Share

Part 4

"Tadi malam keretakan terjadi pada rumah tangga kita yang baru beberapa jam terbangun. Pagi ini, kita baru saja memulai hidup yang baru meski sebagai orang asing yang tinggal satu atap," gumam Miana sembari menatap punggung Rendi yang hampir menghilang di balik pintu. 

"Aku membiarkanmu menikah lagi dengan wanita manapun, tetapi aku sama sekali tidak menyangka kalau kamu akan melakukannya besok pagi."

"Aku pikir, kamu akan menikah lagi dalam kurung waktu setidaknya beberapa bulan ke depan. Sayang sekali lagi-lagi pemikiranku salah tentangmu," sesal Mina dengan semua sikap Rendi yang jauh dari dugaanku. 

"Sebenarnya aku masih sangat mencintaimu, Mas. Aku bersedia bertahan di sini demi mendapatkan celah untuk membuatmu kembali mencintaiku."

"Aku hanya ingin memberikan diriku kepadamu ketika memiliki waktu untuk kita berdua bersama. Sayang sekali kamu tidak memiliki kesabaran untuk menunggu sedikit lebih lama lagi. Kamu lebih memilih untuk mencari wanita lain demi menuntaskan hasrat yang selama ini kamu tahan. Jangan salahkan aku kalau dari sini aku meragukan bahwa kamu dan Siska belum pernah bercinta sebelumnya," keluh Miana sangat menyayangkan sikap Rendi yang seperti itu. 

Hati Miana terasa tersayat dengan sikap Rendi yang sepertinya menikah hanya untuk melampiaskan hasratnya saja. Benar kata Rendi kalau pria normal membutuhkan yang halal untuk berhubungan, tetapi bukan dengan main hakim sendiri tanpa memberikan kesempatan untuk Miana menjelaskan.

Semalaman Miana tidak bisa tidur memikirkan Rendi yang akan membangun rumah tangga bersama Siska besok pagi. Wanita yang pernah menghuni hati Rendi di masa lalu kini kembali dengan menjadi penghuni tetap di rumah impiannya dan Rendi.

'Aku tidak boleh lagi bersedih. Saat Mas Rendi bisa move on dengan begitu cepat tanpa memikirkan perasaanku, maka aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku harus menyusun strategi dan rencana untuk membuat Mas Rendi menyesal,' tekad Miana dalam hati. 

'Yang pertama, aku harus mencari siapa dalang dari pembuat video dalam rekaman itu. Meskipun wajah kami dan suara yang dikeluarkan sama persis dengan suaraku, tetapi aku yakin perempuan yang di dalam sana bukanlah diriku.' Miana mulai menyusun cara untuk membersihkan nama baiknya.

'Rencana kedua aku harus mengetahui kelemahan Mas Rendi. Setelah aku menemukan pemeran wanita di dalam sana, maka aku akan menyerang Mas Rendi menggunakan kelemahannya. Ah, aku juga harus ingat kalau Mas Rendi berlindung di balik punggung ibunya.'

Miana merenung bersedih di dapur mengingat pagi ini suaminya akan membawa ratu baru kembali ke rumah mereka. Baru memikirkannya saja sudah membuat hati Miana sakit. Dia tidak tahu bagaimana nanti kalau sampai Siska sudah masuk ke dalam rumah tangga mereka.

Mencoba peruntungan di pagi hari, Miana bertekad untuk menahan Rendi agar tidak melakukan niatnya. Kalaupun itu harus terjadi maka Miana harus mendapatkan keuntungan sebagai timbal baliknya. Yah, semoga saja Miana berhasil.

"Mas, bisakah aku mengajukan satu permintaan saja sebelum kamu pergi untuk menikahi Siska?" tanya Miana mencoba memberanikan diri setelah memikirkan hal ini semalaman. 

"Kamu tidak memiliki hak untuk meminta apapun dariku, Miana. Kamu memang istriku, tetapi jangan pernah lupakan kalau itu hanya sebatas status saja. Namun, aku penasaran permintaan apa yang ingin kamu ajukan? Siapa tahu aku sanggup memenuhinya jika hal itu tidak merugikan ku." 

Perkataan Rendi berhasil memberikan sedikit harapan untuk Miana. Semoga dengan apa yang dia lakukan akan membuat Rendi mengurungkan niatnya untuk menikahi Siska dan memperbaiki hubungan mereka yang sudah renggang. Walau sebelumnya Miana sudah disakiti dengan sangat dalam. 

"Bisakah kamu menyentuhku terlebih dahulu sebelum menikahi Siska?" tanya Miana dengan mata terpejam erat mengingat kata-kata yang baru saja dia keluarkan terasa sangat berat baginya.

Yah, hanya satu pertanyaan, tapi mampu membuat Miana mengeluarkan seluruh energi yang dia miliki. Tidak kunjung mendapatkan jawaban dari Rendi, membuat Miana membuka pejaman matanya.

Tepat disaat Miana mampu melihat dengan sempurna, pandangannya langsung bersitatap dengan mata tajam Rendi yang membocorkan dengan dalam dan penuh arti. 

Entahlah apa yang sedang dipikirkan Rendi saat ini. Namun, dari sorot matanya Miana tidak mampu mengartikan apa yang tersimpan di dalam sana. 

'Apakah Mas Rendi mau menerima untuk bercinta terlebih dahulu denganku atau justru dia akan menjadikan momen sekarang ini untuk menghinaku lebih jauh lagi?' pikir Miana bertanya pada dirinya sendiri.

'Oh, padahal aku sudah mewujudkan harga diriku sendiri demi membangun kembali rumah tangga kami. Meski keinginanku sangat besar untuk membalas dendam kepada Mas Rendi, tapi aku ingin mewujudkan cita-citaku yang ingin menikah sekali seumur hidup saja,' lanjutnya berharap besar Rendi akan memenuhi permintaannya.

"Kamu masih memiliki muka untuk meminta sesuatu kepadaku yang bahkan kamu sendiri sudah tahu jawabannya, hmm?" Rendi menatap penuh ejekan sambil menilai dari atas ke bawah penampilan Miana. 

Miana yang ditatap seperti itu terasa risih. Dia melihat penampilannya sendiri dan merasa tidak ada yang salah sama sekali. Semuanya baik dan rapi, bahkan wangi karena sudah mandi juga memakai parfum.

"Aku akui kamu memang menarik. Bohay, aduhai, dan menggugah selera, tapi sayang sekali aku tidak berminat padamu. Aku harus menyiapkan energiku untuk pertempuran malam pertama nanti malam bersama Siska."

"Aku harap kamu mengerti alasanku yang sudah menolakmu. Kalau kamu kesepian dan membutuhkan belaian, kamu bisa mengemis pada laki-laki di luar sana. Aku tidak peduli sama sekali. Aku juga yakin mereka akan melayanimu tanpa meminta bayaran sedikitpun."

Rendi melanjutkan dengan kata-kata yang semakin menyakitkan. Bukan hanya itu saja, tawa mengejeknya pun semakin terdengar seiring dengan air mata Miana yang keluar. 

Miana tidak menyangka kalau Rendi akan menghinanya habis-habisan seperti ini. Dia sudah menduga kalau kemungkinan Rendi tidak mau menyentuhnya, tapi Miana tidak tahu jika akhirnya malah kata-kata menyakitkan yang keluar.

"Sudah cukup kamu menghinaku, Mas. Kamu menyakiti hatiku. Kemarin-kemarin aku masih menerima hinaanmu, tapi sekarang ini kamu akan mendapatkan sesuatu yang lebih menyakitkan dari kata batinku yang akan menjadi kenyataan," sesal Miana denhan sikap Rendi yang seperti pria tidak berpendidikan.

"Tuhan hanya akan mengabulkan doa dari wanita bersih dan suci. Bukan dari wanita kotor sepertimu yang berlindung di balik sakit hati. Semua kata batinmu tidak akan menjadi kenyataan," desis Rendi sambil membeberkan tajam.

"Sebenarnya aku ingin mengajakmu untuk menyaksikan pernikahanku dengan Siska, tapi kamu yang bersilat lidah membuatku mengurungkan niat. Aku tidak mau kamu akan menghancurkan pernikahan kami nanti."

Setelah mengatakan itu Rendi langsung pergi dari sana. Pria sepertinya sedang terburu-buru untuk melangsungkan akad nikah bersama Siska. Terlihat dari penampilan dan pakaiannya yang seperti pengantin pria. 

Miana langsung terduduk di lantai sambil menangis tergugu. Sedih, sakit, dan semua rasa kehancuran bercampur menjadi satu. Namun, ada sedikit ketenangan yang hadir di hati Miana mengingat dia tidak jatuh pada sentuhan Rendi dengan sifat buruknya.

***

Malam ini Miana berdiri menghadap ke langit di depan jendela kamarnya. Tadi dia berdiri di balkon, tapi karena hujan turun, Miana masuk dan memilih melihat langit dari balik jendela. Pintu penguburan yang terbuka membuat Miana melihat siapa yang berani masuk tanpa membedah terlebih dahulu.

"Meratapi kesedihan dan kesepianmu, hmm?"

"Bagaimana rasanya?"

"Hanya bisa melihat langit yang membasahi bumi membuat malam pertama kami semakin romantis, kesepian yang kamu bayangkan hal itu?" 

Tidak ada tanggapan sama sekali. Miana masih terdiam menatap seseorang di hadapannya. Ekspresi di wajah Miana tidak terbaca. Entah kesedihan atau ratapan, semua itu tidak terlihat jelas.

"Malam pertama adalah hal yang paling ditunggu-tunggu pasangan pengantin di seluruh dunia ini dan aku yakin sekali kamu juga termasuk di dalamnya."

"Namun, sepertinya kamu belum beruntung mendapatkan kenikmatan itu. Mungkin kamu harus sedikit lebih sabar lagi untuk bisa merasakan berbagi kehangatan dan panasnya permainan di atasnya. Aku dan ...."

"Diam!" Teriak Miana keras diiringi petir yang menggelegar.

Miana berteriak memotong kata orang itu sebelum menyelesaikan kalimatnya. Namun, bukannya marah, dia justru menampilkan senyum kemenangan atas teriakan amarah Miana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status