share

Cassanova sejati

last update Last Updated: 2021-08-06 21:58:00

Delapan tahun kemudian.

“Uuuu..” Semua orang bersorak, ketika Matt keluar dan hendak memasuki arena.

Ya, Matt memang beberapa kali ikut tinju liar. bukan karena jumlah uang yang di tawarkan, melainkan wanita yang menjadi taruhannya. Dalam pertandingan ini, pemenangnya akan mendapatkan wanita cantik yang duduk di antara juri itu. Si pemenang akan di layani oleh wanita itu hingga bosan.

“Matt, mana wanita yang menjadi taruhan?” Tanya Mike yang ikut berjalan di samping Matt.

“Itu.” Matt menunjuk pada gadis cantik dan sexy yang duduk di bangku paling depan.

“Uuu.. Wow bidadari dari surga.” Ucap Harry yang juga berada di samping Matt.

“Atau mungkin dia lebih cantik dari bidadari yang ada di surga.” Celetuk Mike.

Harry dan Mike menepuk pundak sahabatnya. “Kau pasti menang, Matt.”

Matt menjawab dengan mengangkat ibu jarinya ke atas. Lalu, ia mengedipkan satu matanya saat melewati wanita yang menjadi taruhannya itu.

Kini, Matt tengah berdiri berhadapan dengan lawan, di apit oleh wasit.

“Ladies and gentlement..”  kata pria yang juga berdiri di antara Matt, lawannya, dan wasit.

Pria yang bertugas sebagai pembawa acara itu membuka acara pertandingan ini. ia memperkenalkan Matt dengan lawannya.

Setelah acara di buka, wanita yang berbusana setengah telanjang pun mengelilingi arena dengan mengangkat papan yang bertuliskan “Ronde 1”.

“Are you ready?” Tanya wasit pada Matt dan lawannya.

“Ready. Oke.”

Wasit pun mengayunkan tangannya di antara Matt dan lawannya itu.

Keduanya saling pasang kuda-kuda dan berhati-hati menyerang.

Bugh

Matt menyerang lebih dulu, walau belum kena lawannya.

Bugh. Matt mencoba peruntungannya lagi, tapi masih belum kena. Kebetulan Matt pun masih mengeluarkan separuh tenaganya saja. Hitung-hitung pemanasan.

Bugh

Kali ini si lawan yang menyerang. Hingga si lawan mengeluarkan pukulan yang cukup kuat. Namun, Matt tetap bisa menghindar. Dan, seketika Maat langsung membalas pukulan itu.

Bugh

Matt langsung memukul tepat di pipi kanan lawan. Pukulan yang sangat kuat itu, langsung membuat si laan berdarah.

“Uuuuhhh.. Matt, Go Matt! Go!” Ucap Mike dan Harry yang di ikuti pendukung Matt yang lain. Matt memang sering menjadi juara di sini, sehingga ia sudah cukup terkenal di arena liar ini.

Keduanya saling pukul, saling menyerang. Namun, Matt tidak terlihat kepayahan seperti lawannya saat ini. Wajah Matt pun masih bersih, tanpa ada darah yang menghiasi kulit putihnya.

Tring

Wasit menyudahi Matt yang ingin memukul lawannya lagi. Kali ini ia harus kembali beristirahat.

Wanita yang setengah telanjang itu pun kembali berjalan mengelilingi arena dengan mengangkat papan “Ronde 3”.

“Habiskan dia, Matt.” Ucap Mike di telinga sahabatnya itu.

Matt menatap lawannya dengan enyum menyeringai, sementara si lawan menatap Matt dengan tajam. Ia ingat sesaat sebelum pertandinga. Si lawan berkoar-koar akan mematahkan tangan Matt, tapi belum masuk ronde ketiga saja, ia sudah ngos-ngosan melawan pria liar ini.

Bugh

Pukulan trakhir Matt menumbangkan lawan. Pukulan pamungkas yang biasa ia lakukan di detik-detik terakhir, yaitu pukulan paling kuat yang di arahkan pada wajah si lawan, membuat orang itu seketika tumbang.

“One, two, three..” Ucap wasit yang tak melihat si lawan bergerak dan bangkit dari lantai itu.

“Yeay.. The king.”

Wasit dengan cepat mengangat tangan Matt ke atas.

“Uuuuhhhhh..” Sorak semua penonton, termasuk wanita yang menajdi taruhannya itu.

Wanita iu merasa senang bahwa Matt lah yang menang, karena wanita itu pun ingin menjadi alat pemuas Matt. Setiap wanita yang menjadi taruhan di sana pasti merasa bangga, karena wanita yang berhak menjadi taruhan itu bukan wanita sembarangan. Wanita yang di jadikan taruhan di sini rata-rata di ambil dari kalangan artis atau  model terknal, anak pengusaha terkenal, atau bahkan dari anak anggota parlemen yang cukup tersohor di negeri ini. Gila memang!

Matt tersenyum licik ke arah wanita itu. wanita iu pun membalas tatapan Matt dengan senyum senang dan ia pun bangun dari duduknya, lalu pergi.

“Wah, aku yakin kau akan menang, Matt.”

Mike, Harry, dan Matt tertawa dan bertos ria.

“Kalau kau bosan, berikan wanita itu padaku.” Ucao Mike.

“Oya, tapi wanita itu yang tidak mau denganmu, Mike.” Celetuk Harry.

Matt kembali tertawa. Mereka kini sudah berada di ruang ganti. Tak lama, seorang wanita masuk ke ruang ganti itu.

Mike dan Harry menatap tak berkedip.

“Oke guys, aku pergi lebih dulu.” Ucap Matt sembari menggandeng pinggang ramping wanita itu.

“Fiuh..Fiuh...” Mike bersiul menatap kepergian sahabatnya yang akan bersenang-senang.

“Harry, saatnya kita yang bersenang-senang.” Kata Mike sembari merangkul Harry dan keluar untuk pergi ke club.

****

Satu bulan sudah Matt di temani oleh wanita yang ia menangkan di arena. Wanita itu tinggal di apartemen Matt. Setelah usia Matt menginjak dua puluh satu tahun, akhirnya ia memilih untuk tinggal di apartemen sendiri. Sementara ibunya tetap tinggal di kediaman Osborne.

Kini, Matt juga sudah mengambil alih bisnis Osborne, walau masih dengan bantuan sang Paman dan sahabatnya. Paman Sam, mengambil juga mengambil alih saham sang kakak. Ia mendapatkan amanat dari sang kakak untuk mengambil alih saham yang ia miliki.

Malam ini, Matt tengah bergelut dengan wanita itu. penyatuan yang sudah kesekian kalinya itu sudah tidak lagi menarik untuk Matt.

“Hmm.. Beib. Faster.." Ucap si wanita itu dengan mata yang sayu.

"Ah, Matt." Abigail terus meracau. Namun, Matt menghiraukan ocehan wanita itu.

Ia mulai tak berselera dengan tubuh yang telah ia gunakan lebih dari satu bulan itu. ia merasa wanita itu tak lagi menarik.

Setelah lama miliknya berada di dalam tubuh wanita itu, Matt belum juga merasakan pelepasan. Padahal wanita itu sudah akan sampai untuk ketiga kalinya. Namun dengan cepat Matt melepas miliknya.

“Ah, shit. Apa yang kau lakukan Matt?” Tanya wanita itu dengan marah. Pasalnya beberapa detik lagi ia akan merasakan pelepasan itu.

“Keluar. Aku bosan denganmu.”

Matt berdiri dan memakai kembali boxernya. Ia berjalan ke arah pintu balkon dan membukanya.

“Matt.”

Wanita itu menghampiri Matt dengan tubuh yang belum memakai pakaiannya. Ia memeluk tubuh kekar Matt dari belakang.

“Pergilah, Abigail. Aku bosan denganmu.”

Matt melepaskan tangan Abigail yang melingkar di perutnya. Ia mengibaskan tangannya tanpa menoleh. Malam ini, ia hanya ingin sendiri.

“Matt. Ah, shit.” Kesal wanita itu.

Ia memakai bajunya sembari menggerutu ke arah Matt yang sama sekali tak menoleh ke arahnya.

Bruk.

Abigail langsung keluar dan membanting pintu itu.

Di balkon, Matt memantik korek api eletrik dan mendekatkannya pada rokok yang akan ia hisap. Ia mulai mengebulkan asap itu ke udara yang cukup dingin.

“Matt, kakakmu akan pulang. Ia akan ke sini. Ia sudah punya anak dan seorang istri asal Indonesia.”

Kata-kata dari Paman Sam, terngiang di kepala Matt. David yang terkenal bast*rd, sama seperti dirinya, kini telah memiliki istri dan seorang putra. Sungguh luar biasa. Ia penasaran seperti apa rupa istri sang kakak, yang katanya membuat sang kakak bertekuk lutut, bahkan meninggalkan semua kebiasaan buruknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tina Perawati
seru...lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Penakluk Wanita   Pulang kampung

    Matt dan Nina berada di dalam mobil. Mereka hendak pergi ke Bandung untuk menemui orang tua dan keluarga Nina yag berada di desa itu.Sesekali Nina melirik ke arah Matt yang serius menyetir. Matt pun ikut melirik ke arah Nina, sesaat mereka saling berpandangan dan tersenyum.“Kenapa?” tanya Matt.Nina menggeleng. “Ngga apa-apa.”Matt mengeryitkan dahinya.“Aku tuh suka takut sama pria yang bertato.” Ucap Nina yang memang selalu melihat ke arah leher Matt yang terdapat garis berbentuk Z.“Keluargamu juga takut dengan pria bertato sepertiku?” tanya Matt.Nina mengangguk, tapi tetap tersenyum.“Tidak semua pria bertato itu jahat, Sayang,” ucap Matt.“Iya, tapi di tempatku itu desa banget. Tidak modern dan pastinya kamu adalah orang asing yang baru datang di desaku.”“Oh ya? Pasti seru,” ucap Matt santai.“Bye the way, kit

  • Penakluk Wanita   Aku ingin itu

    Pagi ini Dinda bersiap untuk kembali ke Bali. Ia tak melihat Tristan sejak semalam. Entah pamannya itu marah atau tidak padany, ia tak peduli. Untung, hari ini ia akan kembali ke Bali dan tak melihat pamannya lagi.“Ma, Tristan sudah berangkat?” tanya Melati pada ibunya saat di meja makan.“Sudah, dia berangkat dengan penerbangan paling pagi,” jawab Nenek Dinda.“Oh.”“Memang Om Trsitan kemana, Ma?” tanya Dinda ingin tahu..“Om mu sudah berangkat lagi ke Australia. Ternyata kantor pusatnya di sana, menarik dia kembali ke sana, karena teman yang menggantikan posisinya di sana kecelakaan,” jawab Kakek Dinda.Tristan memang berkuliah di Australia dan mendapatkan pekerjaan di sana. Sudah cukup lama Tristan bekerja di negara itu, hingga mendapatkan posisi yang bagus. Pernah ia mencoba untuk berhenti dari pekerjaannya dan ingin menetap di Malang saat Dinda lulus SMA, tapi akhirnya Tristan

  • Penakluk Wanita   Pipimu merah

    Matt mengendarai mobilnya hingga sampai di halaman rumah sang kakak. Di sana, sudah terlihat mobil David yang terparkir. Matt masih tersenyum mengingat betapa anehnya wanita yang baru saja ia antar pulang dari bandara.Setelah mematikan mesin mobil, Matt keluar dan mendapati Nina tengah bermain bersama Melvin dan Quinza di halaman rumah itu.“Melvin mana ya.. Quinza cantik.” Nina di tutup kedua matanya dengan kain dan berusaha menangkap Melvin dan Quinza yang sedang berlarian mengelilinginya.Matt tersenyum ke arah gadis lembut itu.“Ssstt.” Matt menutup bibirnya dengan jari telunjuk ke arah Melvin dan Quinza.Melvin dan Quinza hanya tertawa cekikikan tanpa suara, pasalnya Matt sengaja berjongkok agar Nina mengira bahwa dirinya adalah Melvin.“Nah, ya. Melvin ke tangkepetangkep.” Nina memeluk kepala Matt yang ia kira adalah Melvin.Matt merasa di atas angin, karena Nina memeluknya kepalanya erat sam

  • Penakluk Wanita   Benar-benar gadis aneh

    Dinda masih belum pulang ke Bali. Ia meminta izin pada Tasya dan rekan-rekannya yang ada di sana untuk bermalam dua hari lagi di Jakarta, karena hari ini ia mengantarkan Ardi untuk berangkat ke Florida.“Matt, Supir Mas David tidak bisa ke sini karena sedang mengantarkan klien. Bisakah kau mengantarku untuk mengantarkan Ardi ke bandara?” tanya kakak iparnya.Matt mengangguk. “Apa Nina juga ikut?”Sari menggeleng. “Dia menjaga anak-anak saja di rumah, sekalian memberi arahan pada pengasuh baru yang akan menggantinya nanti.”Matt kembali menganggukkan kepalanya.Tak lama kemudian, Matt mengganti baju dan bersiap untuk mengantarkan Sari menjemput keluarganya di Panti asuhan, lalu mengantar Ardi ke Bandara. Sementara di tempat yang berbeda, Dinda pun bersiap ke Bandara untuk melepas kekasihnya di sana.“Din, Mama tidak bisa menemanimu ke Bandara, karena mendadak mama harus menemani papa, saudara jauh pap

  • Penakluk Wanita   Babak pertama selesai

    David beserta istri dan anaknya melajukan mobil menuju Panti asuhan milik ibu David yang kini di kelola oleh orang tua Sari. sedangkan Matt, mengikuti mobil sang kakak bersama Nina.“Rumahmu di mana Nin?” tanya Matt pada Nina, kerena di mobil ini hanya ada mereka berdua.“Di Bandung. Tapi di Desanya.”“Bandung itu di mana?” tanya Matt lagi.“Di Jawa Barat, tempatnya sejuk. Nanti akan aku ajak kamu ke sana.”“Boleh, kapan?”“Apanya?” Nina tadi yang mengajak Matt ke kampungnya, tapi dia juga yang bingung jika ternyata Matt benar-benar akan datang ke sana. Pasalnya tadi, Nina hanya sekedar berbasa basi.“Ke rumahmu.”“Untuk apa?” tanya Nina.“Bertemu keluargamu.”“Untuk apa?” tanya Nina lagi.“Kamu maunya untuk apa? Melamar?” Matt tersenyum jahil.Sontak Nina terkejut. Seda

  • Penakluk Wanita   Jantung berdegup kencang

    Dinda bersama kedua orang tua dan Kakek Neneknya sedang menikmati makan malam.“Berapa lama kamu di Bali, Din?” tanya Baskoro, Kakek Dinda.“Kalau cepat dua tahun, Opa,” jawab Dinda.“Semoga cepat selesai ya, sayang. Terus kamu visa praktek di sini,” imbuh Risma, Nenek Dinda.“Belum, Oma. Perjalanan Dinda masih jauh kalau ingin praktek. Dinda belum ikut tes Ujian Kompetensi Dokter Indonesia. Setelah mendapatkan itu, baru Dinda bisa praktek dan benar-benar menjadi dokter,” jawab Dinda.“Memang untuk meraih cita-cita itu harus sabar dan penuh perjuangan, Din,” kata Wisnu, Ayah Dinda.Sejak kecil, ia memang ingin sekali menjadi seorang dokter. Dulu, ia sering main dokter-dokteran dengan sang paman dan beberapa kali Tristan meminta di periksa alat vitalnya kala itu. Dinda yang masih kecil pun hanya memegang dan memijat seperti arahan sang paman tanpa mengerti maksudnya.Tak lama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status