Semua Bab Pencarian Dalam Dendam: Bab 1 - Bab 10
38 Bab
Penganiayaan
Setelah mendapat ancaman dari Lukman Park, Bos yang sudah ia khianati, Danu terus saja menginjak dalam-dalam pedal gas mobil SUV yang ia kendarai. Ia tak lagi menghiraukan bunyi klakson yang memekakkan telinga, juga umpatan dari pejalan kaki yang nyaris tertabrak olehnya. Tujuannya hanya satu, yaitu tiba secepatnya di apartemen miliknya dan membawa Arlita- adik angkat kesayangan pergi sejauh mungkin dari Jakarta. Danu ingin mengantarkan Lita pada suaminya. Begitu tiba di parkiran apartemen, Danu langsung berlari menuju unitnya. “Lita … Lita …!” teriak Danu begitu tiba di unit apartemennya. Lita yang sedang berada di dapur langsung menghampiri Danu yang terlihat begitu panik. “Ada apa, Bang?”  “Bereskan semua pakaianmu. Sekarang!” perintah Danu sambil terus menarik tangan Lita menuju kamar Lita. “Loh! Kita mau ke mana, Bang? Aku baru aja selesai masak. Aku masak makanan kesukaan Abang,” jawab Lita ikutan panik. "Lita, k
Baca selengkapnya
Jadi Kebanggaan
"Ingat! Kau harus menemui Adrian Dinata. Dia yang bertanggung jawab atas semua ini … ini rencananya … dia yang Bertanggung jawab atas dirimu dan semua ini … bertanggung jawab atas dirimu dan semua ini.” Kata-kata terakhir Danu terngiang-ngiang di telinga, hingga menarik Lita untuk kembali menghadapi kenyataan. Lita bangun dengan napas yang tersengal, berusaha mencerna mimpi yang menariknya untuk segera bangun dari tidurnya. Begitu ia melihat ke sekeliling kamar, hingga matanya kembali tertuju pada ceceran darah yang memanjang di depan pintu. Butiran air mata kembali meluncur membasahi pipinya. “Bang ...,” ucapnya disela-sela tangisan. Namun, tangisannya tiba-tiba terhenti begitu mengingat nama yang Danu sebutkan tadi malam, sekaligus nama yang membangunkannya dari mimpi. "Adrian Dinata?! Siapa dia? Apa dia Bos dari orang-orang yang semalam menyerang abang? Semalam Abang bilang, dia yang bertanggung jawab atas semua ini. Apa itu berarti dia lah
Baca selengkapnya
Awal Rencana
Puluhan notifikasi mengganggu tidur Lita pagi itu, entah pesan dari siapa hingga membuat Lita geram. Dengan sedikit emosi, Lita segera mengambil ponselnya yang ada di atas nakas.“Astaga ...! Para pengangguran anget pagi-pagi udah ganggu tidur gue,” ujar Lita setelah melihat banyaknya pesan dari grup yang hanya berisikan lima orang. Yang ia juluki ‘Pengangguran anget’ melalui notifikasi ponsel yang sejak tadi mengganggu tidurnya.Tak berniat melihat isi pesannya, Lita segera menuju kamar mandi untuk membasuh wajah dan menyikat gigi tanpa berniat untuk mandi, karena memang ia tipe wanita yang malas mandi pagi.“Pagi, Bang.” Lita menyapa foto Danu seperti biasa, setelah ia menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi “Bang, aku kangen dimarahi Abang, kalau aku sedang malas mandi.”Lita teringat omelan Danu jika ia sedang malas mandi. "Litaaaa ... Jadi anak gadis jangan jorok. Nanti tidak ada yang mau menikahim
Baca selengkapnya
Melamar Pekerjaan
Pagi hari ini, Lita seperti orang kebakaran jenggot lari ke sana ke sini di dalam kamarnya mengejar waktu. Bahkan, saat memakai celana bahan berwarna hitam ia lakukan sambil berlari kecil untuk memilih kemeja yang akan ia pakai.Pasalnya, hari ini ia berencana akan melamar pekerjaan di perusahaan milik Adrian, Dinata Grup, yang menjadi awal rencananya.Semalam, ia tidur sangat larut setelah menemukan kecocokan wajah Adrian dengan pria yang ada di foto Putri kemarin.“Itu berarti, dia sudah beberapa kali ada di dekatku,” ujar Lita terus memikirkan hingga pukul tiga dini hari. Alhasil, dia bangun kesiangan pagi ini.Begitu merasa dirinya sudah rapi, Lita langsung keluar dari apartemennya menuju parkiran, kemudian melajukan mobilnya menuju tempat tujuan.“Aduh! Bagaimana ini? Mana ada pelamar melamar kerja jam sepuluh pagi, tanpa diperintah pula. Ah ... semoga saja semua berjalan lancar. Demi Bang Danu. Semangat!” Lita menyeman
Baca selengkapnya
Pertemuan
“Bagaimana, Pak! Apa saya diterima bekerja di sini?” tanya Lita setelah mengambil tasnya dan kembali menghadap Adrian.Adrian langsung membalikkan badan mendengar pertanyaan Lita. Saat ia melihat mata Lita yang memerah, membuat Adrian makin merasa bersalah. “Oh, tidak! Aku sudah membuatnya sedih," batinnya.“Ya, kamu diterima bekerja di sini!” jawab Adrian masih tetap menjaga kewibawaannya, walaupun ia ingin meminta maaf lagi.“Terima kasih, Pak. Kalau begitu saya per—““Sebagai sekretaris saya." Adrian memotong ucapan Lita. Lita langsung mengerutkan keningnya keheranan. “Tapi, Pak, saya hanya ingin menjadi staf biasa saja. Saya juga belum punya pengalaman sebagai sekretaris."“Saya sedang membutuhkan sekretaris,” bohongnya.“Tapi, Pak!” Lita tetap berusaha menolak.Mendengar Lita terus menolak, Adrian langsung menghampiri Lita dan berdiri
Baca selengkapnya
Pernikahan
 “Menikahlah dengan Lita.” “Apa?!” Pekik Adrian, lalu mengajak Danu masuk ke mobilnya untuk melanjutkan pembicaraan.“Nikahi dia! Aku sudah menerima sembilan puluh milyar sebagai bayaranku untuk membunuhmu. Aku juga sudah menggunakan uang itu untuk tabungan Lita dimasa depan, tapi sekarang aku tidak melakukan perintahnya, tentu Koko tidak akan melepasku, dan aku tidak punya pilihan.”“Apa! Harga nyawaku hanya sembilan puluh milyar?i pelit sekali! Seluruh hartanya pun tidak akan cukup untuk membeli nyawaku. Keterlaluan sekali si Tua bangka itu!” geram Adrian.“Aku tidak tahu bahwa orang yang harus aku bunuh adalah dirimu. Jika aku tahu, tentu aku akan menolaknya. Hati kecilku sebenarnya menolak untuk menjadi pembunuh.”“Lalu, kenapa Kakak masih saja bekerja padanya? Kak, aku ingin memiliki saudara, hiduplah bersamaku. Aku akan menempatkan Kakak di posisi tertinggi di perusa
Baca selengkapnya
Terlambat Lagi
“Aku juga tidak tahu.” Adrian menjawab sambi menggidikkan bahu. “Apa aku sudah boleh ‘berduaan’ dengan istriku, sekarang?”“Jangan! Dia sedang tidur, nanti dia akan merasa aneh jika ‘melakukannya' sekarang. Aku juga belum mengatakan jika ia akan kunikahkan. Aku takut membutuhkan waktu lama untuk membujuknya. Itu sebabnya aku membuatnya tertidur.”“Tentu tidak, Kak. Aku hanya ingin melihat istriku. Lagi pula aku bangun pagi hari ini, dan aku mulai mengantuk sekarang. Aku ingin tidur di sampingnya.”“Ya sudah. Ingat! Jangan macam-macam!” Ancam Danu.Adrian langsung menyeringai sebelum meninggalkan Danu.“Hai, Istriku,” sapa Adrian sambil melepaskan bantal guling dipelukan Lita secara perlahan.“Hmm ... kau tidak terlalu jelek rupanya. Aku tentu tidak terlalu kesulitan untuk mencintaimu.”Adrian langsung mengambil posisi tidu
Baca selengkapnya
Gara-gara dasi dan jongkok
“Eeee ....”Tok ... tok ... tok ....Terdengar suara seseorang mengetuk pintu, dan itu membuat Lita bernafas lega.“Masuk!” teriak Adrian.Seorang OG langsung membuka pintu setelah mendapat izin dari Adrian.“Permisi, Pak,” sapa si OG sambil membawa nampan berisi satu cangkir minuman hangat yang terlihat dari kepulan asap di atas cangkirnya.“Taruh di sini saja,” perintah Adrian menunjuk meja di depan sofa dengan dagunya.“Baik, Pak,” ucap si OG patuh kemudian ia langsung keluar dari ruangan Adrian.“Minumlah!” perintah Adrian.Lita agak bingung dengan perintah Adrian. “Saya, Pak?”“Iya, siapa lagi? Cuma ada kita berdua di ruangan ini.”Sebenarnya sejak OG itu menaruh cangkirnya yang berisi cokelat panas di meja, mata Lita sudah berbinar ingin menghabiskannya, tapi Lita tidak mungkin meminumnya tanpa perintah, dan
Baca selengkapnya
Tidur Seperti Pingsan
“Apa! Mantan kekasih?” pekik Adrian. “Ya! Aku adalah mantan kekasihnya.” “Lalu, untuk apa kau mengawasi apartemennya?” “Aku tidak mengawasinya. Aku hanya ingin berkunjung, tapi Ita tidak pernah keluar, sampai akhirnya anak buah bodohmu menangkapku,” keluh si Pria. “Untuk apa kau berkunjung ke apartemennya?” “Aku masih mencintainya dan sepertinya Ita juga masih mencintaiku,” bangga si Pria. “Percaya diri sekali kau." “Tentu!” “Apa yang membuatmu percaya diri?” “Karena dulu, saat aku memutuskan hubungan dengannya, Ita menangis dan memohon kepadaku." Adrian mengepalkan tangannya, geram mendengar si Pria bercerita seakan-akan Lita sangat mencintainya. "Lalu kenapa kalian putus?” “Aku tidak suka selalu diawasi kakaknya semenjak aku membuatnya demam,” jawab si Pria. “Demam?” tanya Adrian penasaran. “Apa kau bisa suruh anak buahmu melepas ikatanku dulu? Aku sudah sangat tidak nyaman,” pi
Baca selengkapnya
Kata-kata Kasar
“Ceraikan istrimu!” perintah si Penodong.Adrian diam sejenak, lalu tiba-tiba melempar botol minuman yang ia pegang ke arah belakang tanpa berbalik, agar bisa mengalihkan perhatian si Penodong.Beberapa detik merasa pistol tak lagi menempel di punggungnya, Adrian langsung membalikkan badan kemudian mencengkeram kerah si Penodong.“Kau?!” Adrian langsung melepas cengkeraman tangannya saat melihat Levin tersenyum. “Sedang apa kau di sini?”“Aku sedang berjaga-jaga, Tuan. Maaf mengagetkanmu. Aku hanya ingin mengerjaimu,” ucap Levin sambil menahan senyum.Adrian hanya mendengus mendengar alasan Levin. “Apa berjaga-jaga harus masuk ke dalam?”“Maaf, Tuan, saya terpaksa melakukannya karena sore tadi seorang wanita masuk ke kamar Nyonya melalui balkon unit sebelah.”“Wanita?!”“Sekarang wanita itu ada di sebelah kamar Nyonya. Saya mengikatnya di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status