Prook ... Prook ....
Lita memanggil driver ojek yang ada di sekitar kantor dengan bertepuk tangan. “Bang, ikutin mobil itu, ya!” perintah Lita pada driver yang menghampirinya.
“Harus lewat aplikasi, Mbak!” ucap si Driver.
“Saya bayar lebih, deh, Bang,” Lita mencoba bernegosiasi.
“Ya udah, ayo!” ajak si Driver.
Sang Driver langsung tancap gas saat Lita sudah menaiki motornya. Baik mata Lita maupun mata si Driver tak lepas dari Toyota Alphard yang sedang mereka ikuti, walaupun sempat beberapa kali tersalip kendaraan lain. Namun, dengan kejelian sang Driver, mereka berhasil mengikuti sampai di depan restoran khas Italia.
“Ok, Bang, sampe sini aja!” Lita langsung memberikan dua lembar uang pecahan seratus ribuan yang ada di saku kemejanya kepada sang Driver, lalu berlari memasuki restoran.
“Terima kasih, Mbak!” teriak si Driver. “Ck ... penampilan berantakan git
Dari toilet menuju mobil, Lita dan Adrian jalan beriringan. Begitu Adrian akan membukakan pintu untuk Lita, tiba-tiba Lita menangis dan memeluk Adrian. “Lita, kau kenapa?” tanya Adrian heran. “Lihat itu!” jawab Lita sambil menangis menunjuk kaca di pintu mobil. Adrian langsung melihat apa yang Lita tunjukkan. Ia merasa heran apa yang membuat Lita menangis, karena ia tak menemukan apa pun di pantulan kaca selain Lita dan dirinya. “Tidak ada yang aneh dengan kaca mobilku,” ucap Adrian. “Kaca mobilmu memang tidak aneh, tapi aku yang aneh!” “Kau?!” Lita mengangguk lalu melepas pelukannya. “Lihat! Aku berantakan sekali, pantas saja tadi mantan kekasihmu terus memanggilku pengemis dan penipu. Aku terlihat menyeramkan, Pak.” Lita menangis layaknya anak kecil yang sedang mengadu pada ayahnya. Adrian membersihkan jejak air mata yang ada di pipi Lita, kemudian memutar tubuh Lita dan membuka ikat rambutnya. Adrian menyisir rambut Lita den
“Sepertinya kau sedang berjauhan dengan suami? Bagaimana jika suamimu adalah aku?” Adrian menatap mata Lita dalam-dalam. Seketika Lita menegang. “Tidak mungkin Bang Danu menjodohkan aku dengan pembunuh,” batin Lita. "Apa kau sedang menghalalkan segala cara dengan tiba-tiba menjadi suamiku?” Lita balik bertanya. “Jangan jawab pertanyaan dengan pertanyaan!” “Pertanyaanmu yang membuat aku bertanya!" “Tujuanku bertanya agar mendapat jawaban bukan pertanyaan!” Mata Adrian terus menatap mata Lita. “Tapi pertanyaanmu seperti pernyataan.” Lita juga balas menatap mata Adrian. “Jika menurutmu pertanyaanku adalah pernyataan, apa itu artinya kau setuju jika aku adalah suamimu?" “Apa pertanyaanku tadi seperti sebuah persetujuan hingga kau ingin menegaskan statusmu?” “Kau pintar mendebat sekarang!" “Karena aku banyak belajar dari pendebat sepertimu, Pak!" “Kau semakin membuatku tertarik.” “Kau se
“Bukankah tadi kau bilang ini hari Sabtu?”“Ya!” jawab Adrian keheranan.“Astaga ... kenapa aku bisa melupakannya!”“Ada apa, Lita?”“Pak! Apa kau bisa mengantarkan aku pulang?”“Iya, katakan dulu, ada apa, Lita ....” Adrian ikutan panik“Sahabatku Mira, menikah hari ini dan resepsi pernikahannya nanti malam. Aku harus bersiap-siap dari sekarang, ini sudah jam dua siang!” Lita berlari menuju pintu masuk.“Lita, tunggu aku!” teriak Adrian.Lita tiba-tiba menghentikan larinya, bukan karena panggilan Adrian, tapi karena ide yang muncul di otaknya. “Waktu itu, ketampanan Pak Adrian membuat heboh grup chat pertemananku. Bagaimana jika sekarang aku mengajak Pak Adrian datang ke resepsi Mira, pasti mereka akan iri padaku dan akan bilang ‘Lita kau pandai sekali mencari pasangan’.” Lita tersenyum membayangkannya, lalu
Adrian terus berpikir hingga jarak dengan panggung mempelai semakin dekat. “Lita, tunggu!”“Ada apa, Pak?!”“Eee ... Apa kau membawa tissue?”“Sepertinya ada beberapa di tasku.” Lita langsung melihat tas yang sejak tadi menggantung di bahunya. "Ini.” Lita memberikan satu pack tissue kecil.“Kau tutupi sebagian wajahmu dengan tissue. Jangan kau buka hingga turun dari panggung. Jika temanmu bertanya, katakan saja kau sedang flu, dan jangan sampai mempelai pria melihat wajahmu!"“Memangnya kenapa, Pak?!” protes Lita.“Aku tidak mau mempelai pria jatuh cinta setelah melihat kecantikanmu," ucap Adrian berbohong agar Lita tidak panik.“Aku tidak mau!”Adrian merangkul pinggang Lita. “Kalau kau tidak mau, jangan salahkan jika aku menciummu di atas panggung,” bisik Adrian.“Ish ... aku menyesal mengajakmu ke sini!"
Setelah tidak menemukan benda yang Ia cari, ide konyol tiba-tiba terlintas di pikirannya. “Pak, berikan kuncinya atau aku akan membuatmu ‘menjerit’ berkali-kali hingga pagi!” Lita mencoba menggunakan ancaman yang kemarin Adrian lakukan padanya, walaupun hati kecilnya tidak yakin.Tentu ancaman seperti itu tidak membuat Adrian takut, ia malah balik menantang Lita. “Kau ingin memerkosaku? Baiklah, aku siap-siap dulu.” Adrian bangun dari tidurnya untuk membuka baju.“Jangan, jangan! Aku hanya bercanda! Baiklah aku akan tidur di bawah saja.” Lita mengambil bantal di dekat Adrian.“Kalau kau tidur di bawah, aku tidak hanya membuatmu menjerit, tapi juga mendesah sampai pagi.” Adrian memajukan mulut seperti mencium jarak jauh.Lita langsung memukul wajah Adrian dengan bantal. “Pak, ini sudah malam kenapa bicaramu vulgar sekali!”“Kalau begitu tidur di sampingku atau aku ak
Levin lagi-lagi melihat kekhawatiran di wajah Adrian. “Tuan, saya ikut!”“Tidak perlu, kau di sini saja!” larang Adrian.“Tidak! Saya harus ikut! Saya sudah sejak tadi di sini!” Levin memaksa.“Jika Anda tidak mengajak saya, saya akan memberi tahu Kakak perbuatan Anda semalam di lobi,” bisik Levin.Adrian mendengus mendengar ancaman Levin. “Kau berani mengancamku?” Levin mengangkat kedua bahunya langsung menuju mobil Adrian.“Jika kalian pergi, lalu kami berdua bagaimana?” tanya Fara tak ingin ditinggal.“Kau goda Kak Zein saja,” saran Adrian. Zein langsung mengedipkan matanya saat Fara meliriknya.“Kalau begitu aku pergi sekarang.”“Kau sangat buru-buru, apa ini tentang Lita?” tanya Zein.“Tidak, Lita baik-baik saja di apartemen. Ini tentang pegawaiku yang salah menginfut data,” bohong Adrian.&
Adrian memeluk Lita tak kalah erat. Ia menyesali dirinya yang sempat memarahi Lita, bahkan menyeretnya sampai ke kamar, sedangkan Lita dalam keadaan takut seperti ini.“Tenang, Sayang. Kau tidak perlu takut. Aku akan selalu ada untukmu,” hibur Adrian dan Lita membalas dengan anggukan karena tak bisa bicara dalam tangisannya.“Mulai sekarang, katakan apa yang kau inginkan, apa yang kau butuhkan dan apa yang kau cari. Aku akan membantumu. Jangan pernah bergerak sendiri lagi. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu. Aku menyayangimu.” Lita makin terisak mendengar ucapan Adrian.Kini hati Lita makin bingung untuk menentukan sikap. Ia selalu menahan hati dan perasaannya agar jangan sampai mencintai Adrian, tapi segala kecerobohannya terus membuat Adrian menarik perasaan dan perhatiannya hingga menggoyahkan hati yang susah payah ia bentengi.“Bang, aku harus bagaimana? Aku menemukan sosok sepertimu dalam dirinya. Aku kembali menemukan
“Apa aku harus meminta bantuan Levin mencari Lita? Tapi itu akan memakan waktu. Lagi pula Levin sedang bersama Lee sekarang. Kalau aku meneleponnya, Lee pasti akan curiga. Memanggil para bodyguardku juga akan memakan waktu untuk sampai ke sini. Aku tidak punya pilihan, aku harus mencarinya sendiri!" ujarnya.Adrian melambatkan laju mobilnya, berharap bisa menemukan Lita di antara keramaian. Namun, setengah jam mencari, Adrian tak kunjung menemukan Lita. Hingga dari kejauhan, matanya melihat wanita bergaun biru langit yang ia kenal sedang menaiki taksi. Adrian langsung tancap gas agar bisa menghadang taksi yang membawa istrinya.“Pak Adrian?!” pekik Lita saat melihat seorang pria keluar dari mobil yang menghadang taksinya.Adrian segera turun dari mobil dan duduk di kursi penumpang bersama Lita. “Pak, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Lita kesal.“Aku ingin pulang bersamamu. Jalan, Pak!” perintah Adrian se