Share

Part 7

"Tadi aku ke dapur, tapi tidak melihat Siska dan Mas Geri. Aku pikir mereka ada di sini karena pas aku ke taman belakang aku juga tidak melihat mereka. Ternyata mereka berada di tempat yang sedikit tersembunyi," papar Miana menjelaskan sembari pandangannya masih terarah kepada dua orang yang terlihat bergerak dari balik gorden.

"Kamu jangan sembarangan bicara, Mia! Tidak mungkin Mas Geri dan Siska begitu. Mereka kakak adik walau hanya terhubung sebagai ipar. Tidak mungkin mereka macam-macam," sanggah Tina mulai merasakan panas saat matanya menangkap dengan jelas pergerakan maju mundur dari seseorang yang berada di belakang seorang wanita.

"Kak, aku tidak nuduh macam-macam," sahut Miana membela diri.

"Kita lihat siapa mereka." 

Rendi berdiri dan berjalan ke belakang dengan cepat. Tidak hanya Rendi, Miana, Tina, dan Lastri juga mengikuti di belakangnya. Mereka semua penasaran siapa orang yang membuat melakukan gerakan mencurigakan itu. 

Sebagai orang dewasa, tentu saja mereka semua paham apa yang dilakukan oleh dua orang di balik gorden di taman belakang sampai menimbulkan gerakan seperti itu.

"Hei!" teriak Rendi berdiri di balik bunga yang menutupi dua orang di sebaliknya.

"I ... iya, Tuan," jawab dua orang dengan suara kompak.

"Kalian siapa?" tanya Rendi saat melihat dua orang yang sedang membersihkan taman yang berada tepat di sebalik jendela tadi. 

"Oh ... dia Warsi dan Supar. Mereka asisten rumah tangga baru yang ibu bawa untuk kalian. Warsi dan Supar akan membantu Siska membersihkan rumah. Kalau ibu tidak membawa Warsi ke sini, bisa-bisa Siska dijadikan pembantu sama Miana," celetuk Lastri diakhiri dengan sindiran keras pada menantu pertamanya.

"Tuh, kan, Mia. Mana ada Siska sama Mas Geri di sana. Kamu ini pikirannya kotor kali sampai segitunya mau fitnah Siska sama suamiku! Kebenarannya, malah mereka yang ibu bawa biar kamu bisa ungkang-ungkang kaki!" marah Tina teringat Miana menuduh yang tidak-tidak pada Geri dan Siska.

"Tapi, Kak ... tadi kalian lihat sendiri kan, kalau ...." 

Belum sampai Miana menyelesaikan kalimatnya, suara Rendi sudah lebih dulu menyahut dengan nada marah tertahan.

"Lain kali jangan buat berita kotor sekotor dirimu. Pikiran kotormu hampir buat kami menuduh orang yang tidak bersalah. Jangan pernah pakai cara licik buat menaikkan derajat hanya karena kamu sakit hati Siska lebih sempurna," potong Rendi dengan tatapan tajam pada Miana.

"Tapi, Mas ...."

"Masih mau bela diri?!" bentak Lastri dengan suara yang sangat keras.

"Di rumah ini tidak ada yang kotor kecuali kamu! Bukannya sadar diri, malah mau buat keributan!" maki Lastri yang langsung masuk ke dalam rumah menyusul Rendi.

"Awas, kamu! Kali ini aku maafkan. Sekali lagi kamu nuduh suami aku, kamu bakalan tahu akibatnya!" ancam Tina menunjuk tepat di wajah Miana yang sekarang terlihat memerah. 

Tina ikut masuk meninggalkan Miana yang meneteskan air mata. Miana mengusap cepat bulir bening yang terus menetes tanpa henti. Dia menatap tidak percaya pada anggota keluarga yang baru saja dia masuki.

"Padahal, aku yakin banget kalau tadi Mas Geri Ama Siska di sana. Rambut Siska yang panjang sama persis dengan wanita tadi, tapi kenapa aku lupa ngasih tahu kalau rambut Warsi pendek," keluh Miana menyalahkan dirinya sendiri yang lupa memberitahu ciri-ciri itu.

"Ada apa ribut-ribut, Bu?" tanya Siska yang datang dari arah pintu depan dan berjalan masuk bersama Geri yang berada di belakangnya.

"Itu, Miana nuduh kamu yang enggak-enggak sama Mas Geri," sahut Tina dengan cepat.

"Ngak ada apa-apa, Sayang. Biasa, Miana cemburu sama kamu yang sempurna," ujar Lastri dengan penuh kelembutan.

"Kalian dari mana berduaan gitu?" Akhirnya rasa curiga Tina muncul saat melihat Siska dan Geri masuk bersama. 

"Aku minta Mas Geri biar bantu Mas Rendi di kantor. Lumayan kan, itung-itung biar Mas Rendi naik jabatan," jawab Siska dengan santai dan duduk di samping Tina.

"Kak, aku juga bicara sama Mas Geri buat nanya sesuatu apa kira-kira yang disukai laki-laki. Aku mau buat Mas Rendi semakin klepek-klepek. Nah, Mas Geri juga nanya kesukaan perempuan. Soalnya Mas Geri takut Kak Tina berpaling makanya cari informasi buat nambah jurus," bisik Siska pada Tina. 

Setelah itu senyum lebar muncul di wajah Tina. Ternyata Adin ipar dan suaminya kompak berbagi resep untuk menyenangkan pasangan masing-masing, pikir Tina.

"Ternyata tidak seburuk pemikiran Miana. Dasar perempuan sundal itu! Bisa-bisanya buat kita mikir aneh-aneh sama kamu dan Mas Geri!" caci Tina dengan kesal mengingat kejadian tadi.

"Kakak pikir aja sendiri. Mana mungkin aku sama Mas Geri kayak tuduhan Miana. Kami ipar, Kak. Ngak akan terjadi sesuatu," timpal Siska meyakinkan.

"Kak Tina sama ibu maklum aja, ya. Mungkin Miana sedang cemburu akut. Jadi, pikirannya sedikit aneh dan tidak masuk akal," tambah Siska.

***

Pagi ini Miana memutuskan kembali masuk ke perusahaan tempatnya bekerja dulu saat sebelum menikah. Beruntung dia diminta kembali bekerja oleh perusahaan. Jadi, Miana tidak perlu repot-repot mencari pekerjaan baru. 

"Apa kalian tidak bisa kalau berm*sraannya cukup di dalam kamar saja? Apa harus di ruang tamu begini?" Miana menegur Rendi dan Siska yang sedang bercumb* di atas sofa di ruang tamu lantai dua.

"Oh, tentu tidak bisa. Sebagai istri yang baik, aku harus melakukan apa pun perintah suamiku. Termasuk melayaninya di manapun tempat yang suamiku mau," jawab Siska yang saat ini mengalungkan kedua tangannya ke leher Rendi.

Sedangkan Rendi, pria itu tetap melanjutkan kegiatannya menjelajahi Siska tanpa peduli keberadaan Miana. Rendi seolah tidak terganggu walaupun Miana melihat kegiatan mereka. Rendi terus membuat Siska yang berada di bawah kungkungannya semakin terbang melayang.

"Oh, Mia ... kenapa kamu tetap berdiri di situ? Apa kamu ingin terus melihat kami atau kamu berharap Mas Rendi akan memintamu menggantikan posisiku di sini?" 

"Aku tidak berminat hanya menjadi bahan pelampiasan nafsu suamimu, Siska. Lebih baik aku sendiri seumur hidup tanpa tersentuh pria daripada harus dijelajahi suamimu!" balas Miana dengan tajam dan berbalik menuju tangga berniat meninggalkan dua orang yang tidak tahu tempat itu.

"Aku yakin sekali kamu iri dan sangat menantikan sentuhan Mas Rendi yang nikmat ini, Mia," ledek Siska dengan sedikit erangan yang keluar. 

"Aku harap kamu tidak lupa dengan sentuhan seseorang selain Mas Rendi, Siska!" pekik Miana membalas Siska sembari terus berjalan menuruni anak tangga.

"Aku berjanji akan menceraikanmu, Mia!" teriak Rendi dengan suara yang sangat keras.

"Kamu akan menerima akibatnya nanti, Mia. Awas kamu! Akh, Mas!" hardik Siska disambut dengan erangan yang keluar.

"Kamu begitu mudah mencari istri baru dan melupakan aku begitu saja, Mas. Aku berjanji akan menyusun rencana untuk menghancurkan mu sampai berkeping-keping," gumam Miana.

Miana terus berjalan pelan menuruni anak tangga. Tatapannya tajam seperti belati yang siap menghabisi musuh. Miana menuliskan telinga dari suara-suara manusia tidak tahu adab di lantai dua.

"Bukan cuma Mas Rendi, tapi Siska juga akan menjadi targetku. Aku akan membongkar semua kejahatan Siska yang disimpan rapat-rapat. Aku tahu semua keburukan Siska, tapi aku belum memiliki bukti. Tunggu sampai aku menendangmu dan menjadikanmu bulan-bulanan netizen seantero tanah air, Siska."

Hati dan mulut Miana tidak berhenti bersumpah untuk orang yang sudah menyakitinya. Miana sebenarnya bukan tipe wanita pendendam, tetapi dia tidak akan segan-segan meledakkan bom waktu saat semua masalah sudah tidak sanggup dihadapinya lagi.

"Kemana Warsi? Kenapa sarapan belum ada di meja?" Miana bergumam heran melihat meja makan yang masih kosong tanpa ada menu sarapan.

"Bukannya Warsi digaji buat mengurus semua kebutuhan di rumah ini? Kenapa dia malah tidak melakukan pekerjaannya dengan baik?" geram Miana.

Miana yang sedang dalam kondisi badmood tidak akan melepaskan Warsi dengan mudah begitu saja. Terlebih saat Miana mengingat dia yang disalahkan di hari pertama Warsi ada di sini.

"Aku jadi punya alasan menyalahkan dia!" 

"Hari pertama Warsi berada di rumah ini, dia sudah membuatku terkena semprotan karena salah mengira orang. Sejak itu, aku belum memberi pelajaran yang setimpal pada Warsi. Sekarang saatnya wanita dengan wajah penuh kepalsuan itu harus menerima hukumanku walau dia hanya aku jadikan sebagai pelampiasan bad mood ku saja." 

Miana berjalan menuju dapur, tetapi orang yang dia cari tidak terlihat batang hidungnya. Namun, telinga Miana mendengar suara-suara aneh yang berasal dari kamar Warsi yang berada di dapur. 

Miana menuju kamar Warsi. Kebetulan pintunya tidak terkunci dan sedikit terbuka. Jadi, Miana memiliki sedikit celah untuk melihat isi di dalamnya, tempat suara aneh itu berasal.

"Ya ampun, ternyata ini yang Warsi lakukan pagi-pagi gini sampai dia ngak buat sarapan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status