Share

Pernikahan

 “Menikahlah dengan Lita.”

 “Apa?!” Pekik Adrian, lalu mengajak Danu masuk ke mobilnya untuk melanjutkan pembicaraan.

“Nikahi dia! Aku sudah menerima sembilan puluh milyar sebagai bayaranku untuk membunuhmu. Aku juga sudah menggunakan uang itu untuk tabungan Lita dimasa depan, tapi sekarang aku tidak melakukan perintahnya, tentu Koko tidak akan melepasku, dan aku tidak punya pilihan.”

“Apa! Harga nyawaku hanya sembilan puluh milyar?i pelit sekali! Seluruh hartanya pun tidak akan cukup untuk membeli nyawaku. Keterlaluan sekali si Tua bangka itu!” geram Adrian.

“Aku tidak tahu bahwa orang yang harus aku bunuh adalah dirimu. Jika aku tahu, tentu aku akan menolaknya. Hati kecilku sebenarnya menolak untuk menjadi pembunuh.”

“Lalu, kenapa Kakak masih saja bekerja padanya? Kak, aku ingin memiliki saudara, hiduplah bersamaku. Aku akan menempatkan Kakak di posisi tertinggi di perusahaanku. Aku tidak peduli apa pun pendidikan Kakak.”

“Sudah kubilang, tidak semudah itu, siapa pun yang sudah masuk ke dalam kelompok Koko tidak akan bisa keluar kecuali kematian yang menjemputnya. Aku sudah lama mengkhawatirkan hal ini, itu sebabnya aku menerima perintah Koko untuk membunuh, karena imbalan yang sangat besar bagiku. Setidaknya jika aku mati, hidup Lita tidak kesusahan hingga ia memiliki suami. Tapi, aku tidak menyangka akan secepat ini.”

“Apa sebesar itu kasih sayangmu pada Lita, Kak, hingga tidak memedulikan nyawamu sendiri," tanya Adrian iri.

“Lebih dari itu. Aku amat sangat menyayanginya. Bahkan, jika ada pria yang berani menolak cintanya hingga membuat dia bersedih, aku akan mendatanginya dan memaksanya untuk mencintai Lita.”

Adrian mendengus mendengar perkataan Danu. “Apa jika aku menolak permintaanmu untuk menikahinya, kau juga akan memaksaku?”

"Ya! Karena aku tidak ingin Lita kesepian setelah kepergianku.”

"Kenapa aku harus menikahinya?”

“Jika kau tidak menjadi suaminya, kau tidak akan menjaganya dengan semampumu. Jika hanya untuk melindungi saja, kau pasti akan menyuruh anak buahmu. Kau tidak akan benar-benar mengutamakannya. Ingat! Aku mengambil langkah ini karena tidak bisa membunuhmu. jadi kau harus menuruti semua perkataanku. Anggap saja ini langkah awalku menuju bunuh diri.”

“Bagaimana jika suatu saat nanti aku mencintai seseorang?”

“Bersabarlah hingga benar-benar aman, baru setelah itu kau boleh melepasnya, tapi kau harus tahu asal usul calon suaminya nanti.”

“Bagaimana jika kelak aku mencintainya?”

“Itu bagus, bukan?”

 “Tapi, bagaimana jika dia menolak pernikahan ini?”

“jangan nikahi dia dalam keadaan sadar.”

“Maksud, Kakak?” tanya Adrian heran.

“Aku akan memikirkan caranya Nanti. Sebenarnya Koko hanya tahu aku memiliki seorang adik, tapi Koko tidak tahu seperti apa adiku. Itu sebabnya aku menyuruhmu melindunginya. Aku khawatir, setelah aku tidak ada Koko tetap mengincarnya,” ucap Danu dengan mata yang mulai berair.

“Kau akan berumur panjang, Kak,” batin Adrian.

“Jagalah dia dengan baik seperti kau menjaga ibumu.”

“Jangan jadikan Mamahku perumpamaan, karena aku sendiri membencinya. Mungkin jika dia masih hidup dan aku harus memilih antara Kakak dan Mamah, tentu aku akan memilihmu.”

“Keluarga yang aneh,” desis Danu, tapi masih bisa didengar Adrian.”

“Itu sebabnya aku ingin memiliki saudara, Kak. Aku ingin merasakan dan menikmati kehangatan keluarga. Di Jerman aku hanya tinggal bersama Kakekku. Sedangkan semua anaknya sudah memiliki keluarga dan hanya sesekali datang berkunjung.”

"Kalau begitu, bina lah rumah tangga yang bahagia bersama Lita. Lita juga tidak pernah merasakan kehangatan keluarga.”

“Bagaimana jika dia tidak mencintaiku, Kak?”

“Hei! Kita ini lelaki. Kita bisa membuat wanita jatuh cinta dengan sedikit rayuan dan perhatian.”

Adrian langsung tertawa mendengar perkataan Danu. “Sepertinya kau sudah ahli, Kak.”

Danu hanya terkekeh mendengar jawaban Adrian. “Bagaimana, apa kau mau menikahi Lita?”

“Apa aku punya pilihan, Kak?”

"Kau tidak sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita, kan? Atau mungkin beberapa wanita?”

“Aku bukan Playboy, Kak. Justru aku baru saja patah hati.”

“Berapa usiamu?”

“25 tahun, Kak.”

"Hmm ... lumayan, tidak terlalu tua, tapi juga tidak terlalu muda untuk adik kecilku yang masih 22 tahun.”

Lagi-lagi Adrian dibuat tertawa oleh perkataan Danu. “Apa kau sedang menilaiku, Kak?”

Danu hanya mengangkat kedua bahunya. Dan mereka sama-sama tertawa di dalam mobil.

“Aku sudah lama mendambakan momen seperti ini, Kak,” batin Adrian haru.

“Baiklah! Kita harus berpisah sekarang. Besok aku akan segera mengurus semua keperluan yang dibutuhkan untuk pernikahanmu.”

“Aku seperti mendapat jackpot. Niatku hanya menemuimu, tapi aku malah mendapat Istri.”

“Kalau begitu, nikmati jackpotmu. Ya sudah, aku harus pergi sekarang, sebelum Koko mencurigaiku.” Danu menepuk-nepuk bahu Adrian kemudian keluar dari mobil Adrian untuk menuju mobilnya.

“Kau meremehkan anak buahku, Kak. Aku datang ke sini untuk hidup bersamamu tentu aku akan melindungimu,” ujar Adrian setelah mobil Danu menjauh.

Tiga hari setelah pertemuan mereka, Danu memerintahkan Adrian untuk datang pagi hari, dan pukul sembilan pagi, Adrian sudah tiba ke apartemen Danu.

Ketika Adrian masuk, sudah ada dua orang laki-laki paruh baya dengan pakaian rapi khas pegawai kelurahan.

“Ini, Pak, mempelai prianya.” Danu mengenalkan Adrian pada kedua laki-laki paruh baya itu, yang sepertinya adalah penghulu.

Adrian langsung mengulurkan tangan pada kedua bapak penghulu. “Adrian.” Adrian mengenalkan diri.

“Bayu.”

“Dimas.” Kedua penghulu balas mengenalkan diri.

“Bagaimana, Pak. Apa bisa kita mulai akadnya?” tanya Pak Bayu

“Bisa, Pak, mari, ikuti saya.” Danu berjalan menuju kamar Lita diikuti tiga Pria di belakangnya.

Begitu sampai di kamar Lita, ketiga pria yang mengikuti Danu terkejut saat melihat seorang wanita tengah tertidur dengan posisi lurus ditutupi selimut sebatas dada dan bibir memutih. Namun, wajah tetap cerah.

“Maaf, Pak apa kita akan menikahkan Pak Adrian dengan jenazah?” tanya Pak Bayu.

“Pak! Adik saya masih hidup. Dia hanya sedang tertidur setelah meminum obat.”

“Oh ... Maaf, Pak. Saya pikir—“ Pak Bayu tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena tak enak hati untuk mengatakan maksudnya.

“Apa Kak Danu akan menikahkan aku dengan orang sakit?” batin Adrian.

"Adik saya sedang sakit keras, Pak. Adik saya dan Adrian saling mencintai. Mereka sudah lama menjalin hubungan dan Adik saya merasa hidupnya tidak lama lagi, itu sebabnya ia ingin dinikahkan dalam keadaan apa pun,” jelas Danu kepada Pak penghulu dengan penuh kebohongan. Karena jika jujur, Danu khawatir para penghulu itu tidak mau menikahkan adiknya karena menganggap menikahkan secara paksa.

Mendengar kebohongan Danu, Adrian sedikit bernafas lega sambil menahan senyumnya, pasalnya baru kali ini ia melihat anak buah mafia yang biasa sangar dan tegas dalam setiap aksinya menyelundupkan barang, kini berlakon layaknya artis drama melow yang harus memasang wajah sendu.

“Kami turut prihatin, Pak,” ucap Pak Dimas bersimpati.

Danu hanya membalas dengan anggukan dan wajahnya yang tetap dibuat sendu. Sungguh, Adrian benar-benar ingin tertawa melihat ekspresi wajah Danu. Ke mana wajah sangar saat mengacungkan pistol kemarin.

“Baiklah, kalau begitu kita mulai akadnya sekarang.” Pak Bayu mulai mengambil posisi duduk di lantai yang sudah ditata oleh Danu di samping tempat tidur.

Baru saja Pak penghulu menjabat tangan Adrian untuk berikrar, tiba-tiba wanita yang sedang dianggap sakit di tempat tidur itu menggeliat dan bergerak memeluk guling menghadap ke arah para pria yang duduk di lantai.

Sontak Danu langsung bangun untuk membetulkan selimut yang sejak tadi digunakan untuk menutupi tubuh adiknya. Selain itu, ia khawatir jika kedua penghulu curiga jika Lita tidak benar-benar sakit, karena mana ada orang sakit menggeliat bebas sambil memeluk guling.

“Bang, dingin,” racau Lita.

Danu segera mencari remote AC untuk menurunkan suhu di kamar itu. Setelah menurunkan suhu ruangan, Danu menepuk-nepuk punggung Lita agar ia kembali tidur, walaupun tanpa Danu menepuk Lita akan tetap tertidur karena efek obat yang ia berikan.

“Sssttt ...,” desis Danu menenangkan Lita kemudian mencium keningnya.

Melihat pemandangan tersebut, hati Adrian menghangat. Ia kembali teringat masa kecil dulu, saat ia sakit dan ingin tidur bersama Danu. Ketika itu usia Danu baru sembilan tahun, tapi Danu sampai tidak tidur semalaman demi menjaga dirinya untuk mengganti kompres layaknya seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya. Sedangkan sang Mamah malah sibuk dengan dunia mimpinya.

“Kak, dingin,” racau Adrian kecil.

Danu langsung memakaikan selimut sambil menenangkan Adrian sama seperti apa yang Danu lakukan pada Lita sekarang.

“Aku tidak salah kembali ke sini karenamu, Kak, dan aku tidak akan menyesal terlibat dalam kehidupan kalian,” batin Adrian.

Adrian langsung mengeratkan genggaman tangannya pada Pak penghulu, menujukan kemantapan hatinya untuk menikahi Lita. Pernikahan yang awalnya ia lakukan hanya karena sebuah permintaan, kini ia jadikan tanggung jawab dan kewajiban untuk melindungi keluarga barunya.

Hanya dengan satu tarikan nafas, Adrian berhasil merubah status lajangnya menjadi suami Lita.

 “Sah?”

 “Sah!” teriak Pak Dimas dan Danu selaku saksi.

         *****

Saat ini Danu dan Adrian sedang duduk di ruang tamu yang ada di apartemen, setelah mengantarkan kedua penghulu ke parkiran.

“Terima kasih telah menikahi Lita. Semoga kalian bisa bahagia. Jika kemarin aku mengatakan tidak perlu mencintainya sekarang aku berharap kau bisa benar-benar mencintainya, jika kau tetap tidak bisa mencintainya, jangan buat dia mencintaimu. Jangan pernah buat dia sedih karena aku sudah tidak akan bisa menghapus air matanya lagi setelah aku pergi." Pinta Danu layaknya seorang ayah dengan mata yang memanas menahan tangis seolah-olah kematiannya sudah sangat dekat.

“Kak, kau akan berumur panjang. Aku akan melindungi kalian,” hibur Adrian.

“Sudah kubilang, tidak ada pilihan lagi jika lepas dari Lukman selain kematian. Setidaknya aku sudah bisa lega sekarang, sebelum aku pergi aku sudah menemukan pelindung untuk Lita."

"Lagi-lagi kau meragukan kemampuan anak buahku, Kak,” batin Adrian.

“kau harus ingat! Lita paling suka bunga mawar putih, hijau muda adalah warna kesukaannya. Dia sering mencoba memasak resep-resep baru dan jika kau disuruh mencobanya jangan bilang tidak enak, dia pasti akan marah dan tidak mau memasak lagi, cukup katakan enak, tapi jika ditambah ini dan itu akan makin enak rasanya. Lita takut akan hal-hal berbau horor. Lita paling takut dengan kepiting baik itu hidup atau mati. Lita sangat suka masakan padang, tenderloin steak, dan bakso. Lita paling suka minuman rasa coklat. Lita sering bergadang di malam hari entah apa yang ia lakukan, itu sebabnya kau harus sering mengeceknya nanti. Jika Lita sedang tidak bisa tidur kau harus menggelitik telapak kakinya, maka ia akan tidur, dan satu lagi, Lita termasuk gadis yang malas mandi pagi.” Danu menjelaskan semua tentang Lita panjang lebar.

“Jika Lita melakukan kesalahan, jangan pernah menamparnya apa lagi memukulinya. Cukup tarik saja telinganya dia pasti akan takut.” Danu sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi. Danu mengeluarkan semua sesak di dadanya bersamaan dengan tangis hingga bahunya bergetar.

“Dan satu lagi, Lita amat sangat menyukai kebab, jika suatu saat dia marah tak bisa dibujuk, belikan saja dua sampai tiga bungkus kebab, maka dia akan memaafkanmu. 40 adalah nomor sepatu dan sandal Lita," lanjut Danu.

Melihat Danu menangis bahkan sampai sesenggukan, Adrian langsung merangkul pria yang sekarang menjadi kakak iparnya. “Aku akan selalu melindunginya, Kak. Kakak jangan khawatir. Aku akan melindungi kalian,” janji Adrian.

“Kau tidak perlu menjagaku, cukup jaga istrimu saja.” Danu segera membersihkan air mata yang mengalir di pipinya. “Aku tidak tahu, kapan Lukman akan mengetahui pengkhianatanku, dan jika waktunya tiba, aku akan segera mengantarkan dia ke tempatmu jika masih ada waktu.”

“Kak, apa aku boleh bertanya?”

“Tanyakan saja”

“Apa yang kau gunakan di wajah istriku hingga bibirnya terlihat pucat?”

Danu terkekeh mendengar pertanyaan Adrian juga sebutan baru adiknya yang masih terdengar asing di telinganya. “Aku hanya memakaikan bedak yang ada di meja riasnya.”

“Lalu apa yang kau berikan hingga ia bisa tidur sepulas itu?”

“Aku memberikan obat tidur pada makanannya saat sarapan tadi.”

“Lalu kenapa kau bisa bekerja dengan si Tua bangka itu?”

Danu langsung terdiam dengan tatapan kosong seolah sedang menerawang masa lalu. “Waktu itu aku baru saja di PHK dari pabrik tempatku bekerja. Aku bingung dari mana lagi uang untuk aku dan Lita bertahan hidup jika aku tidak dapat pekerjaan. Hingga tiba-tiba Lee, yang saat itu menjadi tangan kanan Koko menghampiriku dan memberiku pekerjaan yang sangat mudah, hanya mengantarkan paket ke tempat yang ia perintahkan dengan upah yang besar. Tentu aku senang dan menganggap ia adalah malaikat untukku, tapi lama kelamaan aku baru menyadari jika bisnis mereka adalah bisnis yang ilegal. Namun, aku sudah tidak bisa lepas dari mereka.” Danu menceritakan awal mula menjadi anak buah Lukman.“

"Dan kau, tahu dari mana bahwa aku ingin membunuhmu kemarin?” tanya Danu.

“Apa kau kenal Levin?”

“Ya, dia orang baru di komplotan Lee.”

“Dia adalah salah satu anak buahku.”

“Apa?!” pekik Danu. “Itu berarti, dia adalah penyusup?” tanya Danu dengan wajah terkejutnya.

"Aku mengirim Levin untuk menarikmu, tapi baru satu bulan bekerja, dia mengatakan bahwa kau ingin membunuhku atas perintah si Tua bangka itu.”

“Kenapa Koko membencimu?”

“Aku juga tidak tahu." Adrian menjawab sambi menggidikkan bahu. “Apa aku sudah boleh ‘berduaan’ dengan istriku, sekarang?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status