“Bukankah tadi kau bilang ini hari Sabtu?”
“Ya!” jawab Adrian keheranan.
“Astaga ... kenapa aku bisa melupakannya!”
“Ada apa, Lita?”
“Pak! Apa kau bisa mengantarkan aku pulang?”
“Iya, katakan dulu, ada apa, Lita ....” Adrian ikutan panik
“Sahabatku Mira, menikah hari ini dan resepsi pernikahannya nanti malam. Aku harus bersiap-siap dari sekarang, ini sudah jam dua siang!” Lita berlari menuju pintu masuk.
“Lita, tunggu aku!” teriak Adrian.
Lita tiba-tiba menghentikan larinya, bukan karena panggilan Adrian, tapi karena ide yang muncul di otaknya. “Waktu itu, ketampanan Pak Adrian membuat heboh grup chat pertemananku. Bagaimana jika sekarang aku mengajak Pak Adrian datang ke resepsi Mira, pasti mereka akan iri padaku dan akan bilang ‘Lita kau pandai sekali mencari pasangan’.” Lita tersenyum membayangkannya, lalu
Adrian terus berpikir hingga jarak dengan panggung mempelai semakin dekat. “Lita, tunggu!”“Ada apa, Pak?!”“Eee ... Apa kau membawa tissue?”“Sepertinya ada beberapa di tasku.” Lita langsung melihat tas yang sejak tadi menggantung di bahunya. "Ini.” Lita memberikan satu pack tissue kecil.“Kau tutupi sebagian wajahmu dengan tissue. Jangan kau buka hingga turun dari panggung. Jika temanmu bertanya, katakan saja kau sedang flu, dan jangan sampai mempelai pria melihat wajahmu!"“Memangnya kenapa, Pak?!” protes Lita.“Aku tidak mau mempelai pria jatuh cinta setelah melihat kecantikanmu," ucap Adrian berbohong agar Lita tidak panik.“Aku tidak mau!”Adrian merangkul pinggang Lita. “Kalau kau tidak mau, jangan salahkan jika aku menciummu di atas panggung,” bisik Adrian.“Ish ... aku menyesal mengajakmu ke sini!"
Setelah tidak menemukan benda yang Ia cari, ide konyol tiba-tiba terlintas di pikirannya. “Pak, berikan kuncinya atau aku akan membuatmu ‘menjerit’ berkali-kali hingga pagi!” Lita mencoba menggunakan ancaman yang kemarin Adrian lakukan padanya, walaupun hati kecilnya tidak yakin.Tentu ancaman seperti itu tidak membuat Adrian takut, ia malah balik menantang Lita. “Kau ingin memerkosaku? Baiklah, aku siap-siap dulu.” Adrian bangun dari tidurnya untuk membuka baju.“Jangan, jangan! Aku hanya bercanda! Baiklah aku akan tidur di bawah saja.” Lita mengambil bantal di dekat Adrian.“Kalau kau tidur di bawah, aku tidak hanya membuatmu menjerit, tapi juga mendesah sampai pagi.” Adrian memajukan mulut seperti mencium jarak jauh.Lita langsung memukul wajah Adrian dengan bantal. “Pak, ini sudah malam kenapa bicaramu vulgar sekali!”“Kalau begitu tidur di sampingku atau aku ak
Levin lagi-lagi melihat kekhawatiran di wajah Adrian. “Tuan, saya ikut!”“Tidak perlu, kau di sini saja!” larang Adrian.“Tidak! Saya harus ikut! Saya sudah sejak tadi di sini!” Levin memaksa.“Jika Anda tidak mengajak saya, saya akan memberi tahu Kakak perbuatan Anda semalam di lobi,” bisik Levin.Adrian mendengus mendengar ancaman Levin. “Kau berani mengancamku?” Levin mengangkat kedua bahunya langsung menuju mobil Adrian.“Jika kalian pergi, lalu kami berdua bagaimana?” tanya Fara tak ingin ditinggal.“Kau goda Kak Zein saja,” saran Adrian. Zein langsung mengedipkan matanya saat Fara meliriknya.“Kalau begitu aku pergi sekarang.”“Kau sangat buru-buru, apa ini tentang Lita?” tanya Zein.“Tidak, Lita baik-baik saja di apartemen. Ini tentang pegawaiku yang salah menginfut data,” bohong Adrian.&
Adrian memeluk Lita tak kalah erat. Ia menyesali dirinya yang sempat memarahi Lita, bahkan menyeretnya sampai ke kamar, sedangkan Lita dalam keadaan takut seperti ini.“Tenang, Sayang. Kau tidak perlu takut. Aku akan selalu ada untukmu,” hibur Adrian dan Lita membalas dengan anggukan karena tak bisa bicara dalam tangisannya.“Mulai sekarang, katakan apa yang kau inginkan, apa yang kau butuhkan dan apa yang kau cari. Aku akan membantumu. Jangan pernah bergerak sendiri lagi. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu. Aku menyayangimu.” Lita makin terisak mendengar ucapan Adrian.Kini hati Lita makin bingung untuk menentukan sikap. Ia selalu menahan hati dan perasaannya agar jangan sampai mencintai Adrian, tapi segala kecerobohannya terus membuat Adrian menarik perasaan dan perhatiannya hingga menggoyahkan hati yang susah payah ia bentengi.“Bang, aku harus bagaimana? Aku menemukan sosok sepertimu dalam dirinya. Aku kembali menemukan
“Apa aku harus meminta bantuan Levin mencari Lita? Tapi itu akan memakan waktu. Lagi pula Levin sedang bersama Lee sekarang. Kalau aku meneleponnya, Lee pasti akan curiga. Memanggil para bodyguardku juga akan memakan waktu untuk sampai ke sini. Aku tidak punya pilihan, aku harus mencarinya sendiri!" ujarnya.Adrian melambatkan laju mobilnya, berharap bisa menemukan Lita di antara keramaian. Namun, setengah jam mencari, Adrian tak kunjung menemukan Lita. Hingga dari kejauhan, matanya melihat wanita bergaun biru langit yang ia kenal sedang menaiki taksi. Adrian langsung tancap gas agar bisa menghadang taksi yang membawa istrinya.“Pak Adrian?!” pekik Lita saat melihat seorang pria keluar dari mobil yang menghadang taksinya.Adrian segera turun dari mobil dan duduk di kursi penumpang bersama Lita. “Pak, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Lita kesal.“Aku ingin pulang bersamamu. Jalan, Pak!” perintah Adrian se
“Lita, kau tidak boleh tergoda dengan segala kemesumannya!" batin LitaLita berusaha mendorong Adrian dengan box-nya, tapi Adrian berhasil menahannya dan wajah mereka semakin dekat. Lita memejamkan mata khawatir jika Adrian benar-benar menciumnya hingga tiba-tiba pintu lift terbuka dan beberapa pasang mata menatap mereka berdua dengan posisi yang intim.“Permisi!” ucap Lita menahan malu menerobos orang yang ada di depan lift.Adrian tersenyum melihat tingkah Lita. “Bagaimana aku bisa menjauhinya jika marahnya saja menggemaskan,” ucap Adrian lalu mengikuti Lita keluar lift.Begitu tiba di meja kerjanya, Lita segera mengeluarkan semua isi box yang ia bawa. Sejak dari apartemennya ia sudah berniat datang lebih awal untuk membuang semua barang pemberian Adrian. Hampir semua alat tulis juga peralatan lainnya yang ada di meja adalah pemberian Adrian. Rak dan laci kecil berwarna hijau muda yang kemarin menjadi favoritnya kini dengan
“Oh ... kalau Pak Lee itu siapa?” Lita mengungkapkan pertanyaan yang membuatnya penasaran sejak tadi.“Pak Lee itu kalau saya tidak salah dengar adalah pamannya Pak Adrian, tapi itu juga belum pasti. Karena setahu saya, Pak Lee itu keturunan Cina sedangkan Pak Lian berdarah Jerman.”“Oh ....” Lita mengangguk paham.Pak Njat terus bercerita memberi tahu semua informasi tentang Rex yang dia tahu, dan Lita menambah nominal uang yang akan ia berikan karena Pak Njat memberikan banyak informasi.“Terima kasih, Pak Njat, atas informasinya. Nanti saat jam pulang, saya akan memberikan uang sesuai janji saya tadi."“Terima kasih, Neng, tapi jangan lupa, ya, Neng, jangan sampai banyak yang tahu cerita saya tadi!" Pak Njat mewanti-wanti.“Beres, Pak.” Lita mengacungkan ibu jarinya.Lita Beranjak meninggalkan pos security untuk kembali ke dalam kantor karena jam istirahat sudah hampir hab
“Rayuanku hanya untukmu, tidak untuk wanita lain.” Adrian kembali memeluk Lita."Aku tidak percaya!" Lita membalas pelukan Adrian."Maaf jika caraku salah. Aku tidak tahu cara membujukmu agar menerimaku. Beritahu aku cara yang benar agar bisa membuatmu nyaman tanpa harus memaksa,” ucap Adrian tulus.“Jangan jadi pria menyebalkan di depanku! Itu sudah cara yang paling benar," ketus LitaAdrian tersenyum mendengar jawaban Lita. Ia menjawab ketus sejak tadi, tapi semakin mengeratkan pelukannya.“Terima kasih."“Untuk?”“Kekhawatiran dan maafmu hari ini.”“Apa benar kau tidak sarapan pagi ini?” tanya Lita penasaran.Adrian menggeleng lalu berkata, “Aku terlalu memikirkan kemarahanmu hingga nafsu makanku hilang. Mungkin jika kau marah satu Minggu lamanya, aku bisa mati.”“Tidak perlu berlebihan, Pak Adrian Dinata!” Lita memukul da