Rendi menatap remeh pada Miana yang terlihat begitu yakin menerima syarat darinya. Padahal, sudah jelas kalau wanita itu bersalah.
"Kamu terlihat sangat yakin menerima syarat dariku. Entah untuk apa kamu melakukannya, tetapi aku sama sekali tidak peduli. Untuk membuktikan bahwa dirimu tidak bersalah semuanya akan percuma. Aku sudah terlanjur kecewa padamu."
Miana menggeleng menatap penuh keberanian pada Rendi. Padahal, sebenarnya dia merasakan sakit yang teramat sangat di dalam hati. Pria yang dia cintai ternyata memiliki sifat dan watak menghakimi orang tanpa mau memberikan kesempatan.
"Aku ingin kita membuat sebuah perjanjian sebagai ganti atas kekecewaan yang sudah aku dapatkan atas perbuatanku di belakangku." Perkataan Rendi langsung menusuk ke dalam hati Miana.
'Aku harus kuat demi membuatnya menderita lebih sakit daripada yang aku rasakan saat ini. Aku harus menatapnya penuh keyakinan untuk membuktikan kalau aku sama sekali tidak keberatan dengan perjanjian yang dia berikan,' batin Miana menguatkan dirinya sendiri.
"Aku mengizinkanmu menumpang hidup di rumahku. Meski statusmu masih istriku, tetapi aku tidak akan pernah memberikanmu nafkah lahir dan batin. Kamu penuhi semua kebutuhanmu sendiri dan aku akan mengurus diriku sendiri," kata Rendi mulai memberikan persyaratan yang terlintas di pikirannya.
"Aku tidak masalah kita tinggal satu atap, tetapi jangan lupakan kalau itu hanya status saja. Kalau suatu saat aku akan menikah lagi, kamu harus menerimanya. Meski pada akhirnya tanpa izin darimu pun, aku tetap akan menikah lagi dengan wanita lain," papar Rendi menjelaskan panjang lebar mengenai kehidupan mereka ke depannya.
Miana memejamkan mata dengan erat merasakan sakit yang teramat sangat dari setiap kata-kata yang Rendi keluarkan. Miana mencoba menasehati dirinya sendiri untuk tetap bersabar demi sebuah keberhasilan yang besar.
'Ini semua hanyalah permulaan. Permainan inti akan dimulai setelah ini,' kata Miana menguatkan hati dan menahan air mata yang sejak tadi terus mendesak ingin keluar setelah mendengar persyaratan dari Rendi.
"Bagaimana? Kamu sanggup dengan persyaratan yang aku berikan?"
"Kamu bersedia membuat perjanjian seperti yang aku katakan tadi?" tanya Rendi menganggap remeh seperti Miana akan menolak semua itu.
"Aku menerima semua persyaratan yang kamu berikan. Perjanjian ini kita mulai dari sekarang dan aku mengurus diriku sendiri," tegas Miana.
"Sejak lama aku sudah menjadi yatim piatu. Jadi, bukan sesuatu yang sulit bagiku untuk hidup sendiri karena aku sudah terbiasa seperti sebelumnya. Hidup sendirian dan menafkahi diriku sendiri bukan hal yang akan membuatku kesulitan," jawab Miana mantap menyetujui.
"Ah, jangan lupakan kalau mulai malam ini kita tidak akan pernah tidur satu kamar, apalagi satu ranjang denganmu."
"Dan kamu juga jangan pernah bermimpi untuk meminta sentuhan dariku karena hal itu akan sangat mustahil kamu dapatkan. Aku tidak mungkin menyentuh wanita yang sudah pernah disentuh pria lain," tambah Rendi mengingatkan Miana seolah dirinya ini memang kotor dan tak layak.
Miana terpaksa menerima semua persyaratan itu karena dia sangat yakin kalau sebelumnya tidak pernah sekalipun berhubungan badan dengan pria manapun. Meski di dalma video itu terpampang nyat wajahnya yang sedang bermain panas.
Kali ini Miana memilih bertahan demi membuktikan kalau dia tidak bersalah. Wanita itu bertekad akan membuat Rendi menyesali keputusan itu.
"Seharusnya kamu yang berbangga mendapatkan keperawananku, Mas, tetapi justru kamu mengambil keputusan yang merugikan dirimu sendiri," ujar Miana mencoba membuat Rendi sadar kalau keputusan itu akan membuatnya menyesal.
"Aku tidak akan pernah menyesal, Miana. Perkataanmu yang seperti itu karena ingin menjebakku pada dirimu yang sudah tidak suci lagi. Aku jadi berpikir kalau sebenarnya kamu sudah hamil lebih dulu bersama pria lain dan menjadikan kata-kata manismu sebagai alasan agar aku menumpahkan benihku ke dalam rahimmu."
"Setelah berhubungan denganku, kamu akan mengatakan kalau anak yang sedang kamu kandung adalah darah dagingku karena pria yang sudah menghamilimu tidak mau bertanggung jawab atas perbuatan menjijikkan kalian. Benar begitu, bukan?"
Miana tidak dapat mengatakan apapun lagi. Rendi sudah benar-benar keterlaluan dalam menghina dirinya.
Tepat ketika Miana ingin membalas ucapan suaminya untuk membela diri ternyata pria itu sudah lebih dulu pergi dari sana sembari membanting pintu dengan sangat keras. Miana hanya menatap nanar pada kepergian Rendi yang menghilang di balik pintu.
"Kalau memang suatu saat nanti kamu akan menikah lagi dengan wanita lain, aku berjanji pada diriku sendiri akan membuatmu dan juga istri barumu berlutut di hadapanku."
"Walau aku tahu wanita lain sama sekali tidak bersalah atas kejadian ini, tapi aku akan membuat wanita manapun yang menikah denganmu menjadi menyesal setelah mengetahui sifat aslimu," gumam Miana berjanji pada dirinya sendiri sembari kedua tangannya mengepal kuat.
***
Pagi ini adalah hari pertama Miana menjadi istri Rendi. Dulu, Miana pernah bermimpi di hari pertama menjadi seorang istri, dia akan menyuguhkan masakan terbaiknya. Namun, kenyataan yang terjadi padanya saat ini sangat bertolak belakang dengan impian itu.
Terlihat Rendi berjalan mendekati Miana. Dia menatap tajam padanya yang saat ini menyajikan makanan di atas meja.
Miana mau masak seperti ini bukan untuk melayaninya sebagai suami, tetapi karena Miana memang ingin memasak banyak dan akan memakan semua untuk diri sendiri.
"Aku akan menikah dengan Siska besok pagi," kata Rendi memberitahu Miana. Sesuatu yang langsuny membuat wanita itu menatap tak percaya padanya.
"Aku berkata seperti ini bukan karena meminta izin darimu, tapi aku ingin kamu tahu kalau aku bisa mendapatkan wanita yang lebih baik darimu. Wanita suci yang tidak akan menyerahkan dirinya pada pria di luaran sana selain suaminya sendiri," lanjut Rendi setelah tidak ada tanggapan dari Miana.
Hati Miana sangat perih mendengarnya. Baru kemarin mereka melaksanakan ijab qobul, tetapi Rendi sudah ingin memiliki istri baru besok pagi.
"Aku tahu apa yang terjadi di antara kita tadi malam merupakan sesuatu yang sangat menyakitkan, tetapi apa sebegitu besarnya keinginanmu untuk berhubungan badan sampai harus menikah lagi dalam waktu yang begitu cepat, Mas?" tanya Miana dengan nada bergetar sembari berusaha menahan air mata yang hendak keluar.
"Aku pria normal, Miana. Sejak lama aku ingin berhubungan badan denganmu, tetapi demi menutupi kotornya dirimu, kamu memintaku untuk melakukannya setelah kita menikah. Jadi, jangan salahkan kalau aku mendapatkan penggantimu untuk membuktikan kenormalanku."
Miana tersenyum remeh menatap Rendi. Sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Mengingat dia yang begitu menghargai Rendi sebagai seorang pria dan calon imamnya di masa depan.
"Kata-katamu sudah menunjukkan bagaimana kamu yang sebenarnya, Mas. Beruntung aku tidak memberikan keperawanan kepadamu meski cara yang aku dapatkan dengan kamu yang menghinaku seperti ini."
"Dari sini aku tahu kalau sebenarnya kamu ingin berhubungan badan terlebih dahulu demi membuktikan apakah kamu mendapatkan bekas pria lain atau tidak. Bisa jadi kalau wanita yang kamu aja berhubungan sebelum menikah adalah bekas pria lain, kamu akan meninggalkannya begitu saja, tetapi jika kamu mendapatkan perawan, hal itu juga tidak menjamin kamu akan menjalin hubungan dengan serius sampai ke jenjang pernikahan."
Miana membalas perkataan Rendi dengan kata-kata yang terdengar tidak pantas untuk dikeluarkan, tetapi dia puas setelah melihat Rendi yang terkejut dengan kebenaran yang baru saja diucapkannya. Yah, apa yang Miana katakan adalah kebenaran mengenai sifat Rendi.
"Aku tidak peduli apa yang kamu katakan, Miana. Yang paling penting aku akan menikahi Siska besok pagi. Meski acaranya hanya sederhana, tetapi semua itu cukup untuk wanita sempurna seperti dia daripada harus berpesta mewah meriah nyatanya wanita yang aku nikahi hanya seonggok sampah tak berguna," kata Rendi sembari berbalik badan pergi dari rumah sebelum Miana membalas perkataannya.
"Siska, aku sudah membawa bantuan," kata Miana semakin panik ketika melihat wajah Siska bertambah pucat. "Siska," panggil Geri. Kemudian, pria itu terkejut melihat banyaknya darah yang tergenang. "Siska, kamu berdarah banyak sekali." Siska yang masih memegang perutnya terus merintih. "Sakit … perutku sakit sekali. Tolong aku," rintihnya. "Sayang, kita ke rumah sakit sekarang, ya. Kamu jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja." Geri segera menggendong Siska ala bridal style. Kemudian, segera menuju ke mobil diikuti Miana di belakangnya."Mia, bawa ponselmu dan hubungi yang lain. Katakan kita akan ke rumah sakit!" perintah Geri sembari sedikit berteriak.Miana segera berbalik badan dan mengambil ponselnya, lalu dia berlari menyusul Geri dan Siska ke mobil. Sesampainya di mobil, Miana segera masuk dan duduk di bangku penumpang."Tenang, ya, Sayang. Kita segera ke rumah sakit," kata Geri menenangkan ketika membaringkan Siska dengan kepala yang berada di pangkuan Miana.Namun, Geri b
"Siska, ada apa kemari?" tanya Miana dengan gugup melihat kedatangan Siska."Kamu mau mencari siapa dan untuk apa?" Siska masuk ke dalam mendekati Miana dan menatap curiga."Tidak, Siska. Aku hanya ingin mencari asisten baru untuk menggantikan Warsi," kelit Miana."Rasanya, aku tidak cocok dengan keberadaannya," tambahnya merasa hal itu termasuk alasan yang cukup tepat. "Kamu yakin?" Siska tidak percaya begitu saja.'Apa Siska tadi mendengarku? Lagi pula, ngapain dia datang ke kamarku? Tidak ketuk pintu lebih dulu lagi sebelum masuk,' kesal Miana dalam hati."Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya pada rumput yang bergoyang. Mereka pasti akan mendukungku," jawab Miana dengan santai. Sebisa mungkin dia tidak menunjukkan kegelisahannya."Baiklah kalau begitu," balas Siska mengangguk."Ada apa kamu ke sini, Siska? Rasanya tidak mungkin seorang Siska datang kemari kalau bukan karena sesuatu yang penting." Miana berjalan mendekati Siska dan duduk di atas kursi riasnya."Aku sedang s
"Tidak, Siska. Aku akan melakukan apapun yang kamu perintahkan, tapi tidak dengan bermalam bersama Mas Geri," tolak Miana kekeuh pada pendiriannya."Memangnya aku sedang meminta pendapatmu mau atau tidak?" Siska memicing menanggapi.Geri menyeringai menatap Miana yang mulai gelisah. Dia menjilat bibirnya sendiri tidak sabar melahap wanita di depannya."Mas, ayo kita ke bawah. Aku sudah lapar," rengek Siska manja."Ayo, Sayang. Kamu butuh asupan gizi lebih banyak. Kasihan kandunganmu kalau sampai terlambat sarapan," balas Geri, lalu mereka keluar dari sana meninggalkan Miana sendirian."Bagaimana ini, aku tidak mau berakhir dengan Mas Geri. Aku harus memberi penjelasan pada Siska agar dia membatalkan rencana gila mereka," gumam Miana mencoba untuk tawar menawar nanti, di waktu yang tepat. ***Sore hari."Siska, bisa bicara sebentar?" pinta Miana ketika Siska sedang duduk di taman belakang rumah."Ada apa?" jawab Siska santai sembari menyeruput teh miliknya."Jangan lakukan rencana gil
"Bagaimana, Mas? Jika tadi dildo itu yang memuaskan aku, bagaimana kalau sekarang kamu langsung yang melakukannya padaku?" tanya Siska mengalungkan kedua tangannya di leher Rendi."Bermain dengan benda mati di terasa nikmat, Mas kalah jauh dibandingkan denganmu yang melakukannya langsung," bisik Siska dengan sensu*l di telinga Rendi, selalu menjulurkan lidahnya menggoda sedikit cuping telinga pria itu.Rendi masih diam saja, tetapi pria itu tersenyum melihat Siska yang bersikap agresif kepadanya.Rendi menjatuhkan diri ke atas ranjang dan membiarkan Siska berada di atasnya. Dengan cara seperti ini tentu saja Siska tahu kalau Rendi sedang memancingnya untuk memulai permainan mereka terlebih dahulu. 'Sial! Ternyata Mas Rendi sangat ingin bermain denganku. Tidak ada cara lain, aku harus melayaninya. Walaupun milikku masih terasa, tapi harus aku tahan agar dia tidak curiga kalau sebelumnya aku sudah berkali-kali bersama dengan Mas Geri,' batin Siska akhirnya mulai menjelajahi suaminya."
"Cairan putih kental ini baunya sama dengan yang biasa aku keluarkan. Jika tidak, cairan seperti ini berasal dari milik Siska saat dia mencapai puncaknya," gumam Rendi saat menempelkan ujung jari telunjuknya ke cairan itu dan menciumnya untuk memastikan dia tidak salah mengenali sesuatu."Siska," geram Rendi. Pembuluh darah di lehernya berdenyut, tangannya mengepal erat, dan dia mengatupkan rahangnya. Kali ini Rendi benar-benar marah kepada Siska."Beraninya kamu berselingkuh dengan Mas Geri di belakangku. Kali ini aku tidak akan memaafkanmu." Pintu kamar mandi terbuka dan Siska keluar dengan handuk yang membalut tubuhnya. Jika biasanya Rendi akan bergair"h melihat Siska yang baru selesai mandi, maka berbeda dengan sekarang setelah terlintas di pikirannya kegiatan yang baru saja dilalui Siska bersama Geri."Mas, kamu sudah pulang?" tanya Siska terkejut melihat suaminya ada di sana."Kenapa? Kamu tidak suka aku pulang lebih cepat? Apa kamu lebih menyukai aku kurang terlambat agar kamu
"Mas Geri keluar dari kamarku dengan wajah segar seperti habis mandi, apa dia dan Siska baru saja ...." Rendi terdiam sejenak mengartikan sesuatu yang terlintas di pikirannya."Mas Geri dan Siska memiliki hubungan, Mas. Kalau kamu tidak percaya padaku, aku tidak masalah karena bukan aku yang rugi, tapi ingat, Mas suatu saat Kebenaran akan terungkap dan berpihak padaku."Kata-kata Miana seketika melintas di pikiran Rendi. Bukan hanya nada bicaranya yang diucapkan dengan tegas, tetapi wajah Miana yang terlihat memerah seperti orang marah karena dia tidak mempercayainya."Sebaiknya aku datangi mereka. Lebih baik aku tanyakan langsung daripada aku menduga dan salah sasaran seperti sebelumnya," gumam Rendi Ke arah Geri sebelum kakak iparnya itu masuk ke kamarnya sendiri."Mas Geri," panggil Rendi dengan suara keras membuat langkah Geri terhenti."Rendi, kamu sudah pulang?" tanya Geri terkejut melihat kiri ada di depannya."Aku sudah pulang karena semuanya aku kerjakan lebih cepat," jawab R