Share

Pencarian Dalam Dendam
Pencarian Dalam Dendam
Author: Hm_14

Penganiayaan

Author: Hm_14
last update Last Updated: 2021-04-18 23:25:57

Setelah mendapat ancaman dari Lukman Park, Bos yang sudah ia khianati, Danu terus saja menginjak dalam-dalam pedal gas mobil SUV yang ia kendarai. Ia tak lagi menghiraukan bunyi klakson yang memekakkan telinga, juga umpatan dari pejalan kaki yang nyaris tertabrak olehnya.

Tujuannya hanya satu, yaitu tiba secepatnya di apartemen miliknya dan membawa Arlita- adik angkat kesayangan pergi sejauh mungkin dari Jakarta. Danu ingin mengantarkan Lita pada suaminya.

Begitu tiba di parkiran apartemen, Danu langsung berlari menuju unitnya.

“Lita … Lita …!” teriak Danu begitu tiba di unit apartemennya.

Lita yang sedang berada di dapur langsung menghampiri Danu yang terlihat begitu panik. “Ada apa, Bang?” 

“Bereskan semua pakaianmu. Sekarang!” perintah Danu sambil terus menarik tangan Lita menuju kamar Lita.

“Loh! Kita mau ke mana, Bang? Aku baru aja selesai masak. Aku masak makanan kesukaan Abang,” jawab Lita ikutan panik.

"Lita, kita akan pergi dari Jakarta, dan ….” Danu memegang kedua bahu Lita, menatapnya sendu ketika mereka sudah berada di kamar Lita.

“Dan apa, Bang?” tanya Lita heran dengan tatapan mata Danu.

“Sebenarnya kamu sudah menikah dua hari lalu, saat kamu tertidur lama siang kemarin. Abang terpaksa menikahkanmu untuk melindungimu, dan sekarang kita akan pergi ke tempat suamimu. Kamu akan aman di sana!” 

Tentu itu menjadi kabar yang mengejutkan sekaligus aneh untuk Lita. Dia tidak sadar apa yang terjadi selama lima belas jam ia tertidur. Sekarang, Danu mengatakan kalau dia sudah menikah dan memiliki suami.

Jika memang ia sudah menikah, tentu ia akan melakukan malam pertama dan akan ada rasa sakit di bagian tubuhnya. Selain itu apartemen kakaknya juga pasti akan dihiasi layaknya acara pernikahan, walaupun sederhana. Tapi ini semua benar-benar tampak biasa saja.

Danu memang bisa menjadi wali yang sah bagi Lita untuk menikahkannya, mengingat mereka hanya berasal dari panti asuhan dan tidak tahu siapa orang tua mereka, karena mereka juga sama-sama menjadi anak yang tak pernah diinginkan kehadirannya ke dunia.

“Menikah?! Abang tidak salah bicara ‘kan?”

“Abang tidak bisa menjelaskan apa pun sekarang. Abang dan suamimu akan menjelaskan begitu kita sampai di tempat tujuan.”

Danu langsung memeluk adik tersayangnya. Mengerti akan kebingungan Lita. “Sekarang, ayo kita kemasi semua pakaianmu!”

Lita pun langsung menuruti perintah Danu. Begitu mereka akan keluar dari kamar, Lita dan Danu mendengar suara pintu yang didobrak. Danu menarik Lita untuk bersembunyi di dalam lemari pakaian.

“Ingat! Apa pun yang terjadi, jangan keluar dari sini sampai waktu benar-benar aman. Jika Abang pergi tidak kembali lagi, kamu harus menemui Adrian Dinata. Dia yang bertanggung jawab atas dirimu dan semua ini. Karena ini adalah rencananya.” Dengan air mata yang mulai mengalir, Danu memeluk dan mencium Lita berkali-kali.

“Bang! Jangan pergi. Lita tidak punya siapa-siapa lagi selain abang,” isak Lita.

Danu kembali mengeratkan pelukannya. “Abang sangat, sangat, sangat menyayangimu. Suamimu akan melindungimu setelah Abang pergi.”

“Tapi, Bang—“ ucapan Lita berhenti ketika mereka mendengar suara dobrakkan pintu di kamar sebelah yang merupakan kamar Danu.

“Cepat, masuk!” perintah Danu sambil mendorong Lita  masuk ke dalam lemari lalu segera menutupnya.

Baru saja Danu melangkah, pintu kamar Lita sudah berhasil didobrak oleh ketiga orang yang dikirim Lukman untuk menghabisinya

“Dasar bocah brengs*k. Dikasih bayaran gede, bukanya tunduk, Lu malah khianatin Koko,” ujar pria paruh baya bernama Mark.

“Gua gak mau ngotorin tangan gua buat bunuh orang,” jawab Danu tegas.

“Alah … sok suci, lu. Lu, ‘kan, tahu kerjaan Koko. Kenapa lu masih mau terima duit dari Koko?” sanggah pria termuda di antara tiga orang tersebut bernama Rex.

Di dalam lemari, Lita hanya dapat mendengarkan percakapan para lelaki yang ada di kamarnya tanpa bisa membela Danu.

“Gue tetap gak akan mau bunuh orang!"

“Banyak bacot, Lu!” ujar pria  berwajah oriental bernama Lee Park, lalu ketiganya menyerang Danu secara bertubi-tubi.

Merasa penasaran dengan kejadian di luar persembunyiannya, Lita memberanikan diri untuk sedikit membuka pintu lemari. Dari situ ia melihat ketiga lelaki yang mendobrak pintu kamarnya sedang menganiaya Danu. Ketiga lelaki itu tidak peduli jika darah segar sudah keluar dari hampir semua bagian wajah Danu dan memar di semua bagian tubuhnya. 

“Bang …,” lirih Lita ingin segera menolong. Namun, pesan Danu tadi seperti mengikat kakinya untuk tetap diam di tempat.

 Setelah Rex, Mark, dan Lee sudah puas memukuli Danu, mereka menyeret tubuh Danu yang sudah tidak berdaya.

   

Sebelum tubuh Danu benar-benar hilang dari jangkauan matanya, Lita sempat melihat Danu menyunggingkan senyum ke arahnya. Ia dapat melihat dengan jelas senyum terakhir Danu, walaupun ia hanya melihatnya dengan sebelah mata, karena tak memungkinkan untuk membuka pintu lemari secara keseluruhan.

Setelah sepuluh menit kepergian Danu, Lita baru berani keluar dari lemari yang sejak tadi melindunginya. Lita langsung luruh tepat di mana Danu dipukuli.

“Bang, jangan pergi ...." Tangis Lita pecah melihat bercak darah Danu yang berceceran di lantai. Bahkan, ceceran darah saat Danu diseret keluar membekas begitu panjang sampai keluar kamar.

Lita bingung apa yang harus dilakukan. Sekarang ia hanya sendiri, benar-benar sendiri tanpa Danu yang selalu menghibur, menjaga dan melindunginya dari apa pun.

“Bang, kenapa Abang mengingkari janji Abang.  Abang bilang akan selalu bersamaku. Bahkan, Abang tidak mengizinkan aku menikah jika suamiku membawaku pergi,” isak Lita sambil meraba bercak darah di lantai.

“Bang, Aku bisa apa tanpamu?” Lita hanya bisa menangis sesenggukan.

Baru tadi sore senyum terus merekah di bibirnya. Sambil memasak ia terus membayangkan betapa lahapnya Danu  jika dimasakan terong balado, makanan favoritnya. Tetapi kini, jangankan memakannya dengan lahap, Danu bahkan belum sempat menyentuh masakannya.

Lita Hanya bisa menangis di tempat Danu dipukuli. Bayangan senyum terakhir Danu terus terbayang di otaknya hingga mengantarkannya masuk ke dunia mimpi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pencarian Dalam Dendam   Akhir

    “Koko, jika aku boleh tahu, apa yang membuatmu ingin menyakiti, bahkan membunuh orang terdekat Adrian? Selama aku menjadi anak buahmu, aku tidak pernah melihat Adrian mengganggumu, tapi kenapa kau sangat ingin menyakiti Adrian? Bukankah Adrian itu anak dari Nyonya besar?” Bara mengungkapkan rasa penasaran yang bertahun-tahun ia pendam. Bahkan sahabatnya tewas karena misi ini.Mendengar pertanyaan Bara, Lukman menyunggingkan sudut bibirnya. Ia kembali teringat awal mula kebenciannya pada Adrian.“Karena dulu Lian merebut apa yang aku punya,” jawab Lukman.Bara semakin bingung dengan jawaban Lukman. Ia tahu Lian adalah ayah Adrian, tapi kenapa Adrian yang selalu ia incar.“Lian? Bukankah itu ayah dari Adrian? Tapi kenapa Koko dendam pada Adrian?” Bara mengungkapkan kebingungannya.“Karena Adrian yang menyebabkan istriku meninggal!”jawaban Lukman semakin membuat Bara bingung. “Bukankah istri Lukman ada

  • Pencarian Dalam Dendam   Lukman Park

    Mimi langsung menunjukkan wajah heran. “Apa maksudmu dengan kau? Bukankah kau yang menyuruh aku datang?”“Aku?!” tanya Adrian tidak percaya sekaligus bingung.“Iya, kau! Kau menyuruhku datang jam sembilan malam dengan menggunakan gaun berwarna merah!” Mimi segera mengambil ponsel di dalam tasnya untuk menunjukkan bukti bahwa ia tidak berbohong. “Ini! Aku belum menghapus pesan yang kau kirimkan sore tadi!”Adrian langsung mengambil ponsel Mimi untuk membuktikan kebenaran dari ucapan Mimi.Adrian: Aku merindukanmu! Datanglah ke Restoran My Food jam sembilan malam. Kenakan gaun berwarna merah maroon dan rias dirimu secantik mungkin. Aku ingin kita mengulang masa-masa Indah kita dulu. Adrian menghela nafas kesal saat membaca pesan yang ia yakin dari Lita karena ponselnya saat ini sedang dipegang oleh Lita.“Kau mempermainkanku! Baru siang tadi aku memohon agar kau mau meneri

  • Pencarian Dalam Dendam   Pembalasan Dendam yang pertama

    “Maaf Rado, aku membutuhkan bantuanmu, tapi aku juga terpaksa mempertemukan tunanganmu dengan manta kekasihnya,” ucap Lita setelah mengirim pesan pada Rado.Setelah itu Lita langsung bergegas membersihkan diri, dan memakai pakaian serba hitam serta menggunakan hoodie milik Danu.“Bang, hoodie ini adalah hoodie yang sering abang pakai saat Abang akan Bertemu teman-teman Abang di luar jam kerja. Semoga Rex mengenali hoodie ini,” ucap Lita saat bercermin, lalu ke luar dari kamar dan menuju mobilnya.Lita: Bawa Rex ke klub malam, sekarang! Lita mengirimkan pesan pada Rado terlebih dahulu sebelum tancap gas.Sejak tadi Lita dan Rado sudah berbalas pesan. Ia menyuruh Rado membawa Rex ke sebuah klub agar bisa melakukan pembalasan dendam pertamanya.Lita pergi pukul delapan malam dari apartemen. Ia datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan dengan Rado. Lita ingin melihat Rex dari kejauhan sebelum ia menda

  • Pencarian Dalam Dendam   Ajakan Kencan

    Saat Adrian ingin menghampiri Yani, tiba-tiba Dokter Pratama menahan bahunya. “Tunggu! Aku tahu seberapa besar pengaruh Adrian Dinata. Masalah yang kuhadapi saat ini tentu bukan hal yang berat jika kau mau membantuku sedikit saja,” pinta Pratama.“Baiklah, aku akan membantumu. HANYA SEDIKIT SAJA!” Adrian sengaja menekan ucapan terakhirnya agar Pratama mengingat.Adrian langsung mengeluarkan ponselnya di saku jeans-nya. “Levin, batasi semua pergerakan anak buah Indra yang berhubungan dengan RSJ tempat Bu Yani dirawat!” Adrian langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Levin.“Aku sudah membantumu, selebihnya kau atasi sendiri masalahmu!” ucap Adrian.Pratama membungkuk hormat sebagai tanda terima kasih, lalu pergi bersama beberapa perawat.“Apa aku terlihat tampan?” tanya Adrian pada Lita yang terus menatapnya tanpa berkedip.Lita mengangguk antusias sambil tersenyum. &l

  • Pencarian Dalam Dendam   Membebaskan Bu Yani

    “Dengan?!” tanya Adrian heran.Lita langsung berjinjit untuk mencium Adrian. Melumat bibirnya dengan penuh kelembutan, berharap apa yang dia lakukan saat ini bisa sedikit membuat Adrian rileks. Lita tak peduli jika ketiga bodyguard Adrian masih ada di dekat mereka. Yang ia ingin saat ini hanya menghilangkan kecemasan Adrian.Adrian kembali mengeratkan pelukannya yang sempat mengendur. Ia menikmati permainan bibir Lita yang menurutnya makin pintar. Bahkan, saat Adrian ingin menyudahi permainan mereka, Lita menahan tengkuknya dan terus melumat bibir Adrian dengan rakus.Selain ingin membuat Adrian rileks, Lita juga sudah tidak bisa menahan pesona Adrian yang menurutnya makin tampan di tiap jamnya.Saling terbuai permainan masing-masing, membuat keduanya lupa bahwa saat ini masih siang hari dan mereka sedang ada di tanah lapang, sehingga keintiman mereka dapat dilihat oleh sepasang mata yang belum terlalu jauh pergi, melalui kaca spion.&l

  • Pencarian Dalam Dendam   Bara

    Seandainya aku bisa mengikuti kata hatiku tanpa beban karena dendam di hatiku, tentu aku akan menyambutmu dengan senyuman kebahagiaan, bukan dengan tangisan seperti ini," lirih batin Lita. "Aku sedih karena aku tergoda ulat bulu sepertimu!” ucap Lita asal, karena tidak mungkin mengatakan kegalauan hatinya.Adrian terkekeh mendengar jawaban Lita. Alih-alih marah, Adrian justru mengeratkan pelukannya dan bertanya, “Apa aku boleh mencium pipimu?”Lita mengangguk dalam dekapan Adrian memberi izin. Dan Adrian terus menyerang Lita dengan ciumannya di seluruh wajah Lita hingga Lita kegelian dan tertawa.“Jangan ganti senyum manismu dengan tangisan, itu akan membuat wajahmu semakin jelek,” ledek Adrian sambil mengusap jejak air mata di pipi Lita.Adrian langsung mengajak Lita ke meja makan untuk sarapan. Saat Adrian akan menyendok nasi ke piring Lita, Lita mencegahnya, “Pak, kata kakakku tidak baik j

  • Pencarian Dalam Dendam   Penangkapan Indra

    “Apa? Membunuhku? Siapa yang ingin membunuhku?” pikir Lita saat mendengar pembicaraan Adrian dan Zein. “Itu sebabnya sekarang aku tinggal di apartemen Lita, Kak. Aku akan mengawasinya 24 jam. Aku juga sudah memperketat penjagaan di sekitar apartemen. Kakak tidak perlu khawatir!” “Memperketat penjagaan? Apa maksudnya? Ada apa sebenarnya?” pikir Lita makin bingung Karena terlalu serius berpikir, Lita tidak menyadari bahwa Adrian sedang berdiri tepat di hadapannya setelah selesai menelepon Zein. Lita baru tersadar saat Adrian menjentikkan jari di depan wajahnya. “Apa yang kau lamunkan?” “Tidak, aku tidak mendengar apa pun pembicaraanmu di telepon. Aku hanya ingin mengantar makananmu! Ka-kau belum makan sejak tadi siang. A-aku akan menaruhnya di sini!” Lita ketakutan melihat tatapan mata Adrian yang biasa saja, hingga membuatnya gugup. “Apa Lita mendengar pembicaraanku tadi? Sepertinya dia tahu ada yang ingin membunuhnya! Aku tidak boleh m

  • Pencarian Dalam Dendam   Kekhawatiran Lita

    “Perselingkuhan?” “Ya, perselingkuhan!” “Apa sekarang kau sedang menganggap aku sebagai suamimu, hingga mengatakan aku berselingkuh?” “E ... ee ....” Lita terlihat kebingungan karena terjebak dengan perkataannya sendiri. “Baiklah, kalau begitu aku akan menunjukkan bagaimana cara seorang suami membujuk istrinya yang sedang marah!” Adrian membuka tiga kancing kaos berkerahnya. “A—apa yang kau lakukan? I—ini tempat umum! A—aku akan berteriak jika kau macam-macam!” panik Lita saat Adrian mulai mengikis jarak antara mereka. “Aku sedang berusaha membujuk istriku dengan tindakan, karena aku sudah tidak tahu bagaimana membujuk istriku dengan kata-kata!” Adrian langsung menggendong Lita ala bridal style di depan umum, hingga membuat puluhan pasang mata dari pengunjung restoran dan ruko yang ada di sekitar menatap mereka. “Pak, turunkan aku! Ini tempat umum. Bagaimana kalau dilihat orang?!” protes Lita. “Orang-orang sudah mel

  • Pencarian Dalam Dendam   Pria Misterius

    "Mimi?!" pekik Lita dan Adrian bersamaan lagi. “Kalian kenal dengan tunanganku?” tanya Rado. “Tidak!” jawab Adrian. “Iya!" Lagi-lagi Lita dan Adrian menjawab secara bersamaan. Tetapi, kali ini dengan kata berbeda. Setelah menyadari jawaban mereka berbeda, Lita dan Adrian saling tatap. “Kau mengenalnya, Pak!” koreksi Lita berbisik “Tidak! aku tidak pernah bertemu dengannya!” Adrian menampik ucapan Lita dengan tegas “Apa?!” Lita menunjukkan wajah heran. “Hai ... maaf aku datang terlam—“ ucapan Mimi berhenti saat menyadari dua orang yang ada di depan tunangannya. “Sayang, perkenalkan ini Pak Adrian dan sekretarisnya, Nona Lita. Pak Adrian ini adalah investor yang aku bilang pagi tadi." “Ha—hai, Mimi.” Mimi mengulurkan tangannya gugup “Adrian.” “Lita.” Adrian tak melirik Mimi sedikit pun. Sedangkan Lita menunjukkan senyum canggungnya saat menjabat tangan Mimi. “Baru kali ini aku menja

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status