Share

Part 6

Penulis: Rfi Dianafi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-04 11:14:16

'Sepertinya aku tidak salah. Siska memang bermain mata dengan Mas Geri. Bahkan Mas Geri juga tidak segan memberikan balasannya. Aku akan membongkar rahasia Siska,' batin Miana sembari berjalan mengikuti mereka ke dalam.

"Mia, kamu cuma masak segini? Memangnya ini cukup buat sarapan kita?" Lastri, Ibu Rendi langsung melayangkan protes begitu melihat menu yang tersaji di meja makan.

"Ibu tidak bilang kalau akan berkunjung ke sini. Jadi, aku hanya masak seadanya. Tadi aku sudah minta bibik belanja lebih banyak untuk mengisi kulkas," jawab Miana apa adanya.

"Biar aku masak lagi, Bu. Ibu makanlah yang banyak. Aku dan Mas Rendi bisa makan setelah kalian nanti. Aku bisa masak mie instan untuk sarapan," sela Siska dalam pembicaraan Miana dan Lastri.

"Kamu memang menantu yang baik, Siska. Sudah sempurna, tidak cacat, dan mengerti bagaimana seharusnya bersikap pada ibu mertua," ujar Lastri menanggapi Siska dengan ramah.

"Tidak kayak si onoh yang bisanya cuma numpang hidup. Mau diceraikan saja, tetap maksa pingin jadi bagian dari keluarga kita. Nampak jelas tujuannya apa masuk ke dalam keluarga ini," sindir Tina pada Miana. Terlihat jelas Tina tidak menyukai keberadaan Miana di antara mereka.

"Kak, tidak perlu menyindirku seperti itu. Langsung saja bicara padaku. Aku mengerti siapa yang Kak Tina maksud," balas Miana menanggapi.

'Sabar ... sabar, Mia. Kamu harus kuat, kamu harus tahan. Ini bukan apa-apa. Mereka akan menerima yang lebih sakit dari yang kamu rasakan saat ini,' batin Miana menasehati dirinya sendiri.

"Baguslah kalau kamu sadar diri! Lebih baik seperti itu daripada harus disadarkan orang lain," ketus Tina penuh keangkuhan.

"Cukup, Sayang. Jangan seperti itu. Miana masih pengantin baru. Jangan membuatnya tidak betah di sini dan membuatmu terlihat buruk," timpal Geri menasehati istrinya. 

Awalnya Geri hanya berniat menunjukkan kalau dia memiliki kesan yang baik pada semua orang, tetapi Geri tidak sadar ada wanita yang merajuk mendengar dia memanggil sayang pada Tina.

Demi menenangkan Siska, Geri memberikan kedipan sebelah mata genitnya. Tanpa Siska dan Geri ketahui kalau hal itu tertangkap jelas di mata Miana yang berseberangan dengan mereka.

'Lagi? Mas Geri bermain mata dengan Siska di depan kami semua? Pasti ada sesuatu dari mereka. Mas Geri dan Siska terlalu berani bermain terang-terangan begini,' tebak Miana dalam hati. 

"Aku akan masak mie instan sekarang. Kalian dan Miana, sarapan saja dulu. Mas, jangan sarapan dulu. Tunggu aku dan kita sarapan mie instan sama-sama," pinta Siska pada Rendi setelah mempersilakan mereka sarapan dengan menu yang tersaji.

"Tidak perlu, Sayang. Kamu di sini sarapan sama kami. Sebagai pengantin baru kamu butuh lebih banyak tenaga dan energi. Biarkan orang yang tidak butuh tenaga yang menyingkir," pungkas Lastri diakhiri dengan sindiran pedas pada Miana.

"Aku tahu, Bu. Aku sadar diri dan ibu tidak perlu menyindirku seperti itu," kata Miana sembari beranjak dari meja makan. 

Miana memilih pergi dari sana dan naik ke atas ke kamarnya. Miana sudah tidak memiliki selera menyantap makanan di antara orang-orang yang membencinya.

"Maafkan aku yang hanya masak sedikit, Bu. Lain kali, aku akan memasak menu sarapan lebih banyak agar ibu tidak kekurangan makanan saat mendadak ingin sarapan di rumah kami." 

Tepat saat Miana menginjak anak tangga ke tiga, telinganya mendengar Siska yang memanipulasi keadaan. Miana tetap diam saja tanpa menjelaskan kalau sebenarnya dia yang masak. 

"Percuma aku menjelaskan pada mereka kalau Siska berbohong. Mereka tidak akan percaya. Padahal, Siska ke dapur setelah aku selesai memasak. Mereka hanya percaya pada Siska. Sedangkan aku, mereka membenci ku seperti musuh bebuyutan," gerutu Miana mempercepat langkahnya menilai anak tangga.

"Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot, Siska. Pengantin baru biasanya menghabiskan waktu di kamar. Bahkan untuk makan saja, seharusnya diambilkan dan diantar ke kamar. Kayak kita dulu, ya kan, Mas?" Tina meminta dukungan Geri untuk membenarkan perkataannya.

Geri hanya mengangguk. Pria itu tidak berani berbicara lebih banyak atau hal itu akan membuat Siska kembali merajuk seperti tadi, pikirnya.

***

"Begitu mudahnya kamu mencari istri baru, Mas. Hanya karena video fitnah itu kamu dan keluargamu menjadikan aku samsak untuk berpuas diri menghancurkan mental seseorang." Miana berbicara sembari menatap cermin di depannya. 

Mata Miana menajam menatap dirinya di pantulan cermin. Amarah besar terkumpul dalam netral indahnya yang saat ini semakin memerah.

"Kalau bukan karena aku ingin membalas dendam padamu, aku sudah pergi dari lingkaran keluargamu yang busuk. Aku tidak sudi berada di antara penjilat seperti kalian, tapi aku harus sabar. Aku harus menahan kekejaman ini demi kemenangan besar." 

Miana terus menasehati dirinya sendiri. Tanpa terasa bulir-bulir bening mengalir saat di pikiran Miana terlintas kebahagiaan yang dulu bersama keluarganya.

"Ayah, Ibu, Mia rindu kalian. Miana pasti kuat. Senyuman kalian yang membuat Mia masih bertahan sampai sekarang," kata Miana sembari mengusap air matanya.

Siang hari, Miana merasakan pusing. Mungkin karena tadi pagi dia tidak sarapan dan sekarang sudah lewat jam makan siang. 

"Mungkin mereka sudah pulang. Aku akan keluar sebentar mencari makanan." Miana beranjak dan membawa uang secukupnya karena tidak jauh dari rumah ada penjual makanan.

"Mia, mau kemana kamu, hmm?" tegur Lastri begitu melihat Miana menuju ke ruang tamu dan terlihat sepertinya akan keluar.

"Tidak sopan! Sudah tahu ibuku berkunjung ke sini. Bukannya melayani dengan baik malah mengacuhkannya dan semedi di dalam kamar. Apa kamu tidak tahu caranya menghormati orang tua?" Kelakar Rendi tanpa melihat Miana.

"Aku hanya ingin keluar sebentar, Mas. Lagian, bukan aku tidak sopan dan tidak mau melayani ibumu, tapi sepertinya mereka semua tidak nyaman dengan keberadaan ku di antara mereka. Jadi, sebelum aku disadarkan, lebih baik aku sadar diri terlebih dahulu," jawab Miana menatap Rendi yang masih berfokus pada ponsel di tangannya.

"Ibumu, kamu bilang? Jadi, kamu tidak menganggap ibuku sebagai ibumu?" tandas Tina begitu mendengar jawaban Miana.

"Kamu ini, ya memang tidak tahu diuntung. Kamu sendiri yang menciptakan jarak dengan kami, tapi kamu menggunakan alasan ibuku yang tidak nyaman dengan keberadaanmu. Sebenarnya apa maumu, sih, Miana?" serang Tina begitu ada kesempatan memojokkan Miana.

"Dia memang pandai bersilat lidah dan memainkan peran, Kak. Miana sudah teruji kehebatannya dalam memutar fakta yang ada. Jadi, jangan heran kalau dia terus mengelak dari fakta yang kamu sebutkan." Rendi menimpali dengan kejam.

Napas Miana naik turun menahan amarah. Bukan hanya sekali, tetapi dia diserang bertubi-tubi. Terlebih mereka berkelompok. Bagaimana bisa dia yang hanya sendiri menang melawan banyak orang? pikir Miana.

'Aku harus kuat. Aku harus bisa melawan mereka,' batin Miana menguatkan dirinya sendiri.

Saat Miana ingin menjawab berbagai tuduhan Rendi dan Tina, sorot matanya menangkap dua orang yang sangat Miana kenali. 

'Disini hanya ada ibu, Mas Rendi, dan Kak Tina. Berarti tidak salah lagi, itu Siska dan Mas Geri,' batin Miana menemukan alasan untuk menghindar dari kesalahan yang tidak diperbuatnya. 

'Yah, walaupun itu harus menggunakan orang lain sebagai korbannya, tapi semuanya tidak masalah asalkan bebas. Lagipula, Siska termasuk manusia jahat yang harus aku musnahkan dari bumi yang suci ini,' gumam Miana dalam hati.

"Mas, kemana Siska dan Mas Geri? Kenapa mereka berdua tidak ada di sini berkumpul dengan kalian?" tanya Miana membuat Rendi mengalihkan fokus dari ponsel untuk membalas tatapannya. 

"Terus, siapa itu, Mas? Dari yang terlihat, sepertinya itu perempuan dan laki-laki. Atau jangan-jangan itu Siska dan Mas Geri?" 

Miana menunjuk pada dua orang yang samar-samar terlihat dari balik gorden. Kedua orang itu berada di taman belakang rumah. Dari posisi mereka, gerakan yang timbul dari dua orang disebalik gorden terlihat mencurigakan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penantian Malam Pertama   Part 21

    "Siska, aku sudah membawa bantuan," kata Miana semakin panik ketika melihat wajah Siska bertambah pucat. "Siska," panggil Geri. Kemudian, pria itu terkejut melihat banyaknya darah yang tergenang. "Siska, kamu berdarah banyak sekali." Siska yang masih memegang perutnya terus merintih. "Sakit … perutku sakit sekali. Tolong aku," rintihnya. "Sayang, kita ke rumah sakit sekarang, ya. Kamu jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja." Geri segera menggendong Siska ala bridal style. Kemudian, segera menuju ke mobil diikuti Miana di belakangnya."Mia, bawa ponselmu dan hubungi yang lain. Katakan kita akan ke rumah sakit!" perintah Geri sembari sedikit berteriak.Miana segera berbalik badan dan mengambil ponselnya, lalu dia berlari menyusul Geri dan Siska ke mobil. Sesampainya di mobil, Miana segera masuk dan duduk di bangku penumpang."Tenang, ya, Sayang. Kita segera ke rumah sakit," kata Geri menenangkan ketika membaringkan Siska dengan kepala yang berada di pangkuan Miana.Namun, Geri b

  • Penantian Malam Pertama   Part 20

    "Siska, ada apa kemari?" tanya Miana dengan gugup melihat kedatangan Siska."Kamu mau mencari siapa dan untuk apa?" Siska masuk ke dalam mendekati Miana dan menatap curiga."Tidak, Siska. Aku hanya ingin mencari asisten baru untuk menggantikan Warsi," kelit Miana."Rasanya, aku tidak cocok dengan keberadaannya," tambahnya merasa hal itu termasuk alasan yang cukup tepat. "Kamu yakin?" Siska tidak percaya begitu saja.'Apa Siska tadi mendengarku? Lagi pula, ngapain dia datang ke kamarku? Tidak ketuk pintu lebih dulu lagi sebelum masuk,' kesal Miana dalam hati."Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya pada rumput yang bergoyang. Mereka pasti akan mendukungku," jawab Miana dengan santai. Sebisa mungkin dia tidak menunjukkan kegelisahannya."Baiklah kalau begitu," balas Siska mengangguk."Ada apa kamu ke sini, Siska? Rasanya tidak mungkin seorang Siska datang kemari kalau bukan karena sesuatu yang penting." Miana berjalan mendekati Siska dan duduk di atas kursi riasnya."Aku sedang s

  • Penantian Malam Pertama   Part 19

    "Tidak, Siska. Aku akan melakukan apapun yang kamu perintahkan, tapi tidak dengan bermalam bersama Mas Geri," tolak Miana kekeuh pada pendiriannya."Memangnya aku sedang meminta pendapatmu mau atau tidak?" Siska memicing menanggapi.Geri menyeringai menatap Miana yang mulai gelisah. Dia menjilat bibirnya sendiri tidak sabar melahap wanita di depannya."Mas, ayo kita ke bawah. Aku sudah lapar," rengek Siska manja."Ayo, Sayang. Kamu butuh asupan gizi lebih banyak. Kasihan kandunganmu kalau sampai terlambat sarapan," balas Geri, lalu mereka keluar dari sana meninggalkan Miana sendirian."Bagaimana ini, aku tidak mau berakhir dengan Mas Geri. Aku harus memberi penjelasan pada Siska agar dia membatalkan rencana gila mereka," gumam Miana mencoba untuk tawar menawar nanti, di waktu yang tepat. ***Sore hari."Siska, bisa bicara sebentar?" pinta Miana ketika Siska sedang duduk di taman belakang rumah."Ada apa?" jawab Siska santai sembari menyeruput teh miliknya."Jangan lakukan rencana gil

  • Penantian Malam Pertama   Part 18

    "Bagaimana, Mas? Jika tadi dildo itu yang memuaskan aku, bagaimana kalau sekarang kamu langsung yang melakukannya padaku?" tanya Siska mengalungkan kedua tangannya di leher Rendi."Bermain dengan benda mati di terasa nikmat, Mas kalah jauh dibandingkan denganmu yang melakukannya langsung," bisik Siska dengan sensu*l di telinga Rendi, selalu menjulurkan lidahnya menggoda sedikit cuping telinga pria itu.Rendi masih diam saja, tetapi pria itu tersenyum melihat Siska yang bersikap agresif kepadanya.Rendi menjatuhkan diri ke atas ranjang dan membiarkan Siska berada di atasnya. Dengan cara seperti ini tentu saja Siska tahu kalau Rendi sedang memancingnya untuk memulai permainan mereka terlebih dahulu. 'Sial! Ternyata Mas Rendi sangat ingin bermain denganku. Tidak ada cara lain, aku harus melayaninya. Walaupun milikku masih terasa, tapi harus aku tahan agar dia tidak curiga kalau sebelumnya aku sudah berkali-kali bersama dengan Mas Geri,' batin Siska akhirnya mulai menjelajahi suaminya."

  • Penantian Malam Pertama   Part 17

    "Cairan putih kental ini baunya sama dengan yang biasa aku keluarkan. Jika tidak, cairan seperti ini berasal dari milik Siska saat dia mencapai puncaknya," gumam Rendi saat menempelkan ujung jari telunjuknya ke cairan itu dan menciumnya untuk memastikan dia tidak salah mengenali sesuatu."Siska," geram Rendi. Pembuluh darah di lehernya berdenyut, tangannya mengepal erat, dan dia mengatupkan rahangnya. Kali ini Rendi benar-benar marah kepada Siska."Beraninya kamu berselingkuh dengan Mas Geri di belakangku. Kali ini aku tidak akan memaafkanmu." Pintu kamar mandi terbuka dan Siska keluar dengan handuk yang membalut tubuhnya. Jika biasanya Rendi akan bergair"h melihat Siska yang baru selesai mandi, maka berbeda dengan sekarang setelah terlintas di pikirannya kegiatan yang baru saja dilalui Siska bersama Geri."Mas, kamu sudah pulang?" tanya Siska terkejut melihat suaminya ada di sana."Kenapa? Kamu tidak suka aku pulang lebih cepat? Apa kamu lebih menyukai aku kurang terlambat agar kamu

  • Penantian Malam Pertama   Part 16

    "Mas Geri keluar dari kamarku dengan wajah segar seperti habis mandi, apa dia dan Siska baru saja ...." Rendi terdiam sejenak mengartikan sesuatu yang terlintas di pikirannya."Mas Geri dan Siska memiliki hubungan, Mas. Kalau kamu tidak percaya padaku, aku tidak masalah karena bukan aku yang rugi, tapi ingat, Mas suatu saat Kebenaran akan terungkap dan berpihak padaku."Kata-kata Miana seketika melintas di pikiran Rendi. Bukan hanya nada bicaranya yang diucapkan dengan tegas, tetapi wajah Miana yang terlihat memerah seperti orang marah karena dia tidak mempercayainya."Sebaiknya aku datangi mereka. Lebih baik aku tanyakan langsung daripada aku menduga dan salah sasaran seperti sebelumnya," gumam Rendi Ke arah Geri sebelum kakak iparnya itu masuk ke kamarnya sendiri."Mas Geri," panggil Rendi dengan suara keras membuat langkah Geri terhenti."Rendi, kamu sudah pulang?" tanya Geri terkejut melihat kiri ada di depannya."Aku sudah pulang karena semuanya aku kerjakan lebih cepat," jawab R

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status